Tahun pertama, saya bekerja menjemput anak berusia 2 tahun di tempat penitipan anak setiap pukul 4 sore. Lalu saya membawanya pulang untuk dimandikan dan bemain bersama sampai orang tua si anak pulang ke rumah pukul 7 malam. Pekerjaan ini saya lakoni selama 6 bulan.
Di tahun kedua, pekerjaan saya tetap sebagai penjemput anak. Kali ini adalah anak berusia 7 tahun. Saya menjemputnya sekitar pukul 16.30 lalu membawanya ke rumah. Menemani membuat pekerjaan rumah dan bermain dengannya sampai si orang tua pulang sekitar pukul 7 malam.
Bisa dibilang, dengan memilih
melanjutkan sekolah ke Paris, otomatis saya meninggalkan semua kehidupan yang
tengah dijalani di tanah air. Dengan kata lain, saya memulai hidup dari nol.
Tentunya sedih meninggalkan keluarga, teman-teman dan orang-orang tersayang. Tetapi
kalau tekad sudah bulat, perasaan itu bisa ditutupi dengan antusias menyambut
petualangan baru di negara lain.
Selama memulai kehidupan baru di
negara yang sama sekali asing memang tidak mudah. Selain harus konsentrasi
penuh di sekolah, juga harus siap bekerja apa saja untuk memenuhi kehidupan
hidup. Kalau dipikir-pikir lagi, sebelum memutuskan ke Paris, saya sudah
mempunyai pekerjaan yang saya sukai, posisi lumayan bagus dan menantang karena
pada saat saya memutuskan keluar dari pekerjaan, promosi pekerjaan pun datang.
Yang tadinya sibuk sebagai sekretaris redaksi majalah wanita, saya dipromosikan
menjadi redaktur mode dan kecantikan. Tugas yang menyenangkan karena berhubungan
dengan pembuatan cover majalah, halaman mode dan kecantikan terkini.
Sedih sekali ketika saya harus
benar-benar memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan dan posisi baru yang tengah
saya nikmati. Setidaknya saya berhasil membuat 3 sesi foto cover sebelum saya
terbang menjauh ke eropa. Dan
lebih senangnya, hasil tersebut berhasil lolos quality control dan layak dijadikan cover majalah.
Jika lagi melamun, saya sering berfikir: ngapain, ya, gue disini? Mendingan tetap
bekerja di majalah wanita itu. Tentunya akan banyak hasil foto cover dan halaman
mode yang sudah saya kerjakan. Dan lagi-lagi saya tidak boleh menyesal dengan pilhan yang
sudah saya putuskan dan saya jalani.
Sebenarnya kalau mau jujur, yang membuat saya
rindu adalah mantan big boss. Beliau
ini walaupun kelihatannya tegas, tetapi hati dan jiwanya tulus. Gaya
bicaranya ceplas ceplos dan apa adanya. Terus terang saya lebih menyukai tipe
bos yang seperti ini. Dengan demikian, tidak ada yang disembunyikan ketika
bekerja. Kalau hasil notulen, tulisan atau foto tidak bagus atau kurang bagus,
maka beliau akan mengatakan yang sebenarnya.
Sementara dengan kehidupan di
Paris, bos saya yang tak lain adalah orang tua si anak berusia 2 tahun ini,
sombong dan perhitungannya minta ampun. Karena saya digaji per jam, maka setiap menit pun dihitung olehnya. Ya
ampun! Semula, sih, kaget. Karena
saya mengira cingcay aja, deh. Toh saya nggak perhitungan dengan
perjuangan di jalan hingga tiba di rumahnya. Saya tidak menghitung transport
yang saya keluarkan. Tetapi, jika bekerja dengan orang Prancis, ya, siap-siap kaku, deh.
Setiap kali sehabis menjaga anaknya, si ibu
atau si bapak akan menanyakan bahwa si anak ngapain
aja. Trus tadi di tempat penitipan anak, petugasnya bilang apa aja,
dsb, dsb. Nah, saya harus menerangkan dengan detil dan benar. Karena kalau
tidak, bisa saja kita dianggap teledor dan tidak serius dengan pekerjaan ini.
Ya, memang benar, sih. Menjaga anak
kecil itu taruhannya nyawa. Lengah sedikit, kita tidak tahu apa yang akan
terjadi.
Dalam menuju perjalanan pulang,
saya melamun lagi. Siapa bilang
hidup di Paris itu enak dan menyenangkan? Itu hanya kemasan. Coba, deh, nyemplung ke dunia pekerjaan yang lebih
serius. Belum lagi menghadapi karakteristik orang Prancis yang menurut saya
kaku dan seringnya jarang ada toleransi. Saya saja baru mengalami pekerjaan
kecil seperti ini sudah bisa merasakan tidak nyamannya bekerja dengan mereka.
Tetapi
apa boleh buat. Dan saya harus selalu merasa bersyukur bahwa bisa merasakan
pengalaman seperti ini. Ah,
membayangkan dinamisnya bekerja di majalah, membuat saya rindu dengan suasana
dan tentunya rindu dengan teman-teman dan mantan bos yang galak namun baik hati.
(Untuk semua mantan bos yang
memberikan pengalaman berharga dalam bidang pekerjaan apapun)
Cerita Lanjutan:
http://puruhita-journey.blogspot.mx/2012/11/iv-1-serunya-show-di-luar-kota.html
Cerita Lanjutan:
http://puruhita-journey.blogspot.mx/2012/11/iv-1-serunya-show-di-luar-kota.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar