I prefer write in Indonesian
(sorry girls who speak English and french…maybe you can use translator online
;) This story is dedicated to my indonesian girlfriends. And honestly, I can
express myself better to write in my own language.
Je préfère écrire en
indonésien (désolée pour les filles qui parlent anglais et français ...
peut-être vous pouvez utiliser le traducteur en ligne;) Ce récit est dédié aux indonésiennes.
Et honnêtement, je m'exprime mieux d´écrire dans ma langue maternelle.
Sudah baca tentang lika liku pertemanan dan persahabatan dengan orang-orang
Indonesia di Paris dan serunya jika berkumpul dengan mereka di cerita di blog
saya, kan? Nah, sekarang ini saya ingin berbagi tentang kisah kasih asrama. Yes! Dating
The French Man…
Berdasarkan pengalaman selama
tinggal beberapa tahun di Paris, dating
The French Man adalah topik hangat di kalangan teman-teman Indonesia,
teman-teman asing di sekolah atau teman-teman cewek-cewek prancis itu sendiri.
Well, kalo mau sedikit curcol,
saya tidak bisa menikmati dating the French
Man waktu itu. Kenapa? Waktu itu belum berjodoh dan waktunya tidak tepat. Dengan perjalanan, saya malah bertemu French Man di luar Prancis.
Topik yang menarik ini, yuk, mari kita gali…
Pasti sering mendengar, dong, anggapan cowok
prancis itu romantis, gentle dan
ehmm..oke di tempat tidur? Wah..kalau yang terakhir, silakan bertanya langsung
dengan teman-teman yang menikah dengan orang prancis, ya..
Observasi selama saya tinggal di Paris, tipe
dan karakter cowok-cowok prancis pun beraneka ragam. Tentu saja tidak adil jika
kita menganggap sama tipe dan karakter cowok prancis secara keseluruhan.
Walaupun saya tidak pernah dating dengan French men selama di Paris (bener, deh, ini jujur), tetapi pernah, dong, mempunyai pengalaman ngerasain sedikit gentle-nya salah satu cowok prancis. Contoh sederhana: salah satu
teman kuliah, membukakan pintu perpustakaan dan mempersilakan untuk lewat
duluan.
Contoh sederhana tersebut, sih, tidak seberapa,
dibandingkan pengalaman teman-teman yang memang dating the French Man. Nih, saya kumpulin observasi dari lingkungan teman-teman yang pernah dating The French Man. Sungguh tidak
bermaksud membuka identitas teman-teman saya sendiri. Saya tidak akan
menyebutkan nama-nama mereka pula. Dan yang saya maksud dengan teman-teman
adalah random. Bisa teman-teman
Indonesia, teman-teman asing atau teman-teman prancis itu sendiri.
Supaya
kelihatan jelas, saya membagi kategori cowok-cowok prancis menjadi 3:
mahasiswa, fresh graduate/memulai
karier/meniti karier menjelang usia matang (27-35 tahun) dan duda dengan atau
tanpa anak.
Seperti, apa, sih, cowok prancis
antara usia 19 – 27 tahun?
Tempat nogkrongnya biasanya di
perpustakaan, di bar dan café dan diskotek. Mayoritas cowok prancis yang masih
kuliah (entah itu sarjana, master atau doktor), gemar dunia hingar bingar, kongkow rame-rame bareng teman seabreg-abreg
dan sering memberi komentar usil tapi bikin
ngakak. Sebagian besar pula, ada yang tidak suka dengan dunia hingar bingar
dan memilih fokus dengan kuliahnya. Bahkan sifat pemalu ini memaksa mereka untuk
lebih fokus kuliah dan jarang bergaul dengan para cewek. Rugi, ya?
Mayoritas. Ya, lagi-lagi
mayoritas cowok prancis yang masih berstatus mahasiswa, jarang ada yang
berkomitmen serius. Dalam artian, walaupun kebanyakan mereka mempunyai
pasangan, tetapi untuk menikah dan berkomitmen? Masih jauh dari pikiran mereka.
Rata-rata usia mereka antara 19 –
27 tahun adalah masa kegokilan. Bebas
melakukan hal yang mereka suka, selagi tidak berkomitmen. Mereka berhak gonta
ganti cewek semaunya, ke disko sampai pagi, atau kongkow bersama teman-teman.
Ada juga, sih, di range usia itu
(21 – 27 tahun) sudah berani berkomitmen dan menata hidup mereka dengan baik.
Misalnya memutuskan untuk tinggal bersama dengan pasangan atau menikah.
Cara mereka berkenalan dengan
para cewek, ya, mereka memberanikan diri memperkenalkan diri sendiri.
Kabanyakan tanpa melalui perantara. Misalnya tak sengaja ketemu di
perpustakaan, toko buku atau ketika di café
atau restaurant. Iya. Percaya diri memang sangat tinggi. Apalagi kalo dirinya
merasa ganteng. Langsung, deh, merasa semua cewek antri mau kencan dengan
mereka.
Note:
Kalau kita akhirnya dating dengan range usia ini, maka kudu juga pinter
pasang strategi. Suatu saat ditinggalin
gitu aja, nggak usah merasa dunia
berakhir. Cari lagi, dong!
Bagaimana karakter kebanyakan
cowok (27 – 35 tahun)?
Nah, kalau profesi cowok prancis
yang berusia antara 27 – 35 tahun, kebanyakan adalah fresh graduate, baru memulai karier atau sedang meniti karier atau
bisa juga sedang berada di puncak karier. Biasanya, kategorinya ini, mayoritas,
sudah dewasa dan matang dan lebih tenang dalam mengatur emosi dan tingkah laku
mereka. Juga mulai fokus menata masa depan dan biasanya siap untuk berkomitmen.
Mulai tinggal mandiri terpisah dari orang tua dan mandiri juga dalam hal
finansial. Untuk komitmen, mayoritas sudah berani melangkah ke hubungan yang
lebih serius atau bahkan siap tinggal bersama atau mensahkan pernikahan.
Kategori cowok di range usia ini,
kebanyakan menuntut pasangan juga untuk sejajar dengan mereka dalam berdiskusi
tentang hal apapun. Dari topik konyol sampai berita dunia yang sedang hangat
dibicarakan. Pun mereka memerlukan teman diskusi yang asyik untuk membicarakan
suka dan dukanya dunia bekerja dan tentunya juga memerlukan cewek yang nyambung membicarakan masa depan.
Tetapi ada juga yang masih bersikap
kekanakan dan tidak dewasa, bahkan
tidak siap berkomitmen. Menurut saya, sih, mungkin mereka terlalu tekun sekolah
ketika pada masanya cowok-cowok lain seseruan
dengan kegokilan semasa muda dulu, hihi. Jadi, seperti merasakan masa muda
yang terlambat. Atau bisa juga karena karier yang oke, jadi besar kepala dan
merasa para cewek akan bangga dating
dengannya. Sayang aja, sih, kenapa baru diusia ini menikmati dunia hingar
bingar.
Cara berkenalan dengan cowok di-range usia
ini adalah biasanya melalui perantara atau
mak comblang. Misalnya, bertemu si cewek di acara pesta dimana si cowok kenal dengan
penyelenggara pesta. Atau bisa juga ketika makan malam di restoran, salah satu
teman membawa teman juga dan akhirnya berkenalan. Kalau cocok, mereka akan
jalan dengan sendirinya. Kebanyakan tidak ada kata jadian.
Note:
Perlu diketahui bahwa cowok di range usia ini, jarang ada yang berani
langsung berkenalan jika melihat cewek yang menarik perhatiannya. Biasanya
mereka jaim, karena mempertaruhkan harga
diri.
Apakah layak kencan dengan duda
yang tidak atau mempunyai anak?
Well, ini, sih, agak susah dijawab
kalau kita tidak merasakan sendiri kencan dengan kategori cowok ini. Cowok yang berstatus duda (usia
beragam, 19 – 50an tahun ke atas), baik yang tidak atau mempunyai anak.
Menurut pengamatan saya, sih, sebaiknya
dipikirkan kembali matang-matang, deh. Soalnya akan timbul masalah di kemudian hari jika kita siap
untuk berkomitmen dengan mereka. Gangguan akan datang, walaupun si cowok
meyakinkan bahwa mantannya adalah masa lalunya. Tetapi, kita kan tidak pernah mengetahui sebenar-benarnya hubungan mereka seperti apa di waktu yang lalu?
Kalau mereka bercerai dan tidak
mempunyai anak, bisa menjadi pertimbangan kita untuk melanjutkan hubungan ke
tingkat yang lebih serius. Sebaiknya tidak mencari perkara dengan tidak
membuat bahagia diri kita sendiri. Yang namanya mencari pasangan, kan, inginnya
bahagia, toh?
Kalau si cowok duda dan mempunyai
anak, sebisa mungkin pikirkan masak-masak untuk berkencan dengan mereka. Biar bagaimanapun, anak adalah prioritas utama
dalam kehidupan mereka.
Pertama-tama, kita akan memaklumi kalau si dia membatalkan
kencan secara tiba-tiba karena anaknya sakitlah, atau harus menemani membuat
pekerjaan rumah atau harus menghadiri pentas teater si anak di sekolah. Lah,
kalau keseringan batal karena anak? Bisa-bisa kita uring-uringan sendiri dan
kita akan capek untuk mengerti keadaan ini.
Note:
Cara berkenalan atau bertemu
dengan kategori cowok ini, kebanyakan dari kita sudah mengenalnya terlebih
dahulu sejak lama. Misalnya, teman sekolah yang bertemu kembali di acara reuni
atau pernikahan teman. Bisa juga dikenalkan oleh teman lain di suatu acara.
The first date comes..
Nah! Ini paling penting, karena biasanya kesan
pertama menjadi penentu kelanjutan hubungan selanjutnya atau tidak. Ini berlaku
di semua kategori range usia.
- Perlu diingat bahwa perkenalan, pertemuan atau kencan pertama kali dengan cowok prancis, sebaiknya tidak membicarakan langkah serius ke depan. Dijamin langsung kabur, haha.
- Bersikap menjadi diri sendiri adalah kunci penting dalam kencan. Tidak perlu bersikap dan dan berlebih dan menjual image kita berlebihan. Dengan mudahnya, mereka akan men-cap kita cewek sok atau cewek yang nggak percaya diri.
- Tetap menunjukkan diri kita tetaplah wanita Indonesia yang santun dan mempunyai identitas, walaupun kita sudah traveling ke berbagai negara dan berani merantau ke negeri orang. Kalau bertemunya di Indonesia, tunjukkan bahwa kita tetap wanita Indonesia yang menghargai budaya negeri sendiri. Dengan begitu, mereka akan menghargai diri kita.
- Jika kita kencan di restoran, di cafe atau di menonton film di gedung bioskop, disini, nih, kita akan melihat gentle-nya cowok prancis. Mayoritas akan membayar semua tagihan. Kalau lagi sial, bisa jadi kita akan patungan membayar tagihan.
Kelanjutannya…
- Setelah kencan, baik itu berjalan lancar atau tidak, tertarik atau tidaknya kita, tetaplah bersikap sopan dengan mengirimkan pesan melalui sms atau email dengan menuliskan terima kasih untuk waktunya malam ini. Pasti, dong, kita mempunyai kontaknya? Kalau ada balasan segera, berarti bertanda bagus, tapi jangan langsung GR. Kalau tidak dijawab langsung, jangan buru-buru men-judge si dia tidak tertarik dengan kita. Biasanya mereka membutuhkan lebih dari 1 hari untuk membalas jika benar-benar tertarik atau tudak dengan kita.
- Kalau setelah kencan pertama kemudian cocok, dia akan menghubungi kita melalui email, sms atau telepon di kemudian hari. Misalnya si dia akan mengajak menonton suatu pertunjukan atau bahkan membelikan tiket menonton klub sepak bola kesayangannya atau bahkan meminta kita menemaninya kongkow dengan teman-temannya. Pertanda bagus, nih. Tapi sikap GR, sebaiknya nggak dipelihara, sih. Apalagi sikap langsung menciptakan khayalan akan jadian dan hubungan akan lanjut ke tahap yang lebih serius. Ini sebaiknya dihindari. Bolehlah jadi hiburan sesekali untuk memanjakan perasaan, tetapi harus siap patah hati, ya, jika tidak sesuai dengan kenyataan.
- Judgement teman-teman dan keluarga tidak terlalu penting bagi para cowok di semua kategori usia. Kalau kita memang menarik perhatiannya, si dia akan mempertahankan kita. Tidak peduli dengan penilaian teman-teman dan keluarganya tentang kita. Disini, nih, saya respek dengan cowok Prancis. Keputusan ada di tangan si dia. Tetapi kalau si dia bersikap plin plan grup, dalam artian mengambang tidak bisa mengambil keputusan akan kelanjutan hubungan, sebaiknya kita yang mengambil sikap agar tidak berharap terlalu jauh.
- Bila akhirnya kita memutuskan untuk jalan bareng, diskusi dan hasil keputusan berdua untuk melanjutkan hubungan disini penting. Kita tidak bisa mengambil keputusan sendiri, si dia pun juga tidak bisa. Karena, yang namanya hubungan, kan, terjadi atas kesepakatan berdua.
- Jika akhirnya kita benar-benar cocok dengan si dia dan hubungan sudah berjalan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, si dia tak akan segan meminta kita untuk meningkatkan hubungan yang lebih serius. Bahkan mungkin bisa dikatakan lebih dramatis lagi: si dia tidak peduli kita berbahasa apa atau kita warga negara mana. Si dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kita, bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun. Seperti kata pepatah: gunung pun akan kudaki dan lautan pun akan kuseberangi. Romantis, kan..
Biar bagaimanapun, tidak adil
men-generalisasi sikap dan karakter cowok-cowok Prancis karena mereka
dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Faktor keluarga, teman,
lingkungan dan perjalanan hidup berperan penting dalam membentuk sikap dan karakter
mereka. Mereka yang rajin traveling, kebanyakan mempunyai jiwa yang bebas
dan terbuka serta dapat menerima perbedaan.
Dari obrolan dengan girlfriends (dan tidak pernah tamat), topik Dating The French Man sangat luas sekali. Meliputi perbedaan
suku bangsa, agama dan latar belakang budaya yang mempengaruhi pola pikir dan
membentuk karakter seseorang. Tetapi biar bagaimanapun, jatuh cinta dan dicintai itu indah dan merupakan salah satu anugerah terindah.
Foto: istimewa. Merci pour TD et HS de m´avoir permis à mettre cette photo dans mon blog.