Ilustrasi laptop |
Lain cerita
jika kita berteman dengan penduduk lokal. Cara yang paling tepat menjalin
pertemanan dengan penduduk lokal adalah dengan cara yang biasa saja. Jangan
berteman hanya karena ada interest atau
ada suatu kepentingan yang menguntungkan diri kita sendiri. Dijamin sifat
seperti ini, pertemanan tidak akan tahan lama. Begitu tujuan terpenuhi, nah, bye-bye, deh. Nggak baik, kan?
Pengalaman
saya menjalin pertemanan dengan penduduk lokal bisa dibilang rumit, karena
mayoritas penduduk kota Paris sulit untuk didekati. Maksudnya, karena sebagian
besar dari mereka sibuk sendiri-sendiri dan memiliki rasa individualis yang
tinggi. Kesannya, mereka senang hidup sendiri atau bahkan mereka tidak
membutuhkan teman. Dari beberapa teman prancis yang saya miliki, saya ingat
mereka pernah mengatakan bahwa lebih baik mempunyai teman yang bisa dihitung
dengan jari tangan tapi jalinan persahabatan bertahan lama dan kualitas
pertemanan terjaga.
Bisa dibilang,
berteman dengan penduduk lokal agak susah karena sifat tertutup mereka. Tetapi,
saya jadi introspeksi diri, sih.
Mungkin saya yang sulit untuk didekati? Mungkin karena saya orang asing yang
sifatnya jauh dari kebiasaan mereka? Kendala bahasa mungkin? Atau adanya
perbedaan latar budaya yang jomplang?
Ya, banyak faktor, sih. Tapi nggak usah dipikirin.
Saya malah
lebih mudah berteman dengan orang asing lainnya yang bukan warga negara Prancis
karena merasa senasib: sama-sama di negara orang dan berada di Paris. Warga
negara mereka macam-macam: Rusia, Belanda, Bulgaria, Polandia, Jepang, Cina dan
Brazil.
Yang menjadi
perhatian saya adalah cara berkomunikasi dengan penduduk lokal. Misalnya,
ketika kami janjian untuk ngopi atau
makan malam, komunikasi dilakukan via email atau sms. Berbicara di telepon
lokal atau handphone, jarang
dilakukan. Entah kenapa, ya, mereka lebih suka berkomunikasi secara tertulis.
Dan jangan sedih, jenis handphone
mereka kebanyakan out of date. Bukan
maksud hati menertawakan tetapi keadaan ini jauh berbeda dengan mayoritas teman
Indonesia yang lebih up date dalam
hal teknologi. Dan saya salut dengan mayoritas penduduk lokal yang tidak
terganggu dengan tetap menggunakan telepon genggam out of date. Selama itu masih bisa digunakan, mengapa harus diganti
dengan model yang lebih baru?
Berbeda dengan
telepon genggam yang out of date, mayoritas penduduk lokal dan mayoritas mahasiswa, meng-up date
laptop mereka dengan model dan aplikasi yang paling baru. Mereka sadar bahwa
kebutuhan teknologi yang satu ini membantu mereka dalam hal perkuliahan dan
pekerjaan.
Dengan komputer jinjing, atau laptop, cara
berkomunikasi via email berlaku dalam kehidupan sosial dan perkuliahan. Contohnya jika ada tugas dari para dosen, mereka tak segan memberikan alamat email mereka
dan meminta kami para mahasiswa mengirimkannya via email. Lalu di perkuliahan
selanjutnya, para dosen sudah siap dengan koreksi dan pembahasan dari tugas
yang dikirim para mahasiswa melalui email.
Dalam
kehidupan sosial, email menjadi begitu populer dan menjadi tempat obrolan untuk
menentukan waktu dan tempat janjian.
Well,
lagi-lagi saya tidak men-generalisasi cara berkomunikasi mayoritas penduduk
lokal. Karena saya bagian dari masyarakat itu sendiri, secara tidak sadar, saya
pun mengikuti rule mereka: berkomunikasi via email.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar