Like

Kamis, 21 Maret 2013

IX. 6. Amerika Latin: Kriminalitas Tinggi?


Di bab ini saya masih akan membicarakan tentang geger budaya di Amerika Latin. Salah satunya adalah tentang keamanan yang menurut anggapan banyak orang, sangat berbahaya sampai-sampai anggapan tersebut benar-benar melekat kepada banyak orang. Bahkan oleh mereka sekalipun yang belum pernah menginjakkan kaki di benua amerika latin!

Saya akan berbagi mengenai pengalaman saya tentang keamanan dan kriminalitas yang terjadi di sekitar saya. Alhamdulillah sampai saat ini saya tidak pernah mengalami hal-hal menakutkan namun pernah merasakan rasa mencekam dan was-was. Dan semoga tidak akan pernah mengalami. Berdoa terus. Tuhan Maha Pelindung.

Kue Direbut, Gimana yang lain ?

Pada saat saya mengunjungi Rio de Janeiro Brazil di bulan februari 2008 untuk menyaksikan karnaval (tengok lagi, deh, blog saya di bulan Januari 2013) bersama sepupu dan teman-temannya, kami sangat hati-hati sekali dengan barang bawaan kami. Saking kuatirnya, sampai tidak membawa kamera dan telepon genggam saking ngerinya jadi incaran todongan. Sampai sekarang nyeselnya nggak kira-kira karena nggak ada barang bukti foto kami menjadi bagian dari salah satu karnaval terbesar di dunia itu. Ah, sudahlah. Suatu saat kembali lagi. Menghibur diri.

Dua bulan setelah karnaval, sewaktu saya sedang berada di Curitiba (Brazil selatan) saya mendapat kesempatan untuk kembali lagi ke Rio de Janeiro untuk mengurus pekerjaan tetapi hanya seharian saja berada di kota tersebut, dan sorenya kembali lagi ke Curitiba.

Ilustrasi café di pinggir pantai di Rio de Janeiro.

Ketika sedang makan siang santai di pinggir pantai dengan menyantap empanada (kue khas amerika latin, bentuknya seperti pastel namun lebih besar ukurannya), tiba-tiba ada tangan mungil yang berebut dengan cepat empanada tersebut dari tangan saya. 

Kaget bukan main.

Saya pun berdiri dan si anak kecil laki-laki hitam manis itu berlari. Saya beranikan mengejarnya dengan berjalan cepat. Betapa kagetnya saya tiba-tiba muncul beberapa anak-anak laki seusia remaja dan si anak kecil itu berlindung dibalik gerembolan itu. Nah lho! Si gerombolan itu menyilangkan tangan dan melihat saya dengan tajam. Hiiiii…Peristiwa di depan mata ini seperti saya lihat seperti dalam setting film.

Daripada cari perkara, akhirnya saya kembali ke restoran tadi dan meminta maaf kepada sang pemilik bukan bermaksud main kabur begitu saja dan saya tetap bermaksud membayar makan siang saya. Sang pemilik dengan wajah sedikit panik malah simpati menanyakan keadaan emosional saya. Dia kuatir saya kenapa-kenapa.

Setelah duduk kembali dan sudah tenang, saya hanya bingung dan kasihan dengan kejadian tadi. Jangan-jangan si anak kecil tadi memang kelaparan. Dan saya tetap bersyukur nggak diapa-apain oleh gerombolan anak-anak muda tadi. Kue aja diambil, gimana yang lainnya, ya?

Hati-hati dengan Barang Berharga

Selama tinggal beberapa waktu di Brazil dan  keseringan pindah-pindah kota, maka bisa dikatakan hidup saya penuh dengan drama tinggal nomaden dan angkat-angkat koper serta seringnya menggunakan pesawat domestik atau bus yang nyaman.

Oleh karena itu, saya harus ekstra hati-hati dengan barang berharga, seperti paspor dan dompet. Pengalaman saya menaruh uang dan paspor adalah dengan menempelnya di perut dan saya memakai celana panjang yang nyaman. Terkadang saya juga menaruh uang seperti nenek-nenek jaman dulu, (maaf) di bra. Uangnya saya bungkus dulu dengan tissu. Rempong, ya? Demi keamanan diri sendiri, deh.

Hati-hati terhadap barang bawaan kita. 

Penodongan di Siang Bolong

Kejadian ini saya dengar ketika saya tinggal di Caracas, Venezuela. Pada saat sedang menumpang taksi dari rumah menuju suatu tempat di suatu siang yang cerah, sang supir kadang ramah mengajak ngobrol jika mengetahui kita sedikit berbahasa lokal.  

Ketika jalanan macet dan kami berhenti di lampu merah, si supir cerita kalau tadi pagi dia juga lewat jalan yang sama bersama seorang penumpang wanita. Tiba-tiba datang orang menodong si wanita dari kaca jendela. Mau tidak mau si penumpang wanita menyerahkan semua barang miliknya, dari jam tangan, handphone, dompet, dan lainnya. Seisi tas.

Bo?? Situ gak salah, pak-nyaaaa, cerita sama saya?? Daripada mendengar lebih jauh lagi keterangan pak supir taksi, akhirnya saya memutuskan untuk membayar sesuai tarif (taksi di Caracas kebanyakan tidak memakai argo) dan turun di tengah-tengah kemacetan itu.

Takut? Ngeri? Menurut Anda?

Dirampok Ketika Akan memasuki Garasi Rumah Sendiri

Masih cerita di Caracas, Venezuela, seorang teman menceritakan kepada saya bahwa tetangga sebelah gedung apartemennya itu ditodong ketika sedang menunggu gerbang otomatis terbuka pintunya. Si penodong masuk ke dalam mobil dan ikut masuk ke dalam apartemen. Hadeuuhhh…saya tidak ingin mendengar ceritanya lebih lanjut lagi. Bikin senewen dan merinding.

Polisi Bersenjata Lalu Lalang

Lain cerita pengalaman di Mexico City, dimana saya tinggal saat ini. Melihat dan menyaksikan polisi berseragam lengkap dengan senjata menjulang yang melebihi tinggi badannya sendiri, membuat takjub pemandangan.

Pertama-tama sewaktu menginjakkan kaki disini, sih, kesannya saya norak ya, melihat pemandangan seperti itu. Tetapi akhirnya, ada pembenaran ketika salah satu sahabat, Herman, yang tinggal di Paris, datang berkunjung dan kami berlibur di Mexico tahun lalu. Betapa kagetnya dia menyaksikan situasi polisi tersebar hampir di setiap sudut, lengkap dengan senjata panjangnya.

Ilustrasi.

Pasang Mata, Pasang Telinga

  • Lebih baik tidak usah banyak mendengar atau membaca lebih dalam tentang keadaan keamanan yang (katanya) berbahaya. Terkadang tidak mengetahui secara detil keadaan keamanan suatu negara membantu kita bergerak bebas namun hati-hati, daripada jadi takut dan paranoid yang diciptakan sendiri.
  • Jika Anda traveling di suatu negara dan menumpang bus sewaktu berpindah kota, sebaiknya tidak meninggalkan barang berharga di bagasi bus. Kalau ada penumpang yang turun duluan, mana kita tahu kalau misalnya koper kita ikut diambil?
  • Pengalaman saya traveling dan tinggal di kota-kota yang katanya berbahaya di dunia, sebenarnya tidak perlu menciptakan rasa kuatir yang berlebihan dan akhirnya membuat stres diri sendiri. Walaupun saya stres beneran. Yang penting tidak mengundang orang lain berbuat jahat. Misalnya tidak mengeluarkan barang-barang berharga di depan umum yang bisa menimbulkan kesenjangan dan rasa iri yang berlebihan.
  • Tetap waspada, jaga diri dan hati-hati di manapun kita berada. Karena sebagai orang asing yang tinggal di negeri orang, lebih kelihatan secara fisik dan seringnya jadi sasaran kejahatan.
  • Kebanyakan kasus kriminal, seperti penodongan dan perampokan hanya menginginkan nilai materi. Jika hal ini terjadi pada Anda, sebaiknya diberikan saja tanpa melawan daripada nyawa Anda yang jadi sasaran.
  • Berbaur dengan penduduk setempat membantu kita untuk bisa diterima dalam masyarakatnya, sehingga mereka akan melindungi kita jika kenapa-kenapa dengan kita. Apalagi jika kita cewek yang traveling sendirian.
Foto: ilustrasi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar