Like

Senin, 21 Januari 2013

VIII. 9. Rio de Janeiro, Brazil (3): Simbol Brazil yang Mendunia


Secara kebetulan, saya mampir ke bekas ibukota Brazil yang ke-2. Bersamaan dengan rehat pameran yang biasanya diadakan nonstop setiap minggu, akhirnya rehat seminggu karena ada perayaan karnaval di seluruh Brazil.

Pao Açúacar dilihat dari Cristo Redentor.

Dari Florianópolis, saya terbang ke Rio de Janeiro untuk bergabung dengan sepupu saya dan teman-temannya. Perjalanan dengan pesawat terbang yang memakan waktu hampir 2 jam berjalan lancar. Sebelum mendarat, tampak pemandangan miniatur kota Rio de Janeiro yang tertata indah. Tuhan memang Maha Besar menciptakan kota pinggir laut kebanggaan Brazil ini.

Miniatur kota Rio de Janeiro dari pesawat.

Sepintas tentang Rio de Janeiro

Sudah tau, kan, kalau Rio de Janeiro pernah menjadi ibukota Brazil yang kedua (yang pertama adalah Salvador de Bahia), kemudian pada tahun 1960, dipindahkan ke Brasilia. Selain itu, kota ini terkenal dengan salah satu kota berbahaya di amerika latin, bahkan dunia.

Sebelum landing.

Berbicara musik di Brazil, tentu akrab dengan musik bossanova yang dipopulerkan oleh musisi-musisi Brazil di tahun 1960-an. Sebut saja Vinícius de Moraes dan Tom Jobim yang berhasil membawakan lagu Girl From Ipanema (Garota de Ipanema, judul aslinya) ke tingkat internasional. Sejak saat itu, bossanova menjadi salah satu musik yang diperhitungkan dan kemudian banyak melahirkan musisi dan penyanyi dengan aliran ini.

Letak geografis Rio de Janeiro.

Porto 5, Pantai Copacobana

Alex, sepupu saya sudah tiba lebih dahulu bersama teman-temannya. Dia menunggu saya di Porto 5 kemudian kami bersama-sama menuju ke apartemen salah satu temannya.

Dari bandara menuju Porto 5, ada bus yang mengantar saya langsung. Sejauh mata memandang dari balik bus, perkampungan kumuh dan deretan rumah yang super padat menjadi salah satu pemandangan selamat datang di ibukota yang terkenal dengan pantai-pantainya yang indah.

Suasana kota Rio de Janeiro, dekat Porto 5.

Kemacetan pun tak terhindarkan. Menurut, saya, sih, kemacetan dan kepadatan lalu lintas wajar karena Rio de Janeiro adalah satu kota besar di Brazil, seperti halnya Sao Paolo ataupun kota-kota besar lain di amerika latin ataupun di dunia sekalipun, bahkan Jakarta. Tak apalah, batin saya merasakan macet sedikit. Yang terpenting, saya tiba di Rio de Janeirooooooooooooooo….

Megahnya Karnaval

Bukan rahasia lagi kalau karnaval Rio de Janeiro yang digelar setiap tahunnya di minggu pertama bulan februari adalah salah satu karnaval terbesar di dunia. Berbagai persiapan dan pertunjukkan spektakuler dipersiapkan dengan matang untuk dunia. Tak main-main, tamu yang hadir pun tumpah ruah dari berbagai kalangan mulai dari tokoh politik dunia sampai selebritis dunia. Karnaval besar Brazil ini mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya.

Alex, teman-temannya dan saya, kami pun ikut menikmati keramaian karnaval dan kami nekat untuk berbaur dengan penonton dan peserta karnaval di jalan-jalan. Sedihnya, kami tidak membawa kamera waktu itu karena faktor keamanan dan menghindari tindak kriminal. Kami berbusana ala kadarnya, tidak dandan, tidak membawa tas dan tentengan. Hanya membawa kunci apartemen dan uang receh yang kami sembunyikan di badan. Jadi, pengalaman dan kenangan indah tentang karnaval tersimpan rapi dalam ingatan kami. Siapa tahu lain kali akan menjadi salah satu tamu kerhormatan yang duduk di podium karnaval.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Rio de Janeiro sangat tinggi tingkat kejahatannya, jadi sebaiknya tidak membawa barang berharga dan melindungi diri sendiri dari tindak kejahatan dan tidak mengundang orang untuk berbuat jahat.

Jangankan kamera atau uang yang bisa hilang atau kemungkinan besar ditodong. Sambil makan sandwich atau membawa botol minuman ringan saja bisa dijambret dan dirampas. Nah, karena itu, sebaiknya tidak usah membawa apa-apa di tangan agar tidak menarik perhatian orang-orang sekitar.


Virginie, saya, Alex dengan latar belakang Cristo Redentor. 

Cristo Redentor de Corcovado, indahnya pemandangan dari atas bukit

Ada banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi di Rio de Janeiro. Karena waktu terbatas, kami pun memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat saja, asalkan bisa melihat Rio de Janeiro secara keseluruhan. Akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi Cristo Redentor yang menjadi salah satu simbol kebanggaan Rio de Janeiro dan terkenal mendunia.

Pemandangan kota dari Cristo Redentor.

Cara mencapai puncak Cristo Redentor tidak sulit tapi cukup rempong karena harus berkali-kali ganti transportasi. Dari naik subway, kemudian lanjut dengan jeep angkot karena jalan sangat terjal berlika-liku kemudian harus jalan kali menaikki tangga yang cukup curam. Seru sekali!

Angkot jeep yang membawa kami ke Cristo Redentor.

Setelah perjalanan cukup ribet, sepertinya sangat worth it ketika kita sampai di ketinggiannya. Pemandangan 180 derajat kota Rio de Janeiro terlihat jelas dan indah. Dari jauh, kami bisa melihat Pão de Açúcar dan Pantai Copacobana.

Pão de Açúcar, naik kereta gantung melihat senja

Setelah dari Cristo Redentor, kami menuju ke Pão de Açúcar, yang jaraknya tidak jauh. Dengan menumpang angkot dan berjalan kaki, kami berhasil mencapai antrian untuk menaiki kereta gantung menuju Pão de Açúcar.

Pão de Açúcar mempunyai arti gunung yang tinggi, lancip dan tersembunyi. Bentuknya yang unik segera dikenali dari ketinggian. Ketika tiba menyeberangi gunung unik ini dengan kereta gantung, kami melihat pemandangan Rio de Janeiro yang tak kalah indah dari pemandangan Cristo Redentor.



Kami menikmati senja di puncak gunung unik ini. Sejauh mata memandang, kami melihat dari kejauhan senja yang juga pamit kepada Pantai Copacobana dan Ipanema. Sedangkan pemandangan di sisi lain, tak henti-hentinya melihat pesawat terbang yang take off dan landing.

Menikmati senja dari Pao Açúcar.

Pantai Copacobana yang terkenal itu….

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, agenda kami adalah mengunjungi Pantai Copacobana. Di pagi yang sejuk dan masih berkabut, pantai terkenal di dunia bercerita dalam kesunyiannya dan merupakan saksi bisu karnaval yang telah selesai digelar 2 hari yang lalu.

Pagi hari di Pantai Copacobana

Ombak air laut yang mengajak bermain, memberikan melodi indah dan dari jauh terdengar senandung: ¨Copa…Copacobanaaaa…¨ yang dipopulerkan oleh Barry Manilow.

Ombak yang menyapa pagi di Pantai Copacobana.

Kami menyempatkan menikmati pantai ini dalam diam. Menikmati matahari yang baru terbit dan udara yang masih segar semriwing. Tampak pengunjung yang didominasi oleh penduduk lokal mulai berdatangan.

Menikmati Matahari Pagi di Pantai Ipanema

Setelah menikmati pagi yang indah berkabut di Pantai Copacobana, kami berjalan meyusuri pinggir pantai menuju pantai tetangganya yang tak kalah populer: Pantai Ipanema. 

Menikmati matahari pagi dan sarapan di pinggir pantai Ipanema sambil mendengarkan lagu ´Garota de Ipanema´, semakin mengerti mengapa Vinícius de Moraes menuliskan lirik yang begitu puitis dalam bahasa portugis, kemudian diintepretasikan ke dalam bahasa inggris oleh Stan Getz dan Jão Gilberto. mereka tidak mengada-ngada. Banyak gadis yang sesuai gambaran dalam liriknya: ¨Tall and tan and young and lovely, the girl from Ipanema goes walking..
Pantai Ipanema.

Até Logo*, Rio de Janeiro….

Selama 3 hari dan 2 malam saya menikmati keanggunan kota ini, memberikan kesan yang dalam tentang kejayaannya di tahun 1960 – 1970. Banyak peninggalan yang masih terasa sampai saat ini. Biarpun kata banyak orang Rio de Janeiro adalah salah satu kota paling berbahaya di dunia, saya tidak mau melihatnya dari sisi itu. Yang penting saya harus harus tetap waspada dan hati-hati di manapun saya berada.

Mungkin suatu saat Anda akan beruntung seperti saya dan mengetahui mengapa saya berkesan sekali dengan kota tempat Piala Dunia 2014 berlangsung.

*sampai jumpa dalam bahasa portugis

Obrigada, merci beaucoup Alex, Virginie.

Rio de Janeiro, awal Februari 2008
Foto peta: google map

Tidak ada komentar:

Posting Komentar