Salah satu kota seni dan budaya
di Mexico adalah Oaxaca, yang terletak di Propinsi Oaxaca. Berjarak kurang
lebih 500 km dengan berkendaraan atau sekitar 40 menit dengan pesawat terbang,
Oaxaca mempunyai daya tarik tersendiri untuk dikunjungi. Daya tarik utamanya adalah
masih banyak desa kecil yang masih dihuni oleh penduduk asli. Tata bahasa, kosa
kata bahkan kegiatan kehidupan sehari-hari, masih melestarikan kebudayaan
aslinya.
Suasana kota Oaxaca yang dikelilingi Pegunungan Sierra Madre. |
Walaupun bahasa nasional Mexico
adalah adalah bahasa spanyol, di Oaxaca, bahasa penduduk sehari-hari masih
menggunakan bahasa zapotec. Zapotec adalah suku asli Oaxaca yang berusia
ratusan tahun sebelum kelahiran Aztec dan Maya. Pemerintah Mexico masih bekerja
keras melestarikan kebudayaan ini sehingga tidak punah oleh zaman.
Pada saat akhir pekan beberapa
minggu lalu, saya dan beberapa teman mengunjungi Oaxaca dengan berkendaraan.
Jarak tempuh yang kami lalui dari Mexico City sangat lancar. Jalan tol dan
jalan biasa yang beraspal sempurna seakan memanjakan sang pengemudi. Ditambah
lagi pemandangan alam yang luas biasa indah, bisa kami nikmati sepanjang
perjalanan. Gunung berapi yang masih aktif, Popocatepetl dan gunung anggun
Iztaccuatl, menemani kami sepanjang perjalanan selama hampir 2 jam.
Setelah
itu, bergantian gunung cantik Orizaba yang menemani kami sampai tiba di pegunungan
Sierra Madre. Gunung-gunung berkaktus tinggi pun seakan tak ingin ketinggalan
mengantar perjalanan kami menuju ibukota Propinsi Oaxaca. Tak terasa, 5 jam
menempuh perjalanan, tibalah kami di ibukota cantik dengan bangunan yang
dominan bergaya kolonial.
Secara geografis, Mexico termasuk
bagian dari Amerika Utara. Tetapi, letak Oaxaca dikatakan unik karena terletak
di perbatasan antara Amerika Utara dan Amerika Tengah. Selain itu, letak Oaxaca
juga istimewa karena dikelilingi oleh pegunungan Sierra Madre bagian timur dan
Sierra Madre bagian selatan.
Di sinilah letak kota Oaxaca, di tengah-tengah negara Mexico. |
Iklim yang kami rasakan waktu itu
adalah terasa dingin di pagi dan malam hari tetapi panas di siang dan sore
hari. Jadi, pas-lah, kita plesiran di pagi menjelang siang sampai
sore menjelang malam.
Secara keseluruhan, ibukota
Oaxaca ini sangat menarik. Selain pusat kota yang ramai dan penuh dengan
bangunan bersejarah. Di sekitarnya banyak restoran, bar, café serta toko-toko
yang memenuhi kebutuhan penduduk kota bahkan turis.
Kami yang memang tinggal di ibukota
Mexico, yaitu Mexico City, tentulah mencari sesuatu yang berbeda di Oaxaca,
tidak hanya restoran, bar, café dan toko-toko, tetapi kami lebih tertarik
dengan situs bersejarah yang terletak di pinggiran kota Oaxaca. Kebudayaan
Zapotec yang sangat kental di Oaxaca merupakan salah satu kebudayaan penting
dari bagian Mesoamerika (Mexico, Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua dan
Costa Rica). Yang menakjubkan berada di Oaxaca adalah rasanya seakan kembali ke
zaman dahulu, pada saat Mexico masih utuh dengan segala kebudayaannya, sebelum
bangsa Spanyol memulai pendudukannya di abad ke-15.
Di antara banyak situs
bersejarah, tempat wisata dan kota-kota kecil suku asli yang masih tersisa,
akhirnya kami berhasil memilih beberapa tempat untuk dikunjungi.
Monte Alban, pusat peradaban bangsa Zapotec
Salah satu situs bersejarah
peninggalan bangsa Zapotec yang lebih dari 700 tahun lalu Sebelum Masehi ini,
termasuk Warisan Budaya Dunia versi UNESCO yang ditetapkan pada tahun 1987,
adalah daya tarik utama kami mengunjungi Oaxaca.
Pada masanya, Piramida Monte
Alban, yang berarti gunung putih, merupakan ibukota bangsa Zapotec, yang
menjadi pusat peradaban kala itu. Terletak di puncak bukit Oaxaca, Monte Alban
menawarkan pemandangan yang indah di sekelilingnya. Piramida Monte Alban ini
terdiri dari beberapa piramida besar dan kecil serta terdapat lapangan (Plaza
Central) yang luasnya kira-kira 400m2, terbentang di tengah-tengahnya.
Monte Alban, jejak peradaban Zapotec, yang menjadi daya tarik para turis untuk mengenal situs bersejarah di Oaxaca. |
Lapangan ini berguna sebagai arena permainan dan upacara ritual. Pada
saat kami sedang berada di tengah-tengah lapangan, kami tidak merasakan suara
berisik riuh rendah. Situs Monte Alban ini seakan kedap suara, padahal berada
di udara terbuka. Menakjubkan.
Mitla, Tempat ´Peristirahatan´
Situs bersejarah yang kedua yang
membuat kami kagum adalah Mitla. Menurut bahasa Náhuatl (bahasa Bangsa Aztec), Mitla adalah tempat kematian. Bahasa
Zapotec mengartikannya sebagai tempat peristirahatan.
Pada saat Monte Alban booming sebagai pusat peradaban dan
pemerintahan bangsa Zapotec pada zaman klasik, Mitla agaknya terlupaan. Tetapi,
akhirnya Mitla memperoleh kejayaannya, terutama kekuatan politik bagi bangsa
Zapotec
dan juga sebagai tempat upacara
ritual setelah bangsa tersebut meninggalkan Monte Alban.
Salah satu sudut Mitla dengan ciri khas pahatan dndingnya yang berbentuk segi-segi. |
Mitla dikenal situs
terakhir kejayaan precolombian,
sebelum bangsa Spanyol tiba dan memperbaiki situs bersejarah ini. Yang menarik
dari Mitla adalah hampir seluruh dekorasinya berbentuk pola geometri pada
hampir seluruh dindingnya. Menurut catatan sejarah, bangsa Aztec berpartisipasi
menaklukkan Mitla dan meniggalkan ´kenangan´ berupa bangunan yang berdekatan
dengan bangunan asli peninggalan Zapotec.
Teotitlan del Valle, kerajinan tangan dari wol
Setelah puas mengunjungi 2 situs
arkeologi pada zaman Zapotec, saatnya kami mengenal pengrajin asli suku Zapotec
yang masih lestari sampai saat ini di desa kecil yang bernama Teotitlan del
Valle. Terletak 28 km dari pusat kota Oaxaca, kota pengrajin wol ini wajib
dikunjungi. Hampir setiap sudut rumah mengerjakan kerajinan dengan gaya
industri rumahan.
Kegiatan menenun yang menjadi kerajinan rumahan penduduk dan menjadi khas Oaxaca. |
Yang dihasilkan dari wol adalah karpet, selimut, mantel
sampai tas dengan bahan dasar wol yang diberikan warna-warna alami yang mereka
dapat dari alam, seperti kulit pohon, biji-bijian sampai telur ulat nopal
(kaktus khas Mexico yang berbentuk daun datar dan bisa dimakan). Sang pengrajin
menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan aneka kerajinan yang dikerjakan secara
manual, mulai dari tahap perolehan wol, disikat agar halus, lalu diproses
menjadi pintalan benang, pewarnaan sampai proses tenun.
Yang membuat suasana
menyenangkan pada saat kunjungan ini adalah sang pengrajin masih menggunakan
bahasa asli Zapotec, yang sama sekali tidak kemiripannya dengan prononsiasi
bahasa spanyol. Alhasil, kami pun terkesima dengan dilestarikannya bahasa kuno
tersebut yang masih ada sampai saat ini. Jika Anda ingin membawa pulang aneka
kerajinan ini, tidak perlu kaget dengan harga yang diberikan karena memang
mahal. Menurut saya hal itu wajar mengingat proses tahapan yang dikerjakan
secara manual yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan 1 hasil
karya serta menggunakan bahan-bahan alami untuk proses pewarnaannya. Dan jangan
lupa, di setiap hasil kerajinan, mengandung filosofi, adat, kerja keras dan
dedikasi untuk mengerjakannya.
San Bartolo Coyotepec, desa penghasil tembikar berwarna hitam alami
Penjelahan Oaxaca berikutnya
adalah mengunjungi desa San Bartolo Coyotepec, yang berjarak 12 km dari
ibukota. Desa kecil yang tertata rapi ini mengandalkan mata pencahariannya dari
menghasilkan tembikar berwarna hitam natural.
Perajin keramik yang memeragakan cara pembuatan keramik secara manual. |
Salah seorang penduduk, Carlos
dan ibundanya, Alejandra, menyambut kami di kediamannya yang juga berfungsi
sebagai workshop tembikar yang
tertata sederhana. Carlos pun memperlihatkan cara membuat tembikar yang terbuat
dari tanah liat berwarna abu-abu (keunikan tanah alami khas desa ini) dengan
menggunakan alat sederhana: tatakan yang terbuat dari batu dan 2 piring ceper yang
terbuat dari tanah liat ukuran kecil yang berfungsi untuk membuat bentuk tanah
liat yang diinginkan.
Pekerjaan ini membutuhkan imajinasi dan kreativitas kita
untuk menstransfer bentuk yang ada di kepala. Sejauh ini, keluarga ibu
Alejandra telah banyak menghasilkan bentuk tembikar yang beraneka ragam.
Industri kerajinan rumahan ini merupakan warisan turun menurun dan tetap akan
dilestarikan kepada generasi berikutnya.
Arrazola, berkelana ke dunia imajinasi
Selain banyak situs arkeologi
bersejarah, beberapa desa kerajinan juga menawarkan kreativitas warganya. Tak
ketinggalan Arrazola, desa kecil yang terletak tak jauh dari situs arkeologi Monte Alban menawarkan dunia
imajinasi melalui kerajinan tangan yang bernama alebrije (baca: alebrihe).
Salah satu pengrajin menunjukkan hasil karya alebrijes-nya. |
Alebrije
adalah kerajinan tangan dengan menggambar di atas kayu dengan bentuk aneka
hewan imajinasi. Warna-warna
yang digunakan untuk alebrije adalah warna-warna terang dan mencolok. Yang
menarik di desa ini adalah rata-rata yang bekerja adalah single mom untuk membiayai hidup mereka dan anak-anaknya.
Arbol del Tule: pohon
2000 tahun
Siapa sangka perjalanan jauh-jauh ke Oaxaca
membawa kami untuk mengunjungi pohon yang popular disebut Arbol del Tule atau pohon dari daerah Tule, yang berusia lebih dari
2000 tahun?
Pohon yang berusia lebih dari 2000 tahun, yang berhasil membawa ribuan turis dari berbagai negara mengunjunginya. |
Terletak di jantung kota Santa Maria del Tule, pohon ´menakjubkan´
yang mempunyai tinggi 42 meter dengan diameter 14 meter ini berhasil mengundang
ribuan turis berbagai kota di Mexico bahkan dari seluruh dunia! Hebat sekali,
ya, marketing dan woro-woro
pemerintah daerahnya.
Hierve del Agua, Mari
berendam di air mineral
Kekayaan alam Oaxaca yang lain yang berhasil
kami jelajahi adalah Hierve del Agua
atau air panas dalam bahasa Indonesia atau the
water boils dalam bahasa inggris.
HIerve del Agua menyajikan pemandangan yang cantik. Kita bisa berenang lho, sambil menikmati pemandangan indah ini. Airnya hangat. |
Wisata ini terletak agak jauh dari pusat
kota, sekitar 80 km. Kita diharuskan melalui jalan yang berliku melewati
pengunungan dan lembah curam. Hierve del
Agua ini termasuk dalam situs arkeologi, penting karena merupakan
peninggalan bangsa Zapotec sekitar 2500 tahun yang lalu untuk keperluan sistem
irigrasi.
Saat ini, para wisatawan bisa menikmati Hierve del Agua yang airnya mengandung kalsium karbonat dan berbagai
mineral lainnya. Kita bisa berendam di air hangat dengan suhu 25 derajat yang
menyajikan pemandangan alam yang indah.
Pengalaman yang
didapat..
Setelah beberapa hari menjelajah Oaxaca, pesan
moral yang saya dapat adalah melestarikan kebudayaan daerah dan negeri sendiri
adalah penting karena itu merupakan simbol penghormatan terhadap nenek moyang.
Selain itu, program pemerintah daerah dan pemerintah pusat dilaksanakan secara
kesinambungan. Juga rakyat Mexico dan warga Oaxaca sendiri merasa bangga dan
mempunyai rasa memiliki akan kekayaan budayanya.
Satu hal yang terlintas di benak saya:
menjelajah Oaxaca serasa menjelajah Yogyakarta-nya Indonesia. Hampir sama.
Banyak situs arkeologi, kerajinan tangan yang hampir mirip serta penduduknya
yang sama-sama ramah terhadap wisatawan.
Jika suatu saat Anda
menjejakkan kaki di Oaxaca…
- Pilihlah waktu yang tepat. Sebaiknya hindari bepergian di musim dingin.
- Jika ingin maksimal menikmati keindahan Oaxaca, minimal Anda menluangkan waktu 5 hari 4 malam.
- Jangan segan untuk browsing berbagai informasi melalui internet, buku, majalah atau bahkan bertanya ke teman sebelum memutuskan untuk pergi.
- Minimalkan barang bawaan Anda untuk mempermudah perjalanan itu sendiri.
- Siapkan obat-obatan ringan.
- Menginaplah di guest house atau penginapan sederhana a la Mexicana, sehingga Anda akan mendapatkan pengalaman maksimal dan mengenal cara hidup mereka.
MOESTARYANTI PURUHITA
FOTO: LGN
Cerita tentang kota Oaxaca ada di dailysylvia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar