Like

Sabtu, 05 September 2015

XIV. 22. (Prancis) Perawatan Setelah Melahirkan


Masih cerita pengalaman tentang kehamilan dan melahirkan di Prancis. Kali ini saya akan berbagi tentang perawatan kesehatan ibu setelah melahirkan. Bagi seluruh wanita yang melahirkan di Prancis, pemerintah menyediakan perawatan kesehatan alat reproduksi. Setelah melahirkan, keadaan alat reproduksi wanita harus kembali seperti sedia kala. Perawatan ini dilakukan setelah sebulan melahirkan atas rekomendasi ginekolog dibantu oleh bidan dan ahli kinesterapi. Organ tubuh yang berpartisipasi dan bekerja saat melahirkan tentunya mengalami perubahan. Seperti otot-otot di sekitar daerah kemaluan wanita sampai alat reproduksi. Perawatan ini dinamakan edukasi perineal.

Cara perawatan ini dilakukan dengan teknik pernafasan. Jika otot-otot dinyatakan parah dan harus dilakukan terapi, ada teknik khusus yang digunakan.

Pengalaman saya yang melahirkan bayi perempuan secara normal, perawatan setelah melahirkan dilakukan dengan teknik pernafasan yang cukup mengurus tenaga. Hal ini karena organ dalam tubuh yang bekerja. Selama 8 sesi pertemuan yang lamanya 45 menit satu sesi, perawatan ini membantu para wanita mengembalikan fungsi otot-otot organ dalam tubuh.

Teknik perawatan ini tidak membantu untuk mengecilkan perut dan paha, melainkan memperkuat otot-otot di dalam organ tubuh. Sedangkan jika para wanita ingin mengembalikan bentuk tubuh seperti sedia kali pasca melahirkan, olahraga ringan sangat dianjurkan dimulai dari 3 bulan pasca melahirkan. Kita boleh melakukan olahraga yang agak berat setelah 6 bulan melahirkan karena tubuh kita sudah bisa melakukan aktivitas fisik seperti sebelum saat hamil.


Jumat, 28 Agustus 2015

XIV. 21. (Paancis) Persiapan Melahirkan, Pasca Melahirkan dan Menyusui


Pada saat kehamilan mencapai di akhir bulan ke-7 memasuki bulan ke-8, para ibu hamil di Prancis diberikan kursus Persiapan Melahirkan secara gratis dari pemerintah Prancis. Kursus ini bisa diikuti di klinik, rumah sakit atau tempat praktek bidan yang bisa kita pilih sendiri. Bisa berkelompok atau individu, tergantung pilihan kita. Terdiri dari 8 sesi yang lamanya 45 menit – 1 jam, para ibu hamil diberikan penyuluhan dan persiapan jika bayi lahir nanti. Misalnya dari persiapan secara mental dan fisik, latihan pernafasan yang benar ketika mendorong bayi keluar, posisi ´berdamai´ dengan rasa sakit ketika kontraksi. Jika ini adalah kehamilan pertama, maka diberikan langkah-langkah yang harus dilakukan ketika kontraksi muncul. Yang jelas, para ibu harus bisa mengatur emosi dan rasa sakit serta tidak panik. Kata kunci: harus tenang dan kepala dingin ketika kontraksi datang.

Yang penting juga diberikan pada saat kursus persiapan melahirkan adalah menyiapkan segala keperluan calon ibu dan bayi untuk di kamar bersalin dan di kamar perawatan. Selain itu juga persiapan mental ketika pulang ke rumah dengan membawa sang bayi. Semuanya ada daftar standar yang harus dipenuhi oleh calon ibu.

Calon ayah juga diwajibkan mengikuti kelas persiapan melahirkan. Tujuannya adalah membantu calon ibu ketika kontraksi datang dan menemani pada saat persalinan. Sikap calon ayah yang harus siaga dan membantu calon ibu dengan menyemangati secara moral dan berada di sisi calon ibu.

Selain itu, kursus persiapan melahirkan ini juga memberikan kita pilihan untuk memberi ASI atau sufor. Di Prancis, para calon ibu bebas memilih. Tidak ada kewajiban IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Jika si calon ibu memilih untuk memberikan sufor, maka kelas persiapan melahirkan ini akan memberikan saran untuk memilih sufor yang bagus untuk bayi yang baru lahir, cara memberi sufor dan waktu-waktunya.

Menyusui bayi sendiri sebenarnya praktis. Kita tidak perlu repot-repot membawa perlengkapan ´perang´: botol, susu, air panas, dll. Jika si bayi haus, tinggal ´open bar´. Jangan lupa membawa celemek menyusui pada saat bepergian. Hal ini memudahkan kita untuk menyusui di manapun dan kapanpun. Foto diambil pada saat kami makan malam di restoran di jalanan Paris pada saat Juni 2015. 

Jika si calon ibu memilih untuk menyusui, maka dilanjutkan dengan tahapan cara menyusui dengan benar, posisi ibu dan bayi ketika menyusui agar kedua belah pihak nyaman. Peran calon ayah juga penting di sini. Calon ayah bisa berpartisipasi menggendong si bayi ke pelukan ibu ketika akan menyusui dan menggendong bayi kembali dan menaruh di tempat tidurnya setelah selesai menyusui. Di Prancis tidak disarankan bayi yang baru lahir tidur bersama orang tua. Karena itu kami menaruhnya di sebuah keranjang bayi yang terletak di samping tempat tidur kami. Saya sebenarnya tidak tega melihat makhuk mungil itu tidur sendirian. Inginnya si bayi berada di samping saya dan memeluknya. Sementara suami berpendapat bahwa sebaiknya si bayi tidur di keranjangnya agar kami berdua bisa istirahat. Dan yang lebih penting adalah untuk menghindari si bayi ´tertiban´ kami.

Pada saat hadir dalam kursus persiapan melahirkan itu, saya kaget juga menyaksikan angka ibu yang mau menyusui bayinya. Di antara 10 calon ibu yang hadir, hanya 3 orang (termasuk saya) yang bersedia menyusui bayinya ketika lahir nanti. Aneka pertanyaan dan keraguan terjawab satu per satu. Dari yang para calon ibu kuatir jika air susu tidak keluar sampai bagaimana jika si bayi menolak menyusui. Semua jawaban itu kami temukan dalam kelas persiapan melahirkan.

Alasan para ibu yang enggan menyusui bayi mereka, bervariasi. Ada yang mengatakan karena alasan kesehatan sehingga tidak memungkinkan menyusui bayinya. Alasan lainnya adalah karena repot ketika waktu cuti habis dan harus kembali bekerja, mereka tidak akan bisa menyusui bayinya sesuai permintaan. Alasan lain yang tidak masuk di kepala saya adalah ada sebagian mereka yang enggan menyusui bayinya terus menerus. Mereka jadi tidak ada waktu buat mereka sendiri karena bayi yang baru lahir akan meminta susu terus menerus. Lalu juga mereka berpendapat jika menyusui membuat mereka seperti di penjara dan kelak si bayi akan menjadi manja.

Apapun alasannya, rasanya masing-masing berhak menyusui atau tidak menyusui bayi masing-masing. Ini adalah pilihan. Seperti menjalani hidup saja yang penuh dengan pilihan dan kita harus memilih. Pihak rumah sakit, klinik, bidan, suami atau keluarga tidak berhak mencampuri keputusan masing-masing calon ibu untuk menyusui atau tidak. Hak asasi manusia kata mereka.

Pengalaman saya merasakan kehamilan, melahirkan dan pasca melahirkan hingga bayi perempuan saya berusia 4 bulan di Prancis, sangatlah berharga. Karena ada perbedaan cara pandang, pola pikir dari semua segi. Bagi saya yang dilahirkan dan besar di Indonesia, kata ´menyusui bayimu´ adalah hal wajib dan diharuskan bagi setiap ibu.


Mengurus bayi sendiri bersama sang suami pasca melahirkan memberikan kesan tersendiri bagi kami. Karena kami berdua jauh dari orang tua, jadi bayi kami benar-benar kami ´pegang sendiri´ tanpa campur tangan siapapun. Keuntungannya di Prancis, ada bidan yang datang ke rumah seminggu pasca melahirkan untuk mengecek kondisi ibu yang baru melahirkan, juga mengecek kondisi kesehatan si bayi dengan memeriksakan berat badan dan cek kesehatan lainnya. Tentu saja hal ini sangat membantu mengingat kita tidak perlu ke luar rumah memeriksakan kondisi bayi ke klinik. Setelah usia bayi sebulan, barulah kita sendiri yang harus keluar rumah untuk memeriksakan ke dokter anak. Juga untuk mengatur jadwal imunisasi. 

Selasa, 04 Agustus 2015

XIV. 20. (Prancis) : Pengalaman Kehamilan dan Melahirkan

Hello lagi…

Wah..sudah hampir setahun saya nggak update blog. Terima kasih bagi yag terus mengunjungi blog saya, meninggalkan komentar serta mengirim email.

Sebenarnya saya hanya tidak produktif menulis, tetapi masih rajin membalas komentar dan email-email yang dikirim ;)

Ceritanya..tahun 2014 telah dilalui dengan suka cita. Banyak sekali kejadian yang membawa berkah. Terutama di keluarga saya. Ya, kami menantikan anggota baru dalam keluarga. Lalu saya sibuk membantu adik yang meneruskan pendidikan S2 di salah satu Universitas di Paris.

Tahun 2015 di bulan februari adalah babak baru dalam kehidupan kami. Bayi perempuan mungil lahir dengan selamat, sehat dan sempurna. Berkah dan karunia Allah yang tak terbantahkan. Dan dari sinilah hidup kami berubah: merawat makhluk kecil yang berharga, mengubah hidup kami menjadi orang tua yang harus bertanggung jawab mengurus, merawat dan membesarkannya. Bukan pekerjaan mudah karena kami sudah ´teken´ mengikat seumur hidup.

Memiliki perut gendut yang didalamnya makhluk hidup adalah pengalaman yang luar biasa. Dan saya sangat menikmati kehamilan walaupun harus melalui banyak pemeriksaan demi kesehatan calon ibu dan anak.


Si Cah Ayu lahir di sebuah klinik di kota Grenoble, 17 februari 2015 pukul 19.46. Suhu udara waktu itu adalah 2 derajat. Dingin namun bersalju. Tidak mudah menunggu detik-detik proses kelahirannya. Saya mengalami kontraksi selama 24 jam dan kemudian berhasil melahirkan melalui persalinan normal.

Suasana kota Grenoble yang bersalju pada saat proses melahirkan. Cah ayu adalah baby winter.


Pro persalinan normal

Pengalaman merasakan kehamilan dengan tenang dan penuh dengan pantauan saya alami di Prancis. Karena kehamilan pertama dan saya berusia di atas 30 tahun, ginekolog sangat perhatian dan saya diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin. Baik kontrol kandungan setiap bulan, pemeriksaan darah setiap bulan, asupan makanan-minuman-vitamin juga sangat diperhatikan. 

Tidak hanya fokus pemeriksaan kandungan, tetapi juga kesehatan mata dan gigi juga mendapat perhatian. Awal-awal kehamilan dan banyak pemeriksaan ini-itu lumayan membuat stres juga. Yang saya pikirkan adalah yang penting calon bayi sehat dan sempurna. Maka dari itu, saya benar-benar serius dan menjaga sekali kehamilan selama 39 minggu.

Suasana ruang bersalin di Klinik Muatualiste Grenoble.


Beruntungnya di Prancis, semua biaya pemeriksaan gratis ditanggung asuransi negara dan asuransi tambahan. Jadi sudah terbantu kami tidak perlu pusing mengenai biaya. 100% ditanggung. Bahkan untuk biaya persalinan, dokter, klinik, obat dan vitamin.

Walaupun Prancis termasuk negara modern yang sudah sangat maju untuk ilmu kedokteran dan alat-alat medisnya, mereka tetap pro dengan kehamilan normal. Kelahiran dengan operasi cesar hanya dilakukan jika si calon bayi harus segera ditolong atau kondisi kesehatan si ibu yang tidak memungkinkan untuk menjalani kelahiran normal.

Kontraksi lebih dari 12 jam dan bayi belum lahir juga? Ya, ditunggu saja. sepanjang tidak ada komplikasi, janin terganggu atau harus ada tindakan operasi segera, ya si calon ibu harus sabar melewati proses kontraksi. Jadi, kita tidak bisa memilih waktu, tanggal ataupun jam si bayi lahir. Tergantung si bayi kapan mau lahir. Nah, di sini fisik dan mental si calon ibu mendapat cobaan yang luar biasa. Selain itu, calon ayah pun harus sabar mendampingi calon ibu yang kesakitan berjuang melahirkan.

Pemakaian epidural cukup tinggi bagi para ibu yang melahirkan secara normal. Sangat membantu sekali mengurangi rasa sakit kontraksi dan waktu melahirkan. Walaupun banyak juga para ibu yang tidak memilih menggunakan epidural dengan alasan agar pemulihan paska melahirkan lebih cepat dan lebih alami. 

Saya? Jelas memilih epidural akhirnya walaupun berjuang dulu hampir 20 jam melalui kontraksi hebat sampai bukaan 4. Tetapi jangan terlalu kuatir dengan rasa sakit yang luar biasa hebatnya yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Begitu si bayi lahir dengan sehat, selamat, menangis dan refleks langsung  mencari ASI, seketika rasa sakit hilang. Ajaib sekali!

Setelah si bayi lahir, di sinilah babak baru kehidupan yang sebenar-benarnya dimulai. Mulai detik kelahirannya, saya tidak lagi menjelajah dunia sendirian, tidak lagi berpindah-pindah negara berdua dengan suami, melainkan kami membawa juga makhluk kecil titipan Yang Maha Kuasa untuk berpetualang bersama kami. 

Ya, kami telah siap membawanya memperkenalkan dunia. memperkenalkan 3 budaya yang berbeda: Indonesia, Prancis dan budaya negara di mana kami memilih untuk tinggal dan berpetualang.

Tahun 2015 adalah tahun petualangan kami bertiga sebagai anggota keluarga lengkap: ayah, ibu dan anak.