Like

Kamis, 24 Januari 2013

VIII. 12. Salvador da Bahia, Brazil (6): Suasana Tropikal, Mistis dan Kota Kolonial yang Unik

Mendengar nama kota yang pernah menjadi ibukota Brazil yang pertama ini, yang ada di bayangan saya: kota kolonia yang mistik dengan pantai yang indah. Selain itu, Salvador de Bahia terdengar eksotis. Lebih eksotis lagi ketika saya membuktikan dengan menginjakkan kaki di sana dan berbaur dengan penduduk setempat.


Suasana kota kolonial Salvador da Bahia.

Salvador da Bahia de Todos os Santos, nama lengkap kota ini, didominasi oleh penduduk keturunan imigran afrika ratusan tahun yang lalu. Mereka ramah terhadap bangsa pendatang atau turis. Bahasa portugis mereka sedikit ada dialek tetapi tetap bisa dimengerti. Dari sudut demografi penduduk, saya melihat penduduk Brazil keturunan Afrika mendominasi kota-kota di Brazil Utara. Mulai dari Sao Paolo ke arah utara.


Letak Geografis Salvadir da Bahia.

Jardim de Alah, taman dan pantai yang indah

Selama 3 minggu lebih saya tinggal di apartemen di daerah Jardim de Alah, yang memiliki pantai indah dengan nama yang sama. Alasan memilih tinggal di apartemen di daerah tersebut karena dekat dengan tempat pameran berlangsung yang berada di belakang daerah Jardim de Alah.


Jardim de Alah, pemandangan dari seberang apartemen.

Aura tropikal ala Brazil di pantai dan kota ini mengingatkan saya seperti suasana pantai-pantai di Indonesia. Contohnya di Anyer. Apartemen yang menghadap ke pantai dan laut di siang hari memberi kesan seolah-olah saya tidak sedang berada di Salvador da Bahia, tetapi seperti sedang berada di tanah air sendiri. Lah, kok, pikiran jadi terbang ke tanah air? 


Menikmati pantai di siang hari.

Hampir setiap siang hari saya menikmati hangatnya sinar matahari di tepi pantai sebelum bekerja di pameran yang dimulai pukul 4 sore sampai 12 malam. Jam pameran di kota-kota pinggir pantai Brazil memang disesuaikan dengan pola hidup masyarakat setempat yang memulai aktivitasnya di sore hari. 


Suasana pantai di pagi hari. Ombaknya kencang.

Rachel, Keluarganya, Pemukiman Padat dan Gambaran Penduduk Setempat

Daerah Jardim de Alah ini juga dekat dengan pemukiman padat Salvador da Bahia. Dimana anggapan bahwa pemukiman padat di Brazil (bahkan di negara-negara amerika latin lainnya), bahwa tingkat kejahatan dan kriminal sangat tinggi. Tapi syukurlah, saya tidak menemukan masalah dengan hal itu. Sebaliknya, berkat asisten yang membantu saya di pameran, sebut saja namanya Rachel. Saya jadi mengenal pemukiman padat tersebut karena Rachel mengundang saya untuk datang ke rumahnya.


Rachel dan saya sehari-hari di pameran.

Karena diuntungkan oleh jadwal pameran di sore hari, saya jadi bisa pecicilan menikmati kota yang terkenal dengan kelahiran capoeira ini. Selain menikmati pantai, saya pun bekunjung ke rumah Rachel yang terletak tidak jauh dari apartemen dimana saya menginap.


Bersama pemusik capoeira-

Di suatu pagi menjelang siang, Rachel menempati janjinya untuk menjemput saya, kemudian kami berjalan kaki ke rumahnya dengan melewati pasar tradisional dan daerah perkampungan padat. Agak sungkan, Rachel bertanya apakah saya takut atau bingung melewati daerah tersebut. Saya jawab tidak karena dengan demikian, saya jadi mengenal Salvador da Bahia dari sisi lain yang bukan hanya sisi turisnya saja.


Bersama Rachel dan keluarganya-

Ketika kami tiba di rumah Rachel yang sederhana di tengah padat penduduk, ibunda Rachel menyambut kami dengan ramah dan cemilan sudah tersedia. Suasana seru karena saya tidak menguasai bahasa portugis dengan baik dan keluarga Rachel yang terdiri dari ibu dan adik-adik Rachel tidak berbahasa inggris ataupun spanyol. Ajaibnya, komunikasi kami berjalan lancar.


Claudia dan saya.

Waktu pun berlalu begitu cepat dan saya pamit untuk segera ke pameran. Begitu keluar dari rumah Rachel, seorang wanita mencegat saya dan menawarkan untuk nongkrong minum kopi atau nge-beer di warung terdekat. Claudia, sebut saja nama teman Rachel, mengatakan bingung ada orang asing bersedia nyasar ke perkampungan mereka. Hihi…


Nongkrong di warung.


Prasmana ala warung di Salvador da Bahia.

Menuju warung, kami dicegat oleh teman-teman Claudia. Seru, sih. Cowok-cowok brazil ini kegenitan sekali untuk menemani kami nge-beer. Dengan galaknya, Claudia bilang nggak
Ketika kami tiba di warung, ternyata si warung menyediakan aneka masakan lokal dengan menu prasmanan. Menunya cocok dengan perut Indonesia. Dan sambalnya…oh, my…..God! Setengah sendok kecil udah mau pingsan.


The Bahians. Cowok-cowok ini baik cuma kegenitan aja ´ngintil´ dan minta foto bareng.


Kota Kolonial dan Gereja dimana-mana

Setelah pameran selesai, saya pun memutuskan untuk tinggal 2 hari lebih lama karena ingin mengunjungi pusat kota Salvador de Bahia. Jarak dari apartemen Jardim de Alah ke pusat kota, nggak terlalu jauh, 12 km.


Suasana pusat kota.

Benar seperti bayangan saya sebelum tiba di Salvador da Bahia. Bentuk fisik pusat kota kolonial ini seperti gambaran di kepala saya. Dengan bangunan-bangunan tua yang asli namun unik, membuat kota kolonial ini tetap kelihatan cantik.


Angle favorit saya.

Berdasarkan buku paduan yang saya baca, Salvador da Bahia ini disebut juga Black Rome. Maksudnya, banyak gereja yang terletak dimana-mana. Di hampir di seluruh sudut kota. Black karena mayoritas penduduk Salvador da Bahia didominasi oleh kulit hitam keturunan afro-brazilian
Salah satu gereja dari ratusan yang bertebaran di pusat kota.

Akhirnya, saya pun harus puas dengan masa tinggal di Salvador da Bahia yang terhitung cepat. Apalagi saya bukan traveling dengan mengkhususkan mengunjungi daerah-daerah turis dan bersantai, melainkan memikul tanggung  jawab besar di pameran. Toh, saya tetap menikmati masa tinggal disini, yang tidak sama rasanya seperti masa tinggal saya di kota-kota lain di Brazil yang memang mempunyai keunikan tersendiri.

Salvador da Bahia deTodos os Santos, Juni, 2008
Foto peta: google map 

4 komentar:

  1. kaga ada org indonesia ya cong di sonoh?

    BalasHapus
  2. Adiiiinnn...gw ketemu 1 org yg dtg di pameran. Dese kerja di perusahaan rokok. Tp org Indonesia di Salvador ga sebnyk jumlah di Sao Paolo atau Rio de Janeiro.

    BalasHapus
  3. Bukannya ketemu yang lainya dan massage bareng di pantai ?
    :-P

    BalasHapus
  4. Hahaha..rempong! Itu mah eluuuu...

    BalasHapus