Like

Minggu, 10 Februari 2013

VIII. 18. Bogotá, Colombia (2): Kota Sejuk yang Membuat Betah

Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar nama Bogotá? Kalau saya, yang terbayang adalah kota berbahaya, banyak tindak kejahatan, orang bersenjata, populer dengan kota narkoba dan kita pasti akan takut berada di sana karena situasi kota yang tidak nyaman.

Namun, apa kata mata dan hati saya ketika menjejakkan kaki pertama kali menjelang akhir tahun? Tiba di bandara Bogotá, hal buruk saya alami. Namun demikian, terbayar dengan suasana yang meriah di luar bandara. Suasana kota yang begitu hidup setelah Natal dan menyambut tahun baru, membuat bayangan buruk dan menakutkan tentang kota ini sirna. 

Koper dicongkel!
Baru tiba di bandara Bogotá, sempat ditanyain macem-macem oleh petugas imigrasi. Duh, rempong, deh. Ditambah ketika ambil bagasi, koper dicongkel. Takut, dong, diisi macem-macem oleh oknum tak bertanggung jawab. Akhirnya, dalam keadaan terbongkar itu, koper saya bawa untuk di-claim ke masapai penerbangan dan saya mau ada saksi pada saat koper dibuka setelah dicongkel. Agak rempong karena waktu itu bahasa spanyol saya tidak lancar. Akhirnya ada jalan keluar dengan berbahasa prancis karena kebetulan saya terbang dengan maskapai negara Prancis. Setelah membuat laporan dan diperiksa tidak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam koper dan barang-barang di dalam koper juga aman, hati jadi lega. Maskapai penerbangan pun memperbaiki koper yang dicongkel.

Suasana downtown  Bogota

Kesan pertama tentang Bogotá
Karena saya tiba di akhir tahun, sisa-sisa pesta Natal masih terasa. Patung sinterklas dan segala macam hiasan meriah masih memenuhi pusat kota. Lagi-lagi menyesal karena tidak banyak memotret, karena masih dihantui rasa takut  berlebihan yang saya ciptakan sendiri.

Ditambah menginap sendirian di hotel pada saat akhir tahun itu rasanya sama dengan merayakan Idul Fitri sendirian di negara yang merayakan Natal. Jadi, benar-benar merasa sendiri karena penduduk kota atau siapapun sibuk dengan persiapan pesta dengan keluarga masing-masing. Sedih? Ya, rugi, dong! Akhirnya, saya pun nekat menikmati suasana kota sendirian. Karena ngeri mencolok sendirian dianggap turis, akhirnya saya tidak membawa kamera. Yang penting cuci mata dan batin lega sambil orientasi daerah di mana saya menginap.




Kebetulan saya menginap di hotel yang dekat dengan pusat kota. Suasana yang ramai dan meriah berbaur dengan penduduk kota yang menikmati penyambutan pesta akhir tahun. Mengunjungi daerah Candelaria, mengukur jalan dengan menaiki jalur bus khusus (percontohan Trans Jakarta) serta mencoba makanan lokal yang masih masuk kategori lidah Indonesia. 

Malu Bertanya = Mari Kita Jalan-jalan
Terpesona dengan kenyamanan dan tata letak kota yang semrawut namun teratur (nah, lho, ngebayang, nggak rasanya gimana?), keesokan harinya, saya melanjutkan menikmati kota ini lagi. Sendirian. Kali ini sudah lebih mending karena mudah mengorientasi kota Bogotá asal kita meningat dari mana titik poin memulai penjelajahan.


Add caption


Yang seru di Bogotá sebagian besar menggunakan angka untuk nama jalan atau jalan raya besar. Angka jalan semakin kecil atau semakin besar menunjukkan arah navigasi, apakah kita berada di selatan, utara, barat, timur atau barat laut kota. Menurut saya, membantu posisi fisik kita sendiri dengan memudahkan mengetahui posisi di mana arah hotel pusat kota atau arah tujuan kita. Coba kalau dipandu dengan nama jalan? Dijamin nyasar dan saya pasti tergantung dengan buku panduan yang saya bawa. Disini, nih, prinsip 'malu bertanya, mari kita jalan-jalan'. Yang penting, tidak perlu takut tersasar karena kita akan melihat dan menemukan hal tak terduga. Dari pengalaman saya, kebanyakan sih, saya menemukan hal yang menyenangkan dibandingkan hal yang mengerikan. 

Candelaria, Pusat Kota Populer dengan Daya Tarik Bangunan Kolonial
Mengunjungi Bogotá tanpa menginjakkan kaki di daerah Candelaria, sama dengan memakan masakan lokal tanpa garam. Hambar. Daerah Candelaria yang populer, mempunyai daya tarik magis yang kuat. Tidak hanya turis yang tumpah ruah di daerah kolonial tersebt, penduduk lokal pun turut memenuhi daerah yang terdapat Plaza Bolivar itu.




Disini, nih, kita wajib hati-hati dengan barang bawaan. Seperti di daerah manapun di seluruh dunia, selalu saja ada kesempatan untuk orang berbuat jahat. Entah itu dicopet atau ditodong. Bukan menakut-nakui, lho, karena sata melihat sendiri ada orang ditodong. Rasanya ma minum pil hilang saat itu juga. 

Montserrate, Melihat Keindahan Bogotá dari Ketinggian
Salah satu simbol kebanggaan Bogotá adalah Montserrate yang berada di ketinggian kota. Dari sini, kita bisa melihat kota Bogotá 180 derajat. Selain alam sekitar yang indah, Montserrate juga merupakan tempat ziarah yang banyak dikunjungi. 



Bogotá itu:

  • Salah satu kota besar di amerika latin yang sudah saya kunjungi, selain São Paolo.
  • Hawanya yang sejuk dengan angin sepoi-sepoi.
  • Jauh dari image berbahaya yang disajikan 15 tahun yang lalu, tetapi kita harus tetap hati-hati dan waspada, ya..
  • Makanan dan minuman lokal yang cocok dengan lidah orang Indonesia.
  • Menawarkan banyak tempat menarik yang tertata dan terjaga kebersihannya.
  • Menawarkan aroma kopi terbaik yang pernah saya nikmati.
  • Angkutan umum yang meiah dengan berbagai stiker jurusan dan tujuan.
  • Budaya antri yang sangat tinggi di berbagai tempat umum.
  • Keramahan penduduk lokal yang semakin menghapus image berbahaya. Lagi-lagi kita jangan terlena menerima kebaikan penduduk lokal, sih. Intinya, ikutin kata hati jika ngin berbaur dengan penduduk lokal.
  • Jika kita tidak berbahasa spanyol, bahasa inggris masih ditoleransi oleh sebagian besar penduduknya
Bogota, akhir desember 2007

Foto peta: google maps






Tidak ada komentar:

Posting Komentar