Like

Selasa, 22 Januari 2013

VIII. 10. São Paolo, Brazil (4): Pesona Kota Besar Pusat Perekonomian Brazil


Salah satu kota terbesar dan tersibuk di Brazil, São Paolo, sebenarnya lebih dari 10 kali saya singgahi. Bukan untuk berkunjung, melainkan transit di airport internasional dan kemudian saya melanjutkan penerbangan ke kota-kota lain di Brazil.


Teatro Municipal.

Seperti halnya kota-kota besar di dunia seperti Jakarta dan Mexico City, São Paolo tak kalah luas dan tentunya…akrab dengan kemacetan yang luar biasa. Bisa dimaklumi karena kota  ini termasuk kota bisnis dan hampir seluruh aktivitas perekonomian Brazil, terpusat di São Paolo dan kota satelit di sekelilingnya. Jadi jangan kaget kalau polusi udara bisa kita lihat dan rasakan secara kasat mata.

Letak geografis Sao Paolo.

Saya hanya mempunyai waktu yang sempit walaupun berada di São Paolo lebih dari 2 minggu. Jadwal pameran dan promosi produk Indonesia yang sangat padat, yang berlangsung setiap hari dari pagi sampai malam, hanya mengizinkan saya menikmati kota besar ini dari hotel ke tempat pameran dengan menumpang subway.

Walaupun demikian, tetap saya nikmati kesibukan kota ini sambil curi-curi kesempatan untuk memotret. Terus terang saya tidak banyak mengambil foto karena menurut penduduk lokal, saya harus hati-hati, jangan sampai kelihatan seperti turis. Tingkat kejahatan dan kriminal sangat tinggi di kota ini. Bahkan kita patut curiga kepada setiap orang bahkan ketika menumpang taksi sekalipun. Jadi, dengan menumpang transportasi umum dan tidak sendiri sangat direkomendasikan.

Salah satu sudut kota dengan gedung-gedung tinggi.

Di suatu pagi, saya menyempatkan diri berjalan-jalan sebelum menuju ke tempat pameran. Melewati Teatro Municipal yang jaraknya hanya selemparan batu dari hotel saya menginap. Bangunan arsitekturnya mengingatkan akan Opéra de Paris di kota Paris dan Palacio de Bella Artes di Mexico City. Sepertinya dibangun bersamaan pada masanya. Kemudian melanjutkan jalan kaki sepanjang di sekitarnya yang penuh dengan jejeran toko-toko dan butik.

Saya pun sempat mampir ke pasar tradisional yang sangat ramai dan sibuk. Sayangnya saya tidak abadikan karena ya, mengingat faktor keamanan agar tidak memancing tindak kriminal.

Bersama Paulina, cewek Brazil yang membantu saya selama pameran berlangsung.

Biarpun saya tidak mengabadikan banyak foto sewaktu transit dan tinggal beberapa waktu di São Paolo, saya cukup mengenal baik kota ini dan tetap akan selalu ada di dalam ingatan saya. Terutama tentang keadaan pasar tradisional yang menyediakan aneka macam barang dan kebutuhan pameran, kaos olahraga tim Brazil sampai suvenir. Lalu daerah Liberdade yang merupakan daerah asia dimana toko kelontong dan restoran asia bertebaran.

São Paolo itu...
  • Termasuk salah satu kota berbahaya di dunia. Tindak kejahatan dan tingkat kriminal cukup tinggi di kota ini. Sebaiknya jangan coba-coba menantang orang lain untuk berbuat jahat kepada kita.
  • Karena seringnya saya traveling sendirian, jadi tidak perlu banyak bicara di tempat umum jika tidak menguasai bahasa portugis dengan baik. Hindari pemakaian bahasa asing di tempat umum. Diam adalah tindakan terbaik.
  • São Paolo bukan kota turis. Jadi jangan kaget kalau kita tidak diperlakukan dengan baik, bahkan oleh pelayanan di hotel maupun di restoran. Complain? Tidak bakal didengar apalagi ditindaklanjuti.
São Paolo (November 2007 - Juli 2009).
Foto peta: google map

2 komentar:

  1. Jadi inget Sven mau dicopet pas di Sao Paolo. Diapun biar diam tetep keliatan orang asing, secara jangkung gitu dan lebih menjulang dibanding orang lokal :d

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ihhhhh...ngerinya! ngebayang deh, kalo jadi target sasaran orang jahat ;(

      Hapus