Like

Selasa, 16 April 2013

XII. Terima Kasih..Thank You..Merci..Gracias!


Rasanya, tanpa mereka, perjalanan penjelajahan saya tidak sampai sejauh ini. Mereka berperan dan berpartisipasi dalam perjalanan hidup saya. Tentunya dengan kehendak Yang Maha Kuasa juga.

Mereka adalah…

Eyang Putri dan ibu saya. Sejak awal saya memutuskan untuk merantau ke luar dari Indonesia, merekalah yang memberi dukungan penuh, wejangan serta doa yang tulus. Ayah saya juga tentu berperan besar karena beliau pun dengan berbesar hati menginjinkan saya ke luar dari rumah, bahkan ke luar dari Indonesia.
Dua wanita hebat yang berperan besar dalam hidup saya.

Selalu mengingat pesan dan nasihat orang tua yang menjadi panduan saya setiap melangkah. Di kala sebagian besar orang tua tidak mengijinkan anaknya untuk ke luar dari rumah, sikap orang tua saya justru mendukungnya. Bukan memberi nilai materi yang besar. Melainkan doa , kepercayaan yang harus dijaga dan kasih sayang yang tulus dengan merelakan saya mengarungi dunia. Saya merasa kecil karena tidak bisa membalas kasih sayangnya. Hanya doa untuk mereka. Dan juga saya selalu berusaha pulang kampung di kala Idul Fitri untuk berkumpul bersama.

Teman-teman di Liga Tari UI

Apalah arti menjelajah Prancis dan Spanyol dengan mengikuti Festival Tari Rakyat Sedunia tanpa mereka? Dengan bergabung di Liga Tari UI, saya mendapat berbagai pengalaman menarik. 

Bersama teman-teman Liga Tari sewaktu Festival Tari Rakyat Sedunia.

Tidak hanya tentang ilmu dan beajar tari, tetapi juga pengalaman hidup dan tumbuh dewasa bersama dengan membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa ini menjadi besar dan solid. Selain itu, saya pun mendapat kesempatan berlatih dan dilatih oleh para seniman tari Indonesia yang hebat, yang merupakan aset hidup seni tari Indonesia.

Teman-teman di majalah Cita Cinta

Adalah pengalaman masa menjelang dewasa yang menyenangkan. Merupakan ´sekolah´ pertama di mana saya memulai karier profesional setelah lulus kuliah. Mulai dari bekerja di bagian umum, mengerti produksi dan sirkulasi majalah, sekretaris redaksi sampai diuji coba menjadi redaktur. Di sini saya bertemu dengan para jurnalis hebat di bidangnya.

Teman-teman Cita Cinta yang membuat hidup lebih berwarna.

Suka dan duka menginjak dewasa, kami rasakan bersama. Obrolan tentang cita dan cinta mengalir lancar seiring dengan pekerjaan dan waktu yang mengantarkan kami hingga kami memilih jalan hidup masing-masing.

Sampai saat ini pun, tali silaturahmi tetap terjalin dan terjaga, walaupun kami sudah berpencar dengan jalan hidup masing-masing. Kekuatan batin yang kuat di antara kamilah yang mempersatukan semuanya.

Widarti Gunawan

Beliau adalah atasan saya selama saya bekerja di Femina Group. Dari beliau, saya banyak belajar. Tidak hanya dari ilmu jurnalistik, tetapi juga dari cara bekerja. Selalu saya ingat bahwa beliau memberi kesempatan ´anak-anak buah´ untuk maju. Salah satunya adalah saya yang diberi kesempatan menjadi redaktur di majalah Cita Cinta (waktu itu saya menjabat sebagai sekretaris redaksi majalah Cita Cinta) di kala kesempatan melanjutkan sekolah di Prancis sudah di depan mata.

Ketika akhirnya saya memilih untuk melanjutkan sekolah ke Prancis dan meninggalkan pekerjaan dan kehidupan di Indonesia, beliau malah menakut-nakuti tentang kehidupan di Eropa, khususnya Prancis yang cukup keras. Apalagi hidup sendirian. Tadinya saya kaget reaksi beliau seperti itu. Tetapi hal tersebut malah menjadikan cambuk semangat agar bisa menaklukkan situasi kehidupan yang keras di Eropa.


Bersama Ibu Widarti Gunawan di Paris.
5 tahun kemudian berbuah manis perjuangan saya menaklukkan kehidupan di Eropa. Bahkan kami pun sempat menjelajah Paris bersama-sama ketika beliau datang berlibur di suatu musim panas menjelang musim gugur. Obrolan kami mengalir lancar tanpa beban. Dan saya tetap menghormati beliau sebagai mantan atasan yang memberi banyak kesempatan untuk mengembangkan diri selama bergabung di majalah Cita Cinta.

Keluarga Homestay yang berbaik hati

Sayangnya saya tidak bisa menceritakan identitas keluarga baik hati yang bersedia menampung dan menanggung biaya hidup dan sekolah selama saya tinggal di Paris. Saya mendapat pelajaran berharga tentang nilai-nilai kehidupan yang tertulis maupun tidak tertulis yang saya dapat selama tinggal bersama mereka.

Teman-teman di Paris

Tanpa mereka, kehidupan di Paris terasa basi dan kurang seru. Suka dan duka kami rasakan bersama. Paris yang keras, namun rasa toleransi yang tinggi mengantarkan kami kepada pertemanan dan persahabatan. Mereka banyak membantu saya di berbagai situasi dan kondisi. Suka dan duka. 

Para sahabat di Prancis yang membagi suka dan duka.

Walaupun rasanya tidak selalu cukup membalas jasa-jasa mereka, semoga di lain waktu, saya bisa membantu orang lain dan generasi penerus yang ingin melanjutkan sekolah ataupun melanjutkan hidup di Prancis.

Herman

Bisa dikatakan dia adalah teman, kakak, dewa penolong sejak saya mengenalnya sebagai salah satu senior di Unit Kegiatan Mahasiswa Liga Tari UI. Kami melakukan Misi Budaya dan berpartisipasi dalam Festival Tari Rakyat Sedunia di Prancis-Spanyol tahun 2000.

Herman yang terlebih dahulu merantau ke Paris, memberikan bantuan dukungan agar bisa terus hidup bertahan di Paris. Kami pun melanjutkan acara tari menari di berbagai acara dan kesempatan. Tidak hanya keliling kota di Prancis, bahkan sampai ke Swiss. 

Bersama Herman sewaktu menari di Basel (Swiss) dan sewaktu kami berlibur menjelajah Mexico (bawah).

Herman pulalah yang berperan besar dengan merekomendasikan saya kepada salah satu pengusaha ekspor Indonesia yang pada waktu itu mencari dan memerlukan seseorang di Eropa untuk mengurus bisnisnya dan berlanjut sampai ke Amerika Latin.

Dengan berjalannya waktu, persahabatan di antara Herman dan saya terjalin terus sampai saat ini dan nanti.

Pak bos 

Adalah pak bos yang juga berperan memberikan peluang perjalanan penjelajahan keliling melihat dunia. Saya yang pada saat itu bermukim di Paris, mendapat kesempatan untuk menyeberangi Lautan Atlantik untuk menginjakkan kaki di Brazil, lanjut ke Paraguay, Suriname, Bolivia, Colombia, Venezuela dan akhirnya saat ini di Mexico.

Dengan modal menjaga kepercayaan dan mengurus pekerjaan ekspor yang sama sekali tidak mudah, akhirnya mengantarkan saya pada kehidupan nomaden dan menenteng koper kesana kemari sambil mengenal negara-negara eksotis di benua Amerika Latin.

Mengurus pekerjaan yang tidak mudah akhirnya terobati dengan penjelajahan, perjalanan dan petualangan di negeri-negeri Amerika Latin. Bisa dikatakan, dengan kesempatan yang diberikan oleh Pak bos ini, penjelajahan saya tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar, malah menghasilkan.

Jessica Huwae

Dari rekan kerja di majalah Cita Cinta, berteman lalu menjadi sahabat adalah perjalanan hidup Jessica dan saya hingga akhirnya Jessica memberikan semangat kepada saya untuk menulis perjalanan dan petualangan hidup saya, yang menurutnya ´tidak biasa´. 

Tidak biasa versinya adalah saya menjelajah Eropa dan Amerika Latin karena bukan traveling biasa, melainkan karena tuntutan pekerjaan dan pengalaman berbaur dengan penduduk dunia yang menghasilkan ´rasa batin dan pesan moral´ dari suatu perjalanan.

Jessica, yang selalu memberi semangat positif.

Dari yang tadinya tidak percaya diri untuk menulis (selama perjalanan, saya tetap menulis tetapi untuk majalah cetak dan majalah online mengenai traveling saja), akhirnya saya beranikan diri untuk menulis asal Jessica membantu saya menyusun kerangka tahap demi tahap. 

Tadinya saya pikir, Jessica akan berhenti mendukung. Dia tidak kenal lelah. Kerangka blog bab per bab pun dia jabarkan satu per satu dan itu tersusun dengan sistematik.

Lalu Jessica mengatakan bahwa setelahnya, saya yang harus memotivasi diri untuk mengikuti kerangka dan mengembangkan tulisan perjalanan bab per bab.

Karena itu, tanpa ´jejeritan´ Jessica, rasanya blog saya ini tidak akan sistematik dan saya pun tidak mempunyai bayangan akan memulai menulis dari mana.

Penduduk Dunia

Selain itu, rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada penduduk dunia, yaitu oang-orang yang saya temui secara tidak sengaja, yang mengantarkan saya pada kehidupan tak terduga. Penduduk lokal yang berbaik hati yang kemudian saya dianggap seperti keluarga sendiri. 

Lalu ada teman-teman Indonesia yang hidup di negara-negara yang saya jelajahi dari Brazil, Venezuela sampai Mexico, yang menerima dan memperlakukan saya sebagai saudara jauh dari negeri yang sama. Begitu juga dengan teman-teman asing yang akhirnya kami menjalin pertemanan karena bahasa dan pengalaman hidup jauh dari negeri masing-masing.

Dan tentunya juga kepada para pembaca blog yang setia mengikuti perjalanan dan petualangan saya.

Mexico, April 2013
Foto Liga Tari: Amatul
Foto bersama Jessica: Jessica



2 komentar:

  1. Wah, aku terharu baca ini. Hahaha, terimakasih Ita darling. Apalah arti jejeritan bila elo-nya nggak menurut. Ayo, teruskan hingga cita-cita terakhir kita mewujud...jadi buku. Yay! :)

    BalasHapus
  2. Dear Jessie..aku lbh terharu lagi krn kamu tak lelah 'jejeritan' :D ok, darling...semoga thn ini bs terwujud salah satu cita-cita bersama ;)

    BalasHapus