Like

Selasa, 13 November 2012

III. 2. Paris (Tetap) Memilih Saya!

Setelah mengikuti tes masuk Universitas Negeri Sorbonne 3, saya pun memutuskan untuk pulang ke Indonesia sambil menunggu pengumuman diterima atau tidaknya saya sebagai salah satu mahasiswa di universitas tersebut. Dan lalipula, kontrak untuk tinggal dengan keluarga homestay memang sudah habis. 

2 bulan setelah tes, hasil tes dikirim ke alamat rumah di Indonesia. Di bulan april. Saya diterima di Jurusan S1 Sastra Prancis Universitas Sorbonne 3 yang lama masa studinya selama 3 tahun. Sempat bimbang apakah saya kembali lagi ke Paris atau tidak. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Paris. Orang tua pun akhirnya rela ´melepaskan´ saya lagi merantau ke eropa.

Adalah Sandy dan keluarga kecilnya, yang memberikan jaminan dan tempat tinggal sehingga saya bisa kembali ke Paris. Setelah tinggal hampir 3 bulan di apartemennya, akhirnya Tasha merelakan berbagi apartemen kecilnya dengan saya di daerah Paris 15.

Di saat merantau seperti ini, saya merasakan sekali artinya teman-teman yang berasal dari Indonesia. Mereka gotong royong saling membantu jika kita membutuhkan bantuan. Setelah Sandy, Tasha-lah yang banyak membantu saya. Tak ketinggalan Herman dan Maklinda yang juga sering mengundang kami untuk makan malam atau menawarkan bantuan jika kami memerlukannya.

Ki-Ka Belakang: Saya, Thierry, Dominique.
Ki-Ka Bawah: Tasha, Herman, Maklinda.
Bahkan, untuk urusan pendaftaran sekolah pun, ada Odin dan Adit yang saya repotkan untuk bolak balik ke sekolah mengembalikan berkas-berkas pendaftaran. Karena alasan visa yang belum dikeluarkan oleh Kedutaan Prancis waktu itu, saya tidak mempunyai waktu untuk mengurus sendiri berkas-berkas tersebut sebelum tahun ajaran dimulai. Sampai akhirnya saya mendapatkan visa 3 hari sebelum tanggal masuk universitas dimulai.

Kuliah di Jurusan Literatur Prancis di Universitas Sorbonne memiliki cerita dan perjuangan sendiri. Saya jadi ´melek´ sejarah Prancis dan dunia, bahkan sejarah Indonesia sendiri. Bagaimana para sejarawan dan filsuf menuangkan pikirannya dari zaman Keemasan, Revolusi Prancis sampai dengan abad ke-20. Secara tidak langsung juga, saya menjadi melek sejarah tentang negeri sendiri dan sejarah dunia melalui perantara bangku kuliah disini. Terlambat? Ya, pasti. Tetapi untuk belajar dan menggali ilmu, tidak ada kata terlambat, kan?

Dari sini, saya mengurai sejarah dan pergerakan umat manusia untuk menuju ke kehidupan yang lebih baik. Karena saya kuliah di jurusan sastra, maka yang saya pelajari adalah buah pemikiran para filsuf dunia yang berguna sampai saat ini.

(Terima kasih Sandy dan keluarga kecilnya, Tasha, Herman, Maklinda, Odin, Adit, Cindy)

Sedikit pesan bagi yang ingin melanjutkan pendidikan di Paris atau di kota-kota lain di Prancis:

1. Kunci utama adalah menguasai bahasa prancis dengan baik dan benar, baik lisan dan tulisan. Tidak ada tawar menawar untuk syarat yang satu ini.
2. Jika bahasa sudah dikuasai, kita diwajibkan untuk mengikuti tes penempatan di universitas(semacam TOEFL bahasa inggris), untuk mengetahui tingkat kemampuan berbahasa prancis, apakah layak mengikuti perkuliahan atau tidak.
3. Jika kita lulus tes bahasa dengan nilai pas-pasan, kebanyakan universitas negeri di Prancis menyediakan kelas khusus untuk memperdalam bahasa prancis untuk mahasiswa asing di luar waktu perkuliahan. Tinggal kita memilih waktu yang cocok agar tidak bentrok denga jadwal perkuliahan.
4. Sebaiknya banyak membaca, menonton TV dan mendengarkan radio untuk membiasakan telinga kita mendengar bahasa prancis dan juga untuk memperkaya kosa kata bahasa prancis. Karena, 1 kosa kata artinya bisa bermacam-macam, tergantung konteks kalimat.
5. Sebaiknya terus bekerja keras karena kita sudah memilih untuk belajar dan melanjutkan sekolah di Prancis. Ilmu yang kita pelajari tidak akan kita terima jika kita tidak menguasai bahasa prancis dengan baik.


Cerita Lanjutan:
http://puruhita-journey.blogspot.mx/2012/11/iii-3-berbagi-suka-dan-duka-dengan-tasha.html



1 komentar: