Like

Kamis, 05 Juni 2014

XIV. 1. (Prancis) Babak Baru Tingggal di Prancis


Jumpa lagi!

Di awal cerita blog, saya berbagi cerita tentang awalnya menginjakkan kaki di Eropa, khususnya di Prancis. Dengan menari tarian tradisional Indonesia dan berkesempatan mengikuti Tari Rakyat Sedunia di Prancis-Spanyol, membuka jalan saya mengenal Eropa. Tidak hanya itu, kemudian saya pun bisa melanjutkan sekolah bahasa Prancis di Paris.

Niat, doa, usaha dan keberuntungan yang mengantar saya untuk keluar dari rumah dan melihat dunia. Kesempatan ´nyemplung´ di kehidupan kota Paris dan negara Prancis yang tadinya menyilaukan, berubah menjadi monster yang menelan hidup-hidup siapapun yang menyerah dengan keadaan. Saya pun memilih untuk bertahan.

Setelah menjadi anak sekolahan, kesempatan bekerja dan berkelana ke benua Amerika Latin dengan menyeberangi Samudera Atlantik adalah kelanjutan dari pengalaman hidup yang mengubah dan mengasah batin saya. Bertemu dan berkenalan dengan berbagai macam suku bangsa dan adat istiadat yang berbeda membuat saya memutuskan hidup nomaden selama beberapa tahun.

Beberapa tahun berkelana, ada saatnya saya berpikir untuk memulai hidup stabil dengan berpijak pada satu tempat. Selain itu juga tentunya ingin membentuk keluarga. Keinginan tersebut akhirnya terlaksana di tahun lalu. Saya memutuskan untuk berhenti berkelana seorang diri, dengan memutuskan mengarungi bahtera rumah tangga dengan pria pilihan. Tetapi bukan berarti berhenti berkelana, malah memulai berkelana dengan si dia.

Grenoble (576 km dari Paris), kota pegunungan yang dilewati Barisan Pegunungan Alpen, Prancis Tenggara yang kami pilih untuk memulai kembali kehidupan di Prancis. Sewaktu awal kedatangan ke Prancis tahun 2005, saya memilih Paris untuk memulai kehidupan di Prancis.


Mulai tahun 2014 adalah tonggak kehidupan yang baru dimulai. Tidak menyangka berjdoh dengan pria prancis dan membawa saya kembali ke Prancis, negara yang sudah saya kenal sebelumnya. Negara pertama yang saya pilih untuk tinggal sebagai anak sekolahan dan negara yang mendidik saya tentang kehidupan.

Di Bab-bab berikut, saya akan menceritakan kembalinya saya ke Prancis dengan status istri, dengan pengalaman-pengalaman yang sama sekali berbeda ketika saya menginjakkan kaki pertama kali sebagai peserta misi budaya dan sebagai anak sekolahan.


Jadi, seperti apa Prancis dengan status saya yang baru ? Tetap memesona dengan keindahan alam dan bangungan-bangunan yang memukau, masakan tradisionalnya yang sukses membuat bobot badan naik serta mentalitas masyarakatnya yang sama sekali tidak berubah : agak dingin, tembak langsung, menuntut kita berbahasa prancis, tetap dandan dan gaya musim apapun. 

Jangan pernah lupa seperti yang saya tulis di awal-awal blog : Prancis bisa menelan hidup-hidup siapa saja yang menyerah dengan keadaan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar