Beberapa minggu setelah sekolah bahasa dimulai, saya selalu berusaha untuk mati-matian belajar bahasa lokal agar bisa nyemplung di kehidupan masyarakatnya. Dibantu oleh keluarga homestay yang memang mendukung segala keperluan saya, maka selayaknya belajar keras agar bisa berbahasa prancis seperti mereka. Memang, sih, aksen tidak bisa dibohongi atau diubah karena memang dari ´sono´nya. Tetapi kalau kita berbicara dengan struktur bahasa yang benar, dijamin pasti mereka bertepuk tangan untuk kita.
Di minggu ke-4 saya bersekolah, kami duduk
makan malam bersama di meja makan. Keluarga homestay
mengundang keluarga prancis lainnya. Tentunya, karena hanya saya yang orang
asing disana, mereka pastinya nge-test dengan bertanya ini itu. Pertanyaan yang
sering mampir ke telinga saya (saking seringnya, mungkin telinga saya protes
kalau dia mempunyai suara, hehe..), seperti: kapan tiba di Prancis? Mau
ngapain? Tujuannya nanti? Berapa lama akan berada disini? Jujur saja, kalau
punya tape recorder, lebih baik saya memasangnya agar tidak buang-buang suara
untuk menjawabnya, hehe. Eh, ternyata tujuan mereka bertanya itu, untuk
mengetahui kemajuan pembelajaran saya terhadap bahasa Prancis. Saya tidak tahu
kenapa, saya cinta sekali dengan bahasa ini, tetapi tidak dengan sifat orang
prancis itu sendiri, yang terkenal sombong dan sering mengeluh.
Selain telah sedikit menyelami bahasa setempat,
saya juga mengenal sedikit demi sedikit budaya lokalnya. Misalnya jika kita
diundang makan (siang atau malam) atau sekedar aperitif (ngemil) bahkan sampai
makan di restoran. Yang menarik, tentu saja semuanya beda dengan budaya
Indonesia. Misalnya ada teman yang ulang tahun, kadang mereka merayakannya di
restoran atau di bar atau bahkan main bowling bersama. Untuk hal membayar,
bukan yang punya ultah yang mentraktir, melainkan tetap bayar masing-masing
sesuai dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Agak aneh, sih. Tapi lama kelamaan maklum juga
karena harga makanan dan minuman cukup mahal di eropa. Uniknya lagi,
jika ada uang kembalian sesen pun tetap dihitung. Coba di Indonesia? Cingcay
saja, lah, ya..
Untuk pertemanan, saya termasuk
orang yang mudah bergaul dengan siapapun, tapi lama kelamaan seleksi alam yang
menentukan kita cocok dengan dengan siapa atau mereka cocok bergaul dengan kita
atau tidak. Hal ini, sih, tak perlu
diambil pusing. Masalah pertemanan adalah hak asasi. Kita nggak bisa memiliki
layaknya pacar. Mereka mau bergaul dengan siapapun, toh, itu urusan mereka.
Demikian juga jika saya memilih berteman dengan siapapun, bukan urusan mereka
juga.
Mengenai pertemanan, saya
menerapkan tarik ulur. Maksudnya, tidak dekat juga tidak jauh. Hal ini saya
pelajari karena kehidupan di kota besar seperti Paris, kita tidak bisa
bergantung dengan siapapun karena semua orang juga sibuk berjuang dengan urusan
masing-masing.
Kok, kesannya egois sekali. Percaya, deh, sekalinya benar-benar nyemplung dalam kehidupan kota besar dan
sibuk seperti Paris, setiap orang mempunyai target sendiri-sendiri dalam
menentukan masa depannya.
Bukan apa-apa, karena setiap orang yang datang ke
Paris, mereka pasti ada tujuan dan inginnya berhasil merealisasikan tujuan
tersebut. Walaupun bisa beraneka ragam tujuannya, tetapi, dalam kehidupan
sehari-hari, mereka harus bisa bertahan demi mencapai tujuannya.
Saya mendapat
pelajaran dari hal ini bahwa dalam hidup kita tidak boleh bergantung kepada
orang lain. Dan kehidupan kota Paris yang keras mengajarkan saya hal ini. Setidaknya, selama 4 minggu saya menjadi bagian dari masyarakat Paris itu sendiri.
(Untuk masyarakat kota Paris yang
multinasional)
Cerita Lanjutan:
http://puruhita-journey.blogspot.mx/2012/11/iii-1-lika-liku-selama-setahun-di-paris.html
Cerita Lanjutan:
http://puruhita-journey.blogspot.mx/2012/11/iii-1-lika-liku-selama-setahun-di-paris.html
Betuul banget Cong! Absolutely agree. Tinggal di negeri orang justru Jangan bergantung Sam a orang lain even itu sama sesama org Indonesia. When problem comes kit a jadi selalu siap sedia (macam oral it a ah hihihi) utk overcome masalahnya. On top of that orange lain juga busy utk bisa survive.
BalasHapus