Bagi Anda yang tinggal di
Indonesia, terutama di tanah Jawa, tentu tidak pernah krisis tempe. Tinggal ke
pasar, ke tukang sayur atau bahkan tetangga Anda menyediakan tempe dan Anda
tinggal menikmatinya.
Nah, nasib saya tidak sama dengan
yang tinggal di tanah air. Karena seringnya berkelana dan hanya pulang kampung
setahun sekali, krisis tempe seringkali menerpa. Rindu sekali makanan yang satu
ini.
Tak hilang akal, saya pun berinisiatif untuk
belajar membuat tempe. Kebetulan sekali sedang berada di Yogya, jadi saya
manfaatkan untuk belajar langsung.
Bahan baku tempe dan proses pembuatannya. Tidak mudah ternyata ;) |
Saya beruntung dicarikan orang yang bersedia
mau saya repotin untuk mengajari saya membuat tempe. Adalah sebuah desa di
daerah Bantul di mana tempe memang populer sebagai industri rumahan. Sang ibu
yang berbaik hati menerima saya, sebut saja namanya Ibu Ning, dengan sabar
menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan tempe.
Beliau menjelaskan bahan baku utama adalah
kacang kedelai, lalu dicuci bersih, kemudian digodok di air panas sampai kulit
kedelai mengelupas semua. Kemudian setelah kedelai tersebut dianggap matang,
maka harus dicuci bersih lagi untuk menghilangkan kulitnya. Kulit kedelai ini
memang harus dihilangkan agar ragi tempe bisa berkembang.
Setelah itu, kedelai dikeringkan dan diberikan
ragi tempe. Pemberian ragi ini sedikit saja. Lagi diaduk dan kedelai siap untuk
dibungkus ke dalam daun pisang. Ukurannya dan takaran sebenarnya terserah kita.
Setelah kedelai dibungkus rapi, diamkan di suhu
ruangan selama 2 sampai 3 hari. Jadilah tempe.
Proses tidak sulit namun tahapan-tahapan yang
harus dilakukan harus ditaati karena kalau tidak, tempe tidak akan jadi.
Nah, dengan demikian, saya
mempunyai bekal tambahan di perantauan. Jika rindu tempe, tinggal saya buat
saja. Untuk ragi? Saya beli di Pasar Beringhardjo dan saya bawa selama
perjalanan perantauan. Kedelai? Banyak ditemukan di negara-negara amerika
latin.
Siapa mau tempe bikinin saya?
Yogyakarta, awal tahun 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar