Like

Jumat, 22 Maret 2013

IX. 7. Cowok-cowok Latin, Begitu Menggoda?


Di blog sebelumnya saya membahas tentang operasi plastik, tradisi ulang tahun ke-15 dan tentang keamanan serta kriminalitas, kali ini saya akan berbagi tentang sedikit karakter cowok-cowok latin berdasarkan pengalaman saya. Tidak perlu dianggap sama rata, ya...Mungkin pengalaman Anda berbeda.

Sepertinya, ini, ini, topik yang menarik juga untuk dibahas: lebih dekat tentang cowok-cowok latin. Ehmm…

Siapa tak kenal citra cowok latin yang hot dan memesona? Coba tengok aksi panggung Enrique Inglesias, aktor latin yang banyak berlaak di panggung Holywood...atau yang populer: melalui siaran telenovela beberapa tahun lalu.


Ilustrasi cowok-cowok latin.

Menurut Anda? Apakah cowok-cowok latin  menggoda?

Pengalaman saya selama menjelajah amerika latin dari Suriname sampai Mexico, sepertinya cowok-cowok latin jauh, deh, dari kriteria untuk dijadikan pasangan hidup. Lagi-lagi, sih, mungkin saya sial aja diketemuinnya sama orang-orang yang tidak terlalu menarik perhatian.

¨Bayarin Saya Juga, dong, Sekalian…¨

Pengalaman nyata di Brazil ketika mendapat kesempatan untuk tinggal lebih lama karena alasan pekerjaan yang pindah-pindah kota, ada cowok yang mengajak saya untuk keluar malam dengan tujuan ingin mengenalkan kehidupan malam di Brazil. 

Karena ngeri waktu belum kenal-kenal amat, saya mengajak juga beberapa teman wanita untuk ikut bersama kami. Pertama-tama, sih, seru, ya. Lama kelamaan basi juga karena si dia terlalu sibuk tebar pesona dan beberapa teman lelakinya datang menemani kami. Kesannnya menjual pesona banget. Karena tidak nyaman, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari bar tersebut.

Ketika tagihan minuman datang, ternyata dijadikan 1 tagihan berikut daftar minuman yang dikonsumsi si cowok tadi. Eh, lah dalaah..dia cuek aja tuh kita yang bayar tagihannya tanpa mau merogoh uang sendiri. Waduh! Jangankan kita, nih, para wanita yang seharusnya dibayarin minuman, setidaknya, dia dong, bayar minuman yang dikonsumsi sendiri.

Nah, dari situ terlihat kalau dia tidak fair dan tidak gentle. Bayar minuman sendiri yang dia konsumsi aja nggak mau, gimana mau mentraktir cewek-cewek? Catet: langsung hilang feeling dan menganggap sama rata sebagian manner cowok-cowok Brazil. Nggak adil, sih…

Kesempatan ditraktir: Makan Banyak!

Di negara latin lainnya, cerita tak kalah seru. Suatu hari saya sedang mengurus pameran di salah kota di Colombia. Di kota tersebut tentu kenalan dengan sesama peserta pameran lokal dan orang asing.

Beberapa hari saling kenal dan ketika ada waktu istirahat panjang makan siang, kami pun memutuskan untuk makan siang bareng.

Mengingat beberapa hari yang lalu, si teman penduduk lokal yang laki-laki ini pernah membawakan kopi dan cemilan, maka saya berinisiatif untuk mentraktirnya di sebuah kantin. Dia senang bukan kepalang. Pengalaman saya, kalau kita ditraktir, kan, biasanya tahu diri, ya? Setidaknya makan secukupnya aja, gitu? Lah ini, saya bengong melihat pemandangan di depan mata. Pesanannya banyak banget, seperti nggak makan seminggu atau mungkin untuk modal hibernasi. Kata dia, asyik, nih, jarang-jarang ditraktir. Booo?? Kesempatan, ye, ternyata…

Beberapa hari kemudian, ada orang Indonesia yang sudah tinggal lama di kota itu datang berkunjung. Saya bercerita kepada dia tentang pengalaman saya. Nggak diduga, dia ngakak abis. Katanya: ya, begitulah…nggak ditraktir aja, mereka makan banyak. Apalagi ditraktir. Makin-makin…

Nebeng, dong…

Pengalaman tak kalah seru juga adalah ketika selesai pameran, biasanya kami pulang naik taksi berbarengan menuju hotel dan ongkos dari dari argo, kami bagi rata berdasarkan banyaknya penumpang (antara 3 – 4 orang). 

Kebetulan ada tetangga stand saya asal Peru yang ingin ikutan naik taksi bareng-bareng karena dia pindah hotel yang letaknya berdekatan dengan hotel teman-teman dan saya menginap.

Ketika tiba di tempat tujuan, biasanya salah satu dulu yang membayar argo ke tukang taksi, setelah itu kami inisiatif langsung bayar. Eh lah, dalah…si penumpang baru ini tidak ikutan membayar argo. Kata dia: kan, saya nebeng taksi kalian. Booo, ah! Ya, bayar juga, kali! Biar kata patungan argo cuma 1 sen, kan, bukan perkara jumlah nominalnya, tetapi partisipasi dia yang udah ikutan naik taksi bersama-sama kami. Sejak saat itu, kami ogah numpang taksi barengan dengannya.

Dandan keren itu perlu, untuk…menarik umpan!

Ini sepertinya pengalaman paling lucu yang pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri. Di akhir pameran di setiap negara-negara amerika latin, biasanya kami hang out bareng-bareng peserta lainnya ke restoran, lalu setelah itu ke bar yang menyediakan live music dan lantai dansa.

Tak disangka, teman asal Brazil ini berpakaian dan berdandan keren sekali. Waduh! Kami pun sampai terpesona di buatnya. Dengan jujurnya dia bilang: ¨ah, ini, kan untuk memancing cewek supaya deketin saya dan saya percaya diri berdekatan dengan mereka. Dengan dandan begini, pasti banyak yang menawarkan minuman dan saya tak perlu membayarnya¨.  

Hadeuuuhhh…jadi inget pengalaman sendiri, di awal cerita. Hihi…

Kesimpulannya…
  • Sebenernya tidak baik, sih, kalau saya menganggap rata karakter laki-laki latin seperti itu, yang mengambil kesempatan dari kita yang orang asing. Lagi sial aja, kali, deh. Walaupun banyak juga yang serius dan tidak berkarakter seperti itu.
  • Cowok-cowok latin itu sangat fun diajak bersenang-senang dan mereka mengetahui cara meng-entertain para pendatang dengan budaya pesta dan minum mereka yang memang sudah mendarah daging.
  • Selain itu, para cowok latin juga pintar membuat atmosfer pesta menjadi menyenangkan dengan berbaur dengan para pengunjung, DJ serta bartender.
  • Saya jadi lebih hati-hati jika menawarkan sesuatu, ya, karena pengalaman nggak ngenakin yang terjadi pada saya itu.
  • Menurut rumor di antara orang latin sendiri, mereka senang jika ada pendatang atau turis datang karena bisa dengan mudah dibaik-baikin dan akhirnya bisa sedikit dimanfaatkan.

Jadi, hati-hati, ya…jangan termakan rayuan. Hihi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar