Like

Jumat, 15 Februari 2013

VIII. 21. San Cristobal, Tachira, Venezuela (3): Dari Festival, Letusan Senjata sampai Desa yang Indah


Di awal tahun 2009, saya mengunjungi San Cristobal, Propinsi Tachira yang termasuk juga Pegunungan Los Andes. Bekunjungnya saya ke kota sejuk tersebut adalah untuk berpartisipasi dalam Festival San Sebastian yang berlangsung selama 1 bulan.

Secara letak geografis, San Cristobal terletak di sebelah barat daya Venezuela, sangat dekat dengan perbatasan antara kota San Cristobal dan Cúcuta (Colombia). 

Tentang Keamanan di San Cristobal
San Cistobal termasuk kota yang sejuk dan nyaman di siang hari. Di malam hari? jangan coba-coba pecicilan jalan-jalan sendirian. Kota ini dikenal lumayan berbahaya karena dekat dengan perbatasan Colombia dimana menurut penduduk setempat ada beberapa pemberontak yang menysup atau melarikan diri. Tak heran banyak polisi dan militer yang berjaga-jaga di mana-mana.

Ditambah lagi, seringnya mendengar letusan senjata yang mirip dengan petasan, yang diledakkan begitu saja. Ngeri? Ya, pasti, dong. Syukurlah saya menemukan hotel di tengah kota yang dekat dengan tempat festival. Pemilik hotel yang baik hati menyediakan taksi kenalannya untuk mengantar dan menjemput saya dari hotel ke tempat pameran dan sebaliknya. 

Bertemu dan Berbaur dengan Penduduk Setempat
Ah, sudahlah, tidak perlu menulis lebih panjang pengalaman dan situasi yang menegangkan tentang kota ini, karena pengalaman yang lebih menegangkan akan saya temui di Caracas, ibukota Venezuela, di mana saya memutuskan untuk menetap selama 1,5 tahun. 

Yang berkesan di San Cristobal dan Festival San Sebastian adalah saya bisa bertemu dengan peserta pameran lain dari berbagai daerah di Venezuela maupun berinteraksi dengan penduduk lokal. Walaupun bahasa spanyol saat itu tidak lancar, tetapi komunikasi tetap bejalan.


Bersama para penduduk lokal San Cristobal. Kanan atas: bersama penari Flamenco. 


Selama sebulan saya berada di wilayah dan daerahyang sama, jadi akrab dengan pemilik warung yang menyediakan cemilan dan kopi. Sebut saja namanya Ibu Violeta. Kami sempat berfoto berdua. Beliau mengenakan t-shirt warna pink. 

Lalu ada Ivana, Jenny dan beberapa cewek Venezuela yang kebetulan bersama sama di festival itèh u selama sebulan. Dari situ, saya jadi belajar bahasa spanyol sambil praktek. Dan mereka mengajarkan setiap kosa kata baru. Ternyata tidak sulit mengerti bahasa spanyol.

Di akhir pekan, biasanya ada pertunjukkan seni. Ada sulap atau hiburan untuk anak-anak serta tarian flamenco dan salsa. Saya sempat berfoto dengan para penari. Hmm..jangan bilang kalo mereka gendut, hihi...


Kunjungan Singkat ke kota San Cristobal, Desa Peribeco dan Represa
Walaupun saya sempat tinggal selama sebulan, tetapi tidak mempunyai banyak waktu untuk menikmati kota San Cristobal dan daerah sekitarnya. Selain itu, jalan-jalan sendirian kta penduduk lokal juga riskan karena ketauan sekali saya turis dan tidak mahir berbahasa spanyol.

Suasana kota San Cristobal.


Ah, tapi, cuek aja, deh. Kalo dipikirin bahayanya, kapan bisa plesiran? Yang penting tetap hati-hati dan banyak doa. 

Setelah festival selesai, saya menyisihkan waktu selama 4 hari untuk plesiran. Pertama-tama saya jalan-jalan di sekitar pusat kota, lalu ke desa kecil Peribeco yang jaraknya tidakjauh dari pusat kota. Lagi-lagi pemilik hotel menyediakan taksi pulang-pergi untuk mengantar dan menjemput saya dari hotel ke desa Peribeco. 

Suasana kota kecil Peribeco.

Di hari terakhir plesiran, saya mengunjungi Represa Uribante Caparo Leonardo,yang terletak di Propinsi Tachia, 2 jam dengan mengendarai mobil dari San Cristobal. Represa adalah konservasi air ntuk mengantisipasi kekurangan air. Konstruksi yang indah seakan adalah bentuk alami, padahal represa itu memang sengaja dibangun. Indah sekali.
                           Represa Uribante Caparo Leonardo, Estado Tachira.



Letak Geografis San Cristobal


Pengalaman tentang San Cristobal dan Propinsi Tachira...

  • Masih beruntung dipertemukan orang-orang yang baik di tengah-tengah berita berbahaya tentang San Cristobal dan Venezuela itu sendiri.
  • Berbaur dengan penduduk sekitar yang ramah dan menerima turis dan bangsa pendatang.
  • Sebaiknya tidak perlu mengetahui lebih dalam mengetahui keadaan bahaya suatu kota karena akan merugikan masa tinggal di sana dan membuat jadi takut plesiran, apalagi sendirian.
  • Setiap malam menjelang tidur, saya mendengar suara letusan senjata. Dari yang pertamanya kaget dan ngeri, akhirnya menganggap itu adalah bunyi suara musik. Membuat pikiran positif sangat diperlukan di situasi seperti ini.
  • Berusahalah untuk berbaur dan berkomunikasi dengan penduduk lokal, walaupun kesulitan masalah bahasa. Karena, penduduk lokal ataupun pemilik hotel adalah orang terdekat jika sesuatu terjadi pada diri kita.
  • Tetap santai dan mengontrol emosi di setiap keadaan dan harus selalu hati-hati  di manapun kita berada.
  • Di kota inilah, petualangan saya tentang plesiran ke Venezuela dan diuji menilainya secara obyektif, tidak subyektif. Dan hal itu sangat sulit mengingat Venezuela adalah negara yang mempunyai permasalahan kompleks dari segi politik, ekonomi dan keamanan. 

San Cristobal, Januari 2009

Foto peta: google maps.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar