Like

Minggu, 31 Maret 2013

X. 4. Yogyakarta, Membatik: Melestarikan Budaya Indonesia dan Memperdalam Teknik Pewarnaan


Setelah keliling nyekar ke makam leluhur di Yogyakarta, Prembun, Gombong dan Wonosobo, saya kembali ke Yogyakarta untuk memperdalam teknik pewarnaan batik. Hal ini saya lakukan untuk memperdalam pengetahuan tentang membatik. Sebelumnya memang saya sudah belajar dan bahkan beberapa kali memberikan presentasi dan workshop batik di Prancis dan di beberapa negara Amerika Latin.

Inilah peralatan membatik: dari canting. lilin, sampai kuas.

Saya tidak rela jika orang asing yang lebih menguasai tentang batik daripada saya sendiri sebagai orang Jawa dan juga warga negara Indonesia. Karena biar bagaimanapun, jiwa kita sebagai orang Indonesia akan berbeda penyampaian dengan pengertian batik dibandingkan orang asing belajar membatik. Tidak dapat ´rasa´nya.

Karena itu saya merasa harus belajar dan belajar lagi agar bisa menguasai lebih baik lagi dan bekal saya kelak untuk menjelajah negara-negara lainnya sambil memperkenalkan budaya negeri sendir, selain menari tradisional tentunya. Maka saya luangkan waktu selama seminggu penuh untuk konsentrasi belajar teknik pewarnaan batik dari pagi hingga sore.

Belajar tentang aneka teknik pewarnaan batik.

Selain belajar tentang teknik pewarnaan membatik yang berbeda, saya juga menyempatkan untuk belajar membatik di kayu. Ternyata prosesnya tidak serumit hasil buatannya.

Inilah hasil membatik dengan teknik pewarnaan seperti pembuatan kain lurik. Kanan atas: bersama kedua guru saya.

Selama seminggu konsentrasi belajar membatik lagi, baik di kain dan di kayu, semakin saya menyadari bahwa batik adalah kekayaan budaya yang sangat indah dan agung. Tidak hanya tentang teknik gambar, mencanting dan pewarnaan, tetapi ada cinta di dalam karya tersebut. Ada cerita tentang dalamnya budaya Jawa dalam kehidupan sehari-hari.


Teknik pembuatan batik kayu.

Untuk para guruku yang berbaik hati dan dengan sabar membimbing serta meluangkan waktu dan membagi ilmu yang pasti bermanfaat di kemudian hari.

Yogyakarta, awal tahun 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar