Like

Minggu, 23 Maret 2014

XIII. 14. Mexico (13): Oaxaca, kota budaya peradaban Zapotec


Salah satu kota seni dan budaya di Mexico adalah Oaxaca, yang terletak di Propinsi Oaxaca. Berjarak kurang lebih 500 km dengan berkendaraan atau sekitar 40 menit dengan pesawat terbang, Oaxaca mempunyai daya tarik tersendiri untuk dikunjungi. Daya tarik utamanya adalah masih banyak desa kecil yang masih dihuni oleh penduduk asli. Tata bahasa, kosa kata bahkan kegiatan kehidupan sehari-hari, masih melestarikan kebudayaan aslinya.

Suasana kota Oaxaca yang dikelilingi Pegunungan Sierra Madre.

Walaupun bahasa nasional Mexico adalah adalah bahasa spanyol, di Oaxaca, bahasa penduduk sehari-hari masih menggunakan bahasa zapotec. Zapotec adalah suku asli Oaxaca yang berusia ratusan tahun sebelum kelahiran Aztec dan Maya. Pemerintah Mexico masih bekerja keras melestarikan kebudayaan ini sehingga tidak punah oleh zaman.

Pada saat akhir pekan beberapa minggu lalu, saya dan beberapa teman mengunjungi Oaxaca dengan berkendaraan. Jarak tempuh yang kami lalui dari Mexico City sangat lancar. Jalan tol dan jalan biasa yang beraspal sempurna seakan memanjakan sang pengemudi. Ditambah lagi pemandangan alam yang luas biasa indah, bisa kami nikmati sepanjang perjalanan. Gunung berapi yang masih aktif, Popocatepetl dan gunung anggun Iztaccuatl, menemani kami sepanjang perjalanan selama hampir 2 jam. 

Setelah itu, bergantian gunung cantik Orizaba yang menemani kami sampai tiba di pegunungan Sierra Madre. Gunung-gunung berkaktus tinggi pun seakan tak ingin ketinggalan mengantar perjalanan kami menuju ibukota Propinsi Oaxaca. Tak terasa, 5 jam menempuh perjalanan, tibalah kami di ibukota cantik dengan bangunan yang dominan bergaya kolonial.

Secara geografis, Mexico termasuk bagian dari Amerika Utara. Tetapi, letak Oaxaca dikatakan unik karena terletak di perbatasan antara Amerika Utara dan Amerika Tengah. Selain itu, letak Oaxaca juga istimewa karena dikelilingi oleh pegunungan Sierra Madre bagian timur dan Sierra Madre bagian selatan.

Di sinilah letak kota Oaxaca, di tengah-tengah negara Mexico.

Iklim yang kami rasakan waktu itu adalah terasa dingin di pagi dan malam hari tetapi panas di siang dan sore hari. Jadi, pas-lah, kita plesiran di pagi menjelang siang sampai sore menjelang malam.

Secara keseluruhan, ibukota Oaxaca ini sangat menarik. Selain pusat kota yang ramai dan penuh dengan bangunan bersejarah. Di sekitarnya banyak restoran, bar, café serta toko-toko yang memenuhi kebutuhan penduduk kota bahkan turis.

Kami yang memang tinggal di ibukota Mexico, yaitu Mexico City, tentulah mencari sesuatu yang berbeda di Oaxaca, tidak hanya restoran, bar, café dan toko-toko, tetapi kami lebih tertarik dengan situs bersejarah yang terletak di pinggiran kota Oaxaca. Kebudayaan Zapotec yang sangat kental di Oaxaca merupakan salah satu kebudayaan penting dari bagian Mesoamerika (Mexico, Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua dan Costa Rica). Yang menakjubkan berada di Oaxaca adalah rasanya seakan kembali ke zaman dahulu, pada saat Mexico masih utuh dengan segala kebudayaannya, sebelum bangsa Spanyol memulai pendudukannya di abad ke-15.

Di antara banyak situs bersejarah, tempat wisata dan kota-kota kecil suku asli yang masih tersisa, akhirnya kami berhasil memilih beberapa tempat untuk dikunjungi.

Monte Alban, pusat peradaban bangsa Zapotec

Salah satu situs bersejarah peninggalan bangsa Zapotec yang lebih dari 700 tahun lalu Sebelum Masehi ini, termasuk Warisan Budaya Dunia versi UNESCO yang ditetapkan pada tahun 1987, adalah daya tarik utama kami mengunjungi Oaxaca. 

Pada masanya, Piramida Monte Alban, yang berarti gunung putih, merupakan ibukota bangsa Zapotec, yang menjadi pusat peradaban kala itu. Terletak di puncak bukit Oaxaca, Monte Alban menawarkan pemandangan yang indah di sekelilingnya. Piramida Monte Alban ini terdiri dari beberapa piramida besar dan kecil serta terdapat lapangan (Plaza Central) yang luasnya kira-kira 400m2, terbentang di tengah-tengahnya. 

Monte Alban, jejak peradaban Zapotec, yang menjadi daya tarik para turis untuk mengenal situs bersejarah di Oaxaca.

Lapangan ini berguna sebagai arena permainan dan upacara ritual. Pada saat kami sedang berada di tengah-tengah lapangan, kami tidak merasakan suara berisik riuh rendah. Situs Monte Alban ini seakan kedap suara, padahal berada di udara terbuka. Menakjubkan.

Mitla, Tempat ´Peristirahatan´

Situs bersejarah yang kedua yang membuat kami kagum adalah Mitla. Menurut bahasa Náhuatl (bahasa Bangsa Aztec), Mitla adalah tempat kematian. Bahasa Zapotec mengartikannya sebagai tempat peristirahatan. 

Pada saat Monte Alban booming sebagai pusat peradaban dan pemerintahan bangsa Zapotec pada zaman klasik, Mitla agaknya terlupaan. Tetapi, akhirnya Mitla memperoleh kejayaannya, terutama kekuatan politik bagi bangsa Zapotec
dan juga sebagai tempat upacara ritual setelah bangsa tersebut meninggalkan Monte Alban. 

Salah satu sudut Mitla dengan ciri khas pahatan dndingnya yang berbentuk segi-segi.

Mitla dikenal situs terakhir kejayaan precolombian, sebelum bangsa Spanyol tiba dan memperbaiki situs bersejarah ini. Yang menarik dari Mitla adalah hampir seluruh dekorasinya berbentuk pola geometri pada hampir seluruh dindingnya. Menurut catatan sejarah, bangsa Aztec berpartisipasi menaklukkan Mitla dan meniggalkan ´kenangan´ berupa bangunan yang berdekatan dengan bangunan asli peninggalan Zapotec.

Teotitlan del Valle, kerajinan tangan dari wol

Setelah puas mengunjungi 2 situs arkeologi pada zaman Zapotec, saatnya kami mengenal pengrajin asli suku Zapotec yang masih lestari sampai saat ini di desa kecil yang bernama Teotitlan del Valle. Terletak 28 km dari pusat kota Oaxaca, kota pengrajin wol ini wajib dikunjungi. Hampir setiap sudut rumah mengerjakan kerajinan dengan gaya industri rumahan.

Kegiatan menenun yang menjadi kerajinan rumahan penduduk dan menjadi khas Oaxaca.

Yang dihasilkan dari wol adalah karpet, selimut, mantel sampai tas dengan bahan dasar wol yang diberikan warna-warna alami yang mereka dapat dari alam, seperti kulit pohon, biji-bijian sampai telur ulat nopal (kaktus khas Mexico yang berbentuk daun datar dan bisa dimakan). Sang pengrajin menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan aneka kerajinan yang dikerjakan secara manual, mulai dari tahap perolehan wol, disikat agar halus, lalu diproses menjadi pintalan benang, pewarnaan sampai proses tenun. 

Yang membuat suasana menyenangkan pada saat kunjungan ini adalah sang pengrajin masih menggunakan bahasa asli Zapotec, yang sama sekali tidak kemiripannya dengan prononsiasi bahasa spanyol. Alhasil, kami pun terkesima dengan dilestarikannya bahasa kuno tersebut yang masih ada sampai saat ini. Jika Anda ingin membawa pulang aneka kerajinan ini, tidak perlu kaget dengan harga yang diberikan karena memang mahal. Menurut saya hal itu wajar mengingat proses tahapan yang dikerjakan secara manual yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan 1 hasil karya serta menggunakan bahan-bahan alami untuk proses pewarnaannya. Dan jangan lupa, di setiap hasil kerajinan, mengandung filosofi, adat, kerja keras dan dedikasi untuk mengerjakannya.

San Bartolo Coyotepec, desa penghasil tembikar berwarna hitam alami

Penjelahan Oaxaca berikutnya adalah mengunjungi desa San Bartolo Coyotepec, yang berjarak 12 km dari ibukota. Desa kecil yang tertata rapi ini mengandalkan mata pencahariannya dari menghasilkan tembikar berwarna hitam natural. 

Perajin keramik yang memeragakan cara pembuatan keramik secara manual.

Salah seorang penduduk, Carlos dan ibundanya, Alejandra, menyambut kami di kediamannya yang juga berfungsi sebagai workshop tembikar yang tertata sederhana. Carlos pun memperlihatkan cara membuat tembikar yang terbuat dari tanah liat berwarna abu-abu (keunikan tanah alami khas desa ini) dengan menggunakan alat sederhana: tatakan yang terbuat dari batu dan 2 piring ceper yang terbuat dari tanah liat ukuran kecil yang berfungsi untuk membuat bentuk tanah liat yang diinginkan. 

Pekerjaan ini membutuhkan imajinasi dan kreativitas kita untuk menstransfer bentuk yang ada di kepala. Sejauh ini, keluarga ibu Alejandra telah banyak menghasilkan bentuk tembikar yang beraneka ragam. Industri kerajinan rumahan ini merupakan warisan turun menurun dan tetap akan dilestarikan kepada generasi berikutnya.

Arrazola, berkelana ke dunia imajinasi

Selain banyak situs arkeologi bersejarah, beberapa desa kerajinan juga menawarkan kreativitas warganya. Tak ketinggalan Arrazola, desa kecil yang terletak tak jauh dari situs  arkeologi Monte Alban menawarkan dunia imajinasi melalui kerajinan tangan yang bernama alebrije (baca: alebrihe). 

Salah satu pengrajin menunjukkan hasil karya alebrijes-nya.

Alebrije adalah kerajinan tangan dengan menggambar di atas kayu dengan bentuk aneka hewan imajinasi. Warna-warna yang digunakan untuk alebrije adalah warna-warna terang dan mencolok. Yang menarik di desa ini adalah rata-rata yang bekerja adalah single mom untuk membiayai hidup mereka dan anak-anaknya.

Arbol del Tule: pohon 2000 tahun

Siapa sangka perjalanan jauh-jauh ke Oaxaca membawa kami untuk mengunjungi pohon yang popular disebut Arbol del Tule atau pohon dari daerah Tule, yang berusia lebih dari 2000 tahun? 

Pohon yang berusia lebih dari 2000 tahun, yang berhasil membawa ribuan turis dari berbagai negara mengunjunginya.

Terletak di jantung kota Santa Maria del Tule, pohon ´menakjubkan´ yang mempunyai tinggi 42 meter dengan diameter 14 meter ini berhasil mengundang ribuan turis berbagai kota di Mexico bahkan dari seluruh dunia! Hebat sekali, ya, marketing dan woro-woro pemerintah daerahnya.

Hierve del Agua, Mari berendam di air mineral

Kekayaan alam Oaxaca yang lain yang berhasil kami jelajahi adalah Hierve del Agua atau air panas dalam bahasa Indonesia atau the water boils dalam bahasa inggris. 

HIerve del Agua menyajikan pemandangan yang cantik. Kita bisa berenang lho, sambil menikmati pemandangan indah ini. Airnya hangat.

Wisata ini terletak agak jauh dari pusat kota, sekitar 80 km. Kita diharuskan melalui jalan yang berliku melewati pengunungan dan lembah curam. Hierve del Agua ini termasuk dalam situs arkeologi, penting karena merupakan peninggalan bangsa Zapotec sekitar 2500 tahun yang lalu untuk keperluan sistem irigrasi. 

Saat ini, para wisatawan bisa menikmati Hierve del Agua yang airnya mengandung kalsium karbonat dan berbagai mineral lainnya. Kita bisa berendam di air hangat dengan suhu 25 derajat yang menyajikan pemandangan alam yang indah.

Pengalaman yang didapat..

Setelah beberapa hari menjelajah Oaxaca, pesan moral yang saya dapat adalah melestarikan kebudayaan daerah dan negeri sendiri adalah penting karena itu merupakan simbol penghormatan terhadap nenek moyang. Selain itu, program pemerintah daerah dan pemerintah pusat dilaksanakan secara kesinambungan. Juga rakyat Mexico dan warga Oaxaca sendiri merasa bangga dan mempunyai rasa memiliki akan kekayaan budayanya.
Satu hal yang terlintas di benak saya: menjelajah Oaxaca serasa menjelajah Yogyakarta-nya Indonesia. Hampir sama. Banyak situs arkeologi, kerajinan tangan yang hampir mirip serta penduduknya yang sama-sama ramah terhadap wisatawan.

Jika suatu saat Anda menjejakkan kaki di Oaxaca…
  1. Pilihlah waktu yang tepat. Sebaiknya hindari bepergian di musim dingin.
  2. Jika ingin maksimal menikmati keindahan Oaxaca, minimal Anda menluangkan waktu 5 hari 4 malam.
  3. Jangan segan untuk browsing berbagai informasi melalui internet, buku, majalah atau bahkan bertanya ke teman sebelum memutuskan untuk pergi.
  4. Minimalkan barang bawaan Anda untuk mempermudah perjalanan itu sendiri.
  5. Siapkan obat-obatan ringan.
  6. Menginaplah di guest house atau penginapan sederhana a la Mexicana, sehingga Anda akan mendapatkan pengalaman maksimal dan mengenal cara hidup mereka.

MOESTARYANTI PURUHITA

FOTO: LGN

Cerita tentang kota Oaxaca ada di dailysylvia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar