Like

Minggu, 07 Desember 2014

XIV. 19 (Prancis): Daftar Ulang Sekolah di Universitas Prancis

Hai...hello...bonjour...

Nggak terasa hampir 4 bulan tidak update blog. Rasanya waktu berlalu cepat sekali. Baru beberapa bulan lalu merasakan musim panas dengan hangatnya sinar matahari, sekarang di Prancis sudah masuk musim dingin. Matahari terbit dan terbenam lebih cepat (ini cocok buat yang ingin membayar puasa ramadhan kemaren, hehe...karena di musim dingin, waktu berpuasa lebih pendek).

Setalah membahas beberapa tentang realitas kehidupan sesungguhnya di Prancis yang keras yang berhubungan dengan pekerjaan. berikut ini saya akan bercerita tentang tahapan daftar ulang sekolah bagi sebagian besar mahasiswa di Prancis yang dimulai sejak sept lalu.

Kembali ke Sekolah

Bukan saya yang kembali menjadi anak sekolah, melainkan beberapa adik yang diterma sebagai mahasiswa Master (S2) di salah satu universitas negeri di Paris. Kelihatan seru dan mentereng, ya, dia bisa melanjutkan sekolah master di Paris? Nanti dulu. Kita harus lihat perjuangan dia sebelum benar-benar menginjak dan terdaftar di Universitas Paris.

Beasiswa dan Biaya Sendiri

Ada perbedaan perlakukan untuk tahapan administrasi bagi penerima beasiswa pemerintah Prancis dan pemerintah Indonesia. Bedanya adalah bagi para penerima beasiswa pemerintah Prancis mendapat perlakuan khusus untuk biaya pendaftaran dan uang sekolah dengan potongan biaya yang hampir setengahnya dari biaya biaya normal. Lalu untuk mendapatkan tempat tinggal di asrama mahasiswa, penerima beasiswa pemerintah Prancis mendapat priorotas atau bahkan diurus langsung oleh badan pemberi beasiswa.

Lain cerita dengan mereka yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia atau dengan biaya sendiri. Mereka ini diperlakukan normal dan sama dengan mahasiswa lainnya. Maksudnya, besarnya uang pendaftaran sekolah dan biaya kuliah serta mencari dan mendapatkan tempat tinggal tidak mendapatkan perlakukan khusus alias harus bergerilya mencari sendiri.

Persiapan keberangkatan yang super rempong

Tahukah Anda untuk mengurus administrasi yang dibutuhkan untuk keberangkatan memakan waktu, tenaga dan pikiran yang membuat stres? Di antara pekerjaan kantor yang terus berjalan, si adik-adik ini harus bisa membagi waktu mendalami bahasa prancis, mempersiapkan aneka kebutuhan pribadi sebelum keberangkatan sampai berurusan dengan administrasi di jajarannya, mengurus administrasi sekolah dan mengurus visa ke Kedutaan Prancis. 

Semuanya itu adalah bagaikan mata rantai yang tidak boleh putus karena satu dokumen berhubungan dengan dokumen yang lain.

Saya sebagai sang kakak hanya bisa menyemangatinya, berdoa untuk kelancarannya dan membantu semaksimal mungkin ketika sang adik tiba di Paris. Sedangkan untuk segala macam urusan di Indonesia, sang adik harus mengurusnya sendiri.

Arrived in Paris!

Akhrinya, saat yang dinantikan tiba: adik-adik tiba di Paris dengan selamat. Lalu? Ya, justru inilah tahapan kehidupan yang baru dimulai. Walaupun di Indonesia sudah melalui masa rempong sebelum keberangkatan, bukan berarti di Paris urusan si adik beres, hehe.

Setelah di Paris, si adik belum bisa tinggal di apartemen sendiri karena prosesnya tidak mudah. Karena itu, saya menaruh dia di salah satu keluarga prancis yang saya kenal baik. Nah, ini yang tidak gampang dilakukan karena tempat tinggal adalah hal utama yang harus dipikirkan sebelum berangkat ke Paris. 

Disarankan memang mempunyai kenalan atau kontak yang dikenal baik. Karena, kan, ibaratnya kita masuk ke negara orang yang kita tidak kenal sama sekali. Mana mungkin kita melakukannya sendiri. Karena itu, mempunyai kenalan dan kontak dengan keluarga prancis sangat disarankan. Dan tidak lupa kita menjaga silaturahmi dan menjaga hubungan baik karena kita tidak pernah tahu bagaimana nasib kita di negara orang lain. 

Dan tentu saya tidak berani sembarangan memberi kontak atau memberi rekomendasi kepada keluarga prancis jika saya tidak mengenalnya dengan baik.


Proses administrasi sekolah di Universitas Paris

Setelah sehari tiba di Paris, saya menemani adik-adik untuk daftar ulang ke sekolahnya. Setelah membayar uang sekolah setahun, biaya ekstrakurikuler dan biaya kesehatan, adik-adik mendapatkan kartu pelajar. Dia pun resmi terdaftar sebagai siswa di Universitas Paris. Setelah itu, sang adik harus menghubungi sekretaris jurusan untuk mendapat jadwal matrikulasi dan jadwal pelajaran selama 1 semester dan bertemu dengan para dosen.

Ya, di Paris ini, sistema pendidikannya sangat diutamakan oleh pemerintah. Dengan fasilitas yang spektakular, para siswa hanya dikenakan biaya yang sangat murah untuk pendidikannya. Adik saya pun takjub dengan orientasi sekolah yang lebiih mengacu pada pola yang lebih mendidik. 

Tidak ada ospek yang tidak perlu yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan perkuliahan. Orientasi sekolah ini lebih kepada perkenalan kampus, letak-letak gedung, perkenalan kepada seluruh dosen dan staf administrasi, cara meminjam buku di perpustakaan, kegiatan ekstrakurikuler sampai tempat praktikum. Dan nilai lebihnya adalah kita bisa bebas berdiskusi dan bertanya kepada dosen yang sesuai dengan mata kuliah yang kita pilih.

Aneka dokumen dan menata hidup

Setelah urusan administrasi dan orientasi sekolah yang sudah dijalani, satu-satu urusan untuk menata hidup di Paris mulai berjalan pada ´rel-nya´. 

Urusan berikutnya adalah asuransi kesehatan, mencari tempat tinggal sendiri sambil beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat Paris itu sendiri. Memang tidak mudah melakukannya sekaligus. 

Tetapi lagi-lagi, kan, keputusan untuk menempuh pendidikan di luar Indonesia pasti ada konsekuensinya. Dan kita harus mau bergerak dan berkorban. Toh untuk masa depan kita sendiri.

Adik-adik saya pun mulai memahami ritme kehidupan ibukota Prancis ini. Semua orang sibuk dan fokus pada kepentingannya. Tergantung kita menilainya mereka fokus dengan urusan sendiri atau egois mementingkan diri sendiri. Jawabannya adalah dari sudut pandang masing-masing individu yang menjalani dan menilainya.

Jadi, siapkan Anda menjadi salah satu anak sekolah di Universitas Paris?


*Bon courage Bayu, Dita dan Sella...adik-adik yang sedang berjibaku menempuh pendidikan di Paris. Kerja keras kalian akan berhasil di tahun-tahun mendatang. 

Rabu, 13 Agustus 2014

XIV. 18 (Prancis): Karier & Profesi Pramuniaga Toko, Kasir, Pelayan Resto sampai Cleaning Service (Bag. 7)

Masih tentang pembahasan Karier, Pekerjaan dan Mengurus Rumah Tangga. Memang panjang jika kita membahasnya secara detil dan satu per satu. Saya sengaja mengangkat topik ini karena isi blog saya tidak melulu tentang plesiran, jalan-jalan dan hal-hal yang berhubungan dengan turisme saja. 

Saya ingin bervariasi dan berbagi topik lainnya. Alasannya sederhana karena saya bukan turis di Prancis. Melainkan memutuskan tinggal di Prancis lagi setelah 9 tahun berlalu dan beradaptasi dengan budaya Prancis dan masih terus belajar memahami segala sistem kehidupan di Prancis.

Saat ini topik yang masih ingin saya bahas adalah masih tentang Karier dan Pekerjaan di Prancis, yang mempunyai penilaian lain dari sudut pandang kebanyakan orang Indonesia yang belum pernah merasakan tinggal di Prancis atau di Eropa pada umumnya. Yang mengenal Prancis dan Eropa melalui media atau bahkan berkunjung hanya sebagai turis. Tentulah berbeda sudut pandang kehidupannya.

Bukan bermaksud merendahkan sudut pandang yang berbeda, melainkan membuka mata akan profesi-profesi yang dianggap sebelah mata di Indonesia, kebalikannya di Prancis, profesi-profesi tersebut tetap mendapatkan sejajar dengan profesi apapun. Karena pada dasarnya, apapun profesi dan pekerjaan Anda tetap mulia dan tidak dipandang sebelah mata.

Setelah profesi pembantu rumah tangga dan penjaga/pengasuh anak yang masih dianggap remeh/dianggap kurang bonafid adalah menjadi pramuniaga toko, kasir supermarket, pelayan restoran sampai cleaning service hotel/restoran/kantor.

Banyak juga orang asing yang mengerjakan profesi di atas, tak terkecuali orang Indonesia yang merantau ke Prancis, baik itu mereka yang sedang menempuh pendidikan, merantau karena mencari pekerjaan atau memang bersuamikan orang prancis.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut memang jauh dari pekerjaan orang kantoran, di gedung-gedung bertingkat di kawasan bergengsi di Jakarta atau di kota-kota lain di Indonesia. 

Seperti yang sudah saya tulis di bagian-bagian sebelumnya jika Anda menyimak, pekerjaan apapun di Prancis sama mulianya. Karena diatur oleh Undang-undang dan ada standar gaji minimal dengan standar waktu bekerja. Dan jangan lupa bahwa mereka juga memiliki hak berlibur setidaknya 5 minggu dalam setahun dan tetap mendapatkan gaji!

Mereka yang bekerja sebagai profesi-profesi di atas berhasil menjalani hidupnya, berhasil memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa meminta-minta bantuan dari pemerintah dan juga berhasil hidup mandiri bahkan turut berperan dalam belanja rumah tangganya. Yang lebih fantastis lagi, mereka berhasil membantu keluarga di Indonesia bahkan berhasil menabung untuk liburan ke Indonesia atau ke negara-negara lain berkat kerja kerasnya.

Karena itu standar pekerjaan dan gaji antar negara tentu berbeda-beda. Profesi-profesi yang dianggap remeh atau hina tetapi berhasil membangun hidup semua orang di Prancis atau di negara-negara eropa lainnya, yang belum tentu akan sama hasilnya di Indonesia. Di Indonesia pun, jika kita mempunyai pekerjaan bagus, belum tentu kita memilliki standar gaji layak bahkan sampai bisa menikmati liburan ke seluruh Indonesia atau ke luar negeri.

Nah, pesan moral saya adalah sebaiknya tidak meremehkan jenis pekerjaan apapun, terlepas itu di Prancis, di Indonesia atau di negara manapun. Apapun jenis profesi dan pekerjaan yang kita pilih atau orang lain pilih adalah pilihan hidupnya sendiri. Kita tidak berhak menilai kelemahannya saja, menilai keburukannya saja atau menganggapnya rendah hanya demi harga diri dan gengsi.


Setuju?

XIV. 18. (Prancis): Profesi Pembantu Rumah Tangga, Penjaga/Pengasuh Anak (bagian 6)

Nah, tentu Anda para pembaca sudah mempunyai sedikit dan banyak gambaran tentang kehidupan karier dan pekerjaan di Prancis serta mengurus rumah tangga. Yang saya mau bahas lebih lanjut lagi adalah tentang peluang menjadi pembantu rumah tangga yang bekerja di waktu tertentu atau menjadi babysitter.

Sudah dibahas di atas tentang sulitnya mencari pekerjaan sesuai keinginan kita di Prancis, lalu tentang  kerepotannya para orangtua di Prancis yang memutuskan bekerja tapi mereka memiliki anak. Yang mau tidak mau harus menitipkan anak-anak mereka di tempat penitipan anak atau pengasuh anak atau meminta jasa babysitter atau pengasuh anak untuk menjemput anak-anak dari sekolah.

Nah, bagi sebagian orang asing (atau bahkan orang Prancis sendiri) yang kesulitan mencari pekerjaan sesuai dengan keingian mereka, setidaknya mereka bisa melihat  hal ini sebagai peluang untuk menjadi pembantu rumah tangga atau pengasuh anak.

Jam kerjanya tidak melulu setiap hari dan setiap waktu, jadi kita bisa mengatur waktu kapan kita bekerja tanpa mengabaikan keluarga kita sendiri.

Memang, sih, profesi pembantu rumah tangga atau pengasuh/penjaga anak sepertinya rendah dan tidak mungkin kita lakukan di negeri sendiri. Tetapi, jika profesi tersebut mendapat kompensasi atau gaji minimal sesuai yang ditetapkan pemerintah serta termasuk ke dalam profesi yang dihargai di Prancis, akhirnya banyak juga dilakukan oleh para wanita asing.

Untuk kebanyakan orang Indonesia sendiri yang saya jumpai, banyak juga yang melakukan pekerjaan ini. Mereka melakukannya sebagai pekerjaan sampingan. Misalnya mereka anak sekolah yang sedang menempuh pendidikan di Prancis dan memerlukan uang ekstra, mereka memilih untuk menjadi pengasuh anak/penjaga anak beberapa jam sehari. Lumayan untuk menambah uang saku.

Begitu pun dengan mereka yang memilih profesi menjadi pembantu rumah tangga dengan membersihkan rumah orang lain atau membantunya menyetrika dan dihitung jam-jaman. Hasilnya lumayan untuk menambah uang belanja atau membeli tas merek tertentu tanpa meminta suami.

Tetapi, balik lagi ke mentalitas individu masing-masing. Tentu ada yang merasa gengsi, malu, merasa rendah diri atau takut jadi bahan cemo´oh orang lain. Apalagi jika mereka yang dulunya mempunyai karier dan pekerjaan bagus di Indonesia, lalu berubah profesi menjadi pembantu rumah tangga atau pengasuh anak? Ditambah lagi jika sang suami memiliki kedudukan penting di perusahaannya, masak istrinya menjadi pembantu atau penjaga anak? Siapkah Anda atau kita sendiri melihat penilaian orang lain?

Saya tekankan bahwa selama pengalaman hidup di Prancis, pekerjaan apapun sama mulianya karena seluruh profesi dilindungi Undang-undang dan ada aturan jelas untuk gaji minimal dan waktu bekerja yang dilindungi pemerintah. Jadi tidak ada istilah terhina, rendah diri atau merasa tidak berguna jika Anda melakukan pekerjaan tersebut.

Di blog berikutnya, saya akan membahas profesi lainnya yang seringnya dianggap remeh dan rendah oleh sebagian besar orang Indonesia yang tidak mengerti tentang sistem kehidupan dan pekerjaan di Prancis atau di Eropa tepatnya: menjadi pelayan restoran, pramuniaga toko, kasir supermarket sampai cleaning service hotel/rumah sakit/restoran/kantor.

(Untuk para perantau dari seluruh dunia, khususnya untuk teman-teman seperjuangan di Prancis, yang tidak pernah menyerah untuk bertahan dan beradaptasi dng kehidupan Eropa yang tidak mudah. Prancis selalu membuka pintunya lebar-lebar untuk mereka yang mau bekerja keras)