Ki-Ka: Tasha, Saya, Sandy (maaf, ya, Sand, merem), Baby Béné, Herman, Iin-emaknya Béné. |
Yang menarik di Paris adalah
banyak bertemu dengan orang Indonesia. Menurut pengamatan saya, mereka ada
dimana saja. Contoh yang paling mudah bertemu dengan komunitas mereka adalah di
kantin KBRI Paris. Ya, KBRI Paris
mempunyai kantin yang menyediakan aneka bumbu masakan, masakan siap santap, mi
instan, aneka minuman dan makanan ringan, yang semuanya khas Indonesia.
Jika kangen dengan masakan
Indonesia, ya, tinggal datang saja ke
kantin KBRI. Selain itu, kita pasti bertemu dengan komunitas Indonesia dan
warga Indonesia yang tinggal di Paris dan sekitarnya yang kebetulan sedang
santap siang atau hanya sekedar membeli bumbu-bumbu atau bahkan menjadikan
kantin sebagai tempat pertemuan.
Dari situ, bisa dimulai jalinan pertemanan,
karena biasanya komunitas tersebut akan memperkenalkan kita dengan orang-orang
Indonesia yang memang tinggal di Paris. Kalau sudah begitu, dijamin dunia hanya
selebar daun talas. Secara tak sengaja, kita akan menemukan komunitas yang sama
sewaktu di Jakarta, teman sekolah, saudaranya teman kita atau bahkan sahabat
baik pacar kita zaman dulu. Nggak percaya?
Paris ternyata sempit untuk orang Indonesia!
Tetapi yang hal yang harus
diingat adalah kita tidak mempunyai banyak pilihan teman di Paris. Mereka ada
disana bersamaan dengan waktu kita berada, bagi saya adalah sebuah destiny. Kalau cocok berteman dengan
mereka yang ada di Paris, ya, bagus.
Kalau tidak, seleksi alam sendiri yang akan menentukan.
Ultah tahun 2006 di rumah Sandy bersama para mahasiswa di Paris. Ki-Ka Atas: Rati, Suryo, Widi (belakang), Dita, Anggit, Gemala, Saya. Ki-Ka Bawah: Amanda,Ebi, Dayu. |
Seiring dengan kesibukan
masing-masing dengan pekerjaan, kewajiban sekolah atau bahkan sebagai ibu rumah
tangga, membuat hubungan pertemanan tidak selancar yang kita kira. Jangan sakit
hati misalnya mereka tidak punya banyak waktu kita. Kan, mereka juga sibuk. Kita
juga, bukan?
Saya termasuk pendatang di Paris.
Ketika datang, saya sudah memiliki ´aset´ teman-teman yang sudah tinggal lama
disana terlebih dahulu. Seperti Herman, Sandy dan Dwi yang tinggal di Paris.
Ada juga Tasha (yang akhirnya jadi teman seapartemen di Paris), yang dulunya
tinggal di Besançon, bagian tenggara Prancis. Dan ada Herikris yang tinggal di
desa Concarneau (bagian barat Prancis). Lalu ada kenalan mereka yang tinggal di
Marseille, bagian selatan Prancis. Saya juga mempunyai bibi, saudara sepupu
dari pihak ibu, yang juga tinggal di luar Paris. Jadi, ketika datang ke Paris,
saya tidak benar-benar sendiri.
Ultah Herikris di rumah Herman. Ki-Ka: Iwan, Herikris, Ocha, Cindy, Herman, Aurélien (belakang), Dani (belakang), Nana (depan), saya, Ifa. |
Karena mereka, saya akhirnya
berkenalan dengan banyak orang Indonesia yang beraneka ragam latar belakang dan
tujuan ke Paris. Mulai dari yang berstatus pelajar, mahasiswa, anak diplomat,
ibu rumah tangga sampai banci dan waria. Saya sangat menghargai mereka, dengan
latar belakang kehidupan yang beraneka ragam. Karena, berteman tidak melihat
siapa dia, punya apa dan rincian harta-bendanya, kan?
Pada akhirnya, kami bertemu dalam
satu ´wadah´ yaitu, kehidupan di Paris. Secara tidak langsung hubungan kami
seperti keluarga. Saling membantu. Suka dan duka pun, kami berbagi.
(Untuk semua teman dan keluarga
di Prancis)
Foto ultah: Koleksi Sandy
Foto ultah: Koleksi Sandy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar