Di blog sebelumnya saya membahas tentang operasi plastik, tradisi ulang tahun ke-15 dan tentang keamanan serta kriminalitas, kali ini saya akan berbagi tentang sedikit karakter cowok-cowok latin berdasarkan pengalaman saya. Tidak perlu dianggap sama rata, ya...Mungkin pengalaman Anda berbeda.
Sepertinya, ini, ini, topik yang
menarik juga untuk dibahas: lebih dekat tentang cowok-cowok latin. Ehmm…
Siapa tak kenal citra cowok latin
yang hot dan memesona? Coba tengok aksi panggung Enrique Inglesias, aktor latin
yang banyak berlaak di panggung Holywood...atau yang populer: melalui siaran
telenovela beberapa tahun lalu.
Ilustrasi cowok-cowok latin. |
Menurut Anda? Apakah cowok-cowok latin menggoda?
Pengalaman saya selama menjelajah
amerika latin dari Suriname sampai Mexico, sepertinya cowok-cowok latin jauh,
deh, dari kriteria untuk dijadikan pasangan hidup. Lagi-lagi, sih, mungkin saya
sial aja diketemuinnya sama orang-orang yang tidak terlalu menarik perhatian.
¨Bayarin Saya Juga, dong, Sekalian…¨
Pengalaman nyata di Brazil ketika
mendapat kesempatan untuk tinggal lebih lama karena alasan pekerjaan yang
pindah-pindah kota, ada cowok yang mengajak saya untuk keluar malam dengan
tujuan ingin mengenalkan kehidupan malam di Brazil.
Karena ngeri waktu belum
kenal-kenal amat, saya mengajak juga beberapa teman wanita untuk ikut bersama
kami. Pertama-tama, sih, seru, ya. Lama kelamaan basi juga karena si dia
terlalu sibuk tebar pesona dan beberapa teman lelakinya datang menemani kami. Kesannnya
menjual pesona banget. Karena tidak nyaman, akhirnya kami memutuskan untuk
keluar dari bar tersebut.
Ketika tagihan minuman datang,
ternyata dijadikan 1 tagihan berikut daftar minuman yang dikonsumsi si cowok
tadi. Eh, lah dalaah..dia cuek aja tuh kita yang bayar tagihannya tanpa mau
merogoh uang sendiri. Waduh! Jangankan kita, nih, para wanita yang seharusnya dibayarin
minuman, setidaknya, dia dong, bayar minuman yang dikonsumsi sendiri.
Nah, dari situ terlihat kalau dia
tidak fair dan tidak gentle. Bayar minuman sendiri yang dia konsumsi aja nggak
mau, gimana mau mentraktir cewek-cewek? Catet: langsung hilang feeling dan menganggap sama rata sebagian manner
cowok-cowok Brazil. Nggak adil, sih…
Kesempatan ditraktir: Makan Banyak!
Di negara latin lainnya, cerita tak kalah seru.
Suatu hari saya sedang mengurus pameran di salah kota di Colombia. Di kota
tersebut tentu kenalan dengan sesama peserta pameran lokal dan orang asing.
Beberapa
hari saling kenal dan ketika ada waktu istirahat panjang makan siang, kami pun
memutuskan untuk makan siang bareng.
Mengingat beberapa hari yang
lalu, si teman penduduk lokal yang laki-laki ini pernah membawakan kopi dan
cemilan, maka saya berinisiatif untuk mentraktirnya di sebuah kantin. Dia senang
bukan kepalang. Pengalaman saya, kalau kita ditraktir, kan, biasanya tahu diri,
ya? Setidaknya makan secukupnya aja, gitu? Lah ini, saya bengong melihat
pemandangan di depan mata. Pesanannya banyak banget, seperti nggak makan
seminggu atau mungkin untuk modal hibernasi. Kata dia, asyik, nih,
jarang-jarang ditraktir. Booo?? Kesempatan, ye, ternyata…
Beberapa hari kemudian, ada orang
Indonesia yang sudah tinggal lama di kota itu datang berkunjung. Saya bercerita
kepada dia tentang pengalaman saya. Nggak diduga, dia ngakak abis. Katanya: ya,
begitulah…nggak ditraktir aja, mereka makan banyak. Apalagi ditraktir. Makin-makin…
Nebeng, dong…
Pengalaman tak kalah seru juga
adalah ketika selesai pameran, biasanya kami pulang naik taksi berbarengan
menuju hotel dan ongkos dari dari argo, kami bagi rata berdasarkan banyaknya
penumpang (antara 3 – 4 orang).
Kebetulan ada tetangga stand saya asal Peru
yang ingin ikutan naik taksi bareng-bareng karena dia pindah hotel yang
letaknya berdekatan dengan hotel teman-teman dan saya menginap.
Ketika tiba di tempat tujuan,
biasanya salah satu dulu yang membayar argo ke tukang taksi, setelah itu kami
inisiatif langsung bayar. Eh lah, dalah…si penumpang baru ini tidak ikutan
membayar argo. Kata dia: kan, saya nebeng taksi kalian. Booo, ah! Ya, bayar
juga, kali! Biar kata patungan argo cuma 1 sen, kan, bukan perkara jumlah
nominalnya, tetapi partisipasi dia yang udah ikutan naik taksi bersama-sama
kami. Sejak saat itu, kami ogah numpang taksi barengan dengannya.
Dandan keren itu perlu, untuk…menarik
umpan!
Ini sepertinya pengalaman paling
lucu yang pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri. Di akhir pameran di setiap negara-negara amerika latin, biasanya kami hang out
bareng-bareng peserta lainnya ke restoran, lalu setelah itu ke bar yang menyediakan
live music dan lantai dansa.
Tak disangka, teman asal Brazil ini berpakaian
dan berdandan keren sekali. Waduh! Kami pun sampai terpesona di buatnya. Dengan
jujurnya dia bilang: ¨ah, ini, kan untuk memancing cewek supaya deketin saya dan
saya percaya diri berdekatan dengan mereka. Dengan dandan begini, pasti banyak
yang menawarkan minuman dan saya tak perlu membayarnya¨.
Hadeuuuhhh…jadi inget
pengalaman sendiri, di awal cerita. Hihi…
Kesimpulannya…
- Sebenernya tidak baik, sih, kalau saya menganggap rata karakter laki-laki latin seperti itu, yang mengambil kesempatan dari kita yang orang asing. Lagi sial aja, kali, deh. Walaupun banyak juga yang serius dan tidak berkarakter seperti itu.
- Cowok-cowok latin itu sangat fun diajak bersenang-senang dan mereka mengetahui cara meng-entertain para pendatang dengan budaya pesta dan minum mereka yang memang sudah mendarah daging.
- Selain itu, para cowok latin juga pintar membuat atmosfer pesta menjadi menyenangkan dengan berbaur dengan para pengunjung, DJ serta bartender.
- Saya jadi lebih hati-hati jika menawarkan sesuatu, ya, karena pengalaman nggak ngenakin yang terjadi pada saya itu.
- Menurut rumor di antara orang latin sendiri, mereka senang jika ada pendatang atau turis datang karena bisa dengan mudah dibaik-baikin dan akhirnya bisa sedikit dimanfaatkan.
Jadi, hati-hati, ya…jangan
termakan rayuan. Hihi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar