Like

Minggu, 31 Maret 2013

X. 7. Trip Solo dan Yogyakarta (Imogiri dan Merapi)


Lanjut lagi cerita tentang perjalanan pulang kampung. Selama tinggal lebih dari 2 minggu di Yogya, saya kedatangan tamu agung, Cindy. 

Adalah salah satu sahabat saya yang baru menyelesaikan sekolah S3-nya di Prancis dan memutuskan untuk kembali ke tanah air.
Ketika mengetahui saya berada di Yogya, Cindy langsung terbang menyusul saya dan kami pun menghabiskan waktu bersama selama 4 hari.

Berkunjung ke Solo dengan menumpang Kereta Ungu Cantik

Kedatangan Cindy ke Yogya tentu saya sambut dengan hati riang. Akhirnya ada teman pecicilan, hehe. Setelah melepas rindu, kami pun menyusul jadwal perjalanan. Akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi Solo dengan menumpang kereta dari stasiun Tugu.
Sungguh kaget dan tidak mengira bahwa kereta menuju Solo ini berdandan cantik dan gerbong khusus wanita. Wah!

Perjalanan Yogya-Solo dengan menumpang kereta ungu cantik ;)

Seharian di Solo kami habiskan mengunjungi Museum Keraton, kemudian Pasar Klewer dan berakhir di café di dekat Keraton. Yang kami butuhkan adalah waktu mengobrol dan mengobrol.

Menjelang sore hari, kami kembali ke Yogya dan menumpang kereta yang sama.

Nyekar ke Imogiri

Di hari berikutnya, kami ingin menjelajah Yogya tetapi dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang berbeda. Borobudur dan Prambanan memang masuk dalam daftar, tetapi akhirnya kami memilih menjelajah Yogya bagian selatan.

Serunya ke Imogiri karena kami harus menaiki tangga yang jumlahnya lebih dari 300 anak tangga. Capek? Pastilah. Tapi dibawa enjoy aja.

Nyekar ke Imogiri, menikmati keindahan alam Yogya sekaligus wisata kuliner.

Di Imogiri, kami nyekar ke makam Sultan Agung, kemudian sempat berjalan-jalan di area makam yang memang daerahnya masih hijau dan asri serta bangunan dengan gaya arsitektur Jawa.

Yang serunya lagi, ketika kembali, kami tidak melalui jalan yang sama. Melainkan melalui perkampungan penduduk dan melalui hutan yang terawat. Alam Jawa memang indah sekali.

Sebelum pulang, kami menyempatkan jajan makanan Jawa di warung terdekat dan merasakan masakan lokal. Ini yang membuat rindu pulang kampung.

Menjelajah Merapi 

Yang menarik perhatian kami juga adalah mengunjungi daerah Gunung Merapi yang pada buulan Oktober 2010 meletus dan lahar panasnya memporakporandakan daerah sekitarnya. Bahkan, juru kunci Merapi, Mbak Marijan, meninggal di tempat dalam keadaan bersujud.

Kami melihat langsung daerah tersebut setelah bencana. Benar-benar berubah. Tuhan Maha Kuasa dengan segala isinya.

Menjelajah Merapi setelah Letusan.

Pada saat kedatangan kami itu, sedang dilakukan pembersihan dan mulai dibangun kembali satu demi satu infrastruktur yang rusak karena bencana tersebut.

Kalau dilihat dari dekat, Gunung Merapi ini seperti menyimpan suatu energi yang besar dan terkesan magis.

Akhir kunjungan Merapi, kami mampir ke warung makanan sekitar. Apalagi kalau bukan wisata kuliner kali  ini.


Terima kasih Cindy, Adi dan teman-teman.
Solo-Yogyakarta, awal tahun 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar