Setelah keliling nyekar ke makam leluhur di
Yogyakarta, Prembun, Gombong dan Wonosobo, saya kembali ke Yogyakarta untuk memperdalam
teknik pewarnaan batik. Hal ini saya lakukan untuk memperdalam pengetahuan
tentang membatik. Sebelumnya memang saya sudah belajar dan bahkan beberapa kali
memberikan presentasi dan workshop batik di Prancis dan di beberapa negara
Amerika Latin.
Inilah peralatan membatik: dari canting. lilin, sampai kuas. |
Saya tidak rela jika orang asing yang lebih
menguasai tentang batik daripada saya sendiri sebagai orang Jawa dan juga warga
negara Indonesia. Karena biar bagaimanapun, jiwa kita sebagai orang Indonesia
akan berbeda penyampaian dengan pengertian batik dibandingkan orang asing
belajar membatik. Tidak dapat ´rasa´nya.
Karena itu saya merasa harus belajar dan
belajar lagi agar bisa menguasai lebih baik lagi dan bekal saya kelak untuk
menjelajah negara-negara lainnya sambil memperkenalkan budaya negeri sendir, selain
menari tradisional tentunya. Maka saya luangkan waktu selama seminggu penuh
untuk konsentrasi belajar teknik pewarnaan batik dari pagi hingga sore.
Belajar tentang aneka teknik pewarnaan batik. |
Selain belajar tentang teknik pewarnaan
membatik yang berbeda, saya juga menyempatkan untuk belajar membatik di kayu. Ternyata
prosesnya tidak serumit hasil buatannya.
Inilah hasil membatik dengan teknik pewarnaan seperti pembuatan kain lurik. Kanan atas: bersama kedua guru saya. |
Selama seminggu konsentrasi belajar membatik
lagi, baik di kain dan di kayu, semakin saya menyadari bahwa batik adalah
kekayaan budaya yang sangat indah dan agung. Tidak hanya tentang teknik gambar,
mencanting dan pewarnaan, tetapi ada cinta di dalam karya tersebut. Ada cerita
tentang dalamnya budaya Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Teknik pembuatan batik kayu. |
Untuk para guruku yang berbaik hati dan dengan
sabar membimbing serta meluangkan waktu dan membagi ilmu yang pasti bermanfaat
di kemudian hari.
Yogyakarta, awal tahun 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar