Lanjut lagi cerita tentang
perjalanan pulang kampung. Selama tinggal lebih dari 2 minggu di Yogya, saya
kedatangan tamu agung, Cindy.
Adalah salah satu sahabat saya yang baru
menyelesaikan sekolah S3-nya di Prancis dan memutuskan untuk kembali ke tanah
air.
Ketika mengetahui saya berada di
Yogya, Cindy langsung terbang menyusul saya dan kami pun menghabiskan waktu
bersama selama 4 hari.
Berkunjung ke Solo dengan
menumpang Kereta Ungu Cantik
Kedatangan Cindy ke Yogya tentu saya sambut
dengan hati riang. Akhirnya ada teman pecicilan, hehe. Setelah melepas
rindu, kami pun menyusul jadwal perjalanan. Akhirnya kami sepakat untuk
mengunjungi Solo dengan menumpang kereta dari stasiun Tugu.
Sungguh kaget dan tidak mengira
bahwa kereta menuju Solo ini berdandan cantik dan gerbong khusus wanita. Wah!
Perjalanan Yogya-Solo dengan menumpang kereta ungu cantik ;) |
Seharian di Solo kami habiskan
mengunjungi Museum Keraton, kemudian Pasar Klewer dan berakhir di café di dekat
Keraton. Yang kami butuhkan adalah waktu mengobrol dan mengobrol.
Menjelang sore hari, kami kembali
ke Yogya dan menumpang kereta yang sama.
Nyekar ke Imogiri
Di hari berikutnya, kami ingin
menjelajah Yogya tetapi dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang berbeda.
Borobudur dan Prambanan memang masuk dalam daftar, tetapi akhirnya kami memilih
menjelajah Yogya bagian selatan.
Serunya ke Imogiri karena kami
harus menaiki tangga yang jumlahnya lebih dari 300 anak tangga. Capek? Pastilah.
Tapi dibawa enjoy aja.
Nyekar ke Imogiri, menikmati keindahan alam Yogya sekaligus wisata kuliner. |
Di Imogiri, kami nyekar ke makam
Sultan Agung, kemudian sempat berjalan-jalan di area makam yang memang daerahnya
masih hijau dan asri serta bangunan dengan gaya arsitektur Jawa.
Yang serunya lagi, ketika
kembali, kami tidak melalui jalan yang sama. Melainkan melalui perkampungan
penduduk dan melalui hutan yang terawat. Alam Jawa memang indah sekali.
Sebelum pulang, kami menyempatkan
jajan makanan Jawa di warung terdekat dan merasakan masakan lokal. Ini yang
membuat rindu pulang kampung.
Menjelajah Merapi
Yang menarik perhatian kami juga
adalah mengunjungi daerah Gunung Merapi yang pada buulan Oktober 2010 meletus
dan lahar panasnya memporakporandakan daerah sekitarnya. Bahkan, juru kunci
Merapi, Mbak Marijan, meninggal di tempat dalam keadaan bersujud.
Kami melihat langsung daerah tersebut setelah
bencana. Benar-benar berubah. Tuhan Maha Kuasa dengan segala isinya.
Menjelajah Merapi setelah Letusan. |
Pada saat kedatangan kami itu,
sedang dilakukan pembersihan dan mulai dibangun kembali satu demi satu
infrastruktur yang rusak karena bencana tersebut.
Kalau dilihat dari dekat, Gunung
Merapi ini seperti menyimpan suatu energi yang besar dan terkesan magis.
Akhir kunjungan Merapi, kami mampir ke warung
makanan sekitar. Apalagi kalau bukan wisata kuliner kali ini.
Terima kasih Cindy, Adi dan
teman-teman.
Solo-Yogyakarta, awal tahun 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar