Bagi Anda yang mengenal tradisi
adu banteng yang berasal dari negara Spanyol yang dimulai pada ratusan tahun
yang lalu, tentunya sudah banyak mengetahui, menyaksikan secara langsung atau
bahkan mendengar sedikit banyak cerita tentang hal tersebut.
Pertunjukan adu
banteng yang semula hanya dimiliki negara Spanyol, sedikit demi sedikit
´menular´ ke negara-negara tetangganya, seperti di Portugal dan Prancis bagian
selatan.
Pada abad ke- 15, ketika Spanyol
menjejakkan kakinya di negara-negara latin, tradisi adu banteng ini turut
dibawanya. Dengan berjalannya waktu, adu banteng pun bisa kita saksikan di
negara-negara bekas jajahan Spanyol yang berada di Amerika Selatan, Amerika
Tengah dan Amerika Utara.
Kebetulan saat ini saya sedang
menjelajah Mexico dan sedang ada musim adu banteng, maka kesempatan ini tidak
saya sia-siakan. Kapan lagi bisa menyaksikan langsung salah satu tradisi bangsa
Spanyol yang dilestarikan di Mexico?
Sang matador beraksi. |
Bertempat di arena adu banteng yang
bernama Plaza de Toros yang terletak
di jantung kota Mexico, arena adu banteng ini mampu menampung 40.000an penonton
dan merupakan salah satu arena adu banteng terbesar di dunia.
Tempat yang
seharusnya penuh dengan penonton, terpaksa agak kosong karena hujan yang tercurahkan
dari langit, serta merta membuat para penonton yang duduk di area terbuka,
terpaksa mengungsi.
Saya yang kebetulan mendapat tempat duduk di barisan
terdepan, tetap kekeuh tidak
mengungsi ke tribun karena memang benar-benar ingin menyaksikan pertunjukan
besar ini. Dan hujan pun bukan
berarti penghalang untuk menghentikan pertunjukan. Yes, the show must go on!
Torero tidak hanya menggunakan kain berwarna merah untuk memancing si banteng. |
Pertunjukan adu banteng ini berlangsung cukup
lama, yaitu sekitar 3 jam, dengan mempertontonkan 6 banteng yang siap mati di
tangan para torero (matador dalam bahasa inggris). Ada 3
orang torero yang masing-masing
mendapat jatah 2 ekor banteng yang memiliki berat rata-rata 400-an kg untuk ditaklukkan.
Setiap pertandingan,
setiap torero didampingi oleh 2 orang
penusuk punggung banteng (picador dalam
bahasa spanyol) sambil menunggang kuda, lalu ada 3 orang penusuk jarum ke
punggung banteng (banderillero dalam
bahasa spanyol). Banderillo ini
bertugas membantu sang torero menaklukkan
si banteng. Umumnya, peran banderillo
ini juga sama pentingnya dengan torero.
Yang menarik dari pertunjukkan
adu banteng ini adalah para torero berdandan
abis-abisan dengan kostum menarik
dengan warna terang benderang. Gerakan tubuh para torero untuk ´menantang´ para banteng laksana tari dan irama yang memikat para penonton.
Cucok kan, kostum dan warna kain untuk memancing si banteng? senada warna merah menyala. |
Penampilan yang mendebarkan dan
menyayat hati adalah pada saat si
banteng sudah terluka dan sekarat, torero
dengan piawai memainkan muleta (kain
berwarna merah atau merah muda) dengan tujuan membuat si banteng mengamuk.
Muleta juga berfungsi menyembunyikan
pedang yang akhirnya digunakan untuk menusuk leher si banteng. Kejadian ini
membuat mata saya berkaca-kaca selama 6 kali pertandingan. Tidak tega. Tetapi
karena rasa ingin tahu dan menyaksikan secara langsung pertunjukan ini serta ingin
berbagi pengalaman, maka saya menguatkan hati untuk menontonnya.
Sambil
berfikir: kok, tega, ya, mereka membunuh si banteng demi
mempersembahkan tontonan yang menarik dan spektakuler. Dan saya juga mikir, sih, kok, mau-maunya saya menonton jika udah tau pertunjukan ini
akan membuat si banteng menderita
begitu.
Di akhir babak pertunjukan jika
sang torero berhasil menaklukkan si
banteng dengan apik dengan penampilan yang memikat, para penonton memberikan ´hadiah´
berupa tepuk tangan yang cukup keras dan lama serta mengibarkan sapu tangan berwarna putih. Olé!
Cerita di balik ´lapangan´ adu banteng:
- Para torero mengenakan kostum dengan warna terang dengan bling-bling warna emas untuk menarik perhatian si banteng. Dan, ehmm..untuk menarik perhatian penonton juga, kali, ya?
- Peran torero ini sangat penting karena dia adalah bintang lapangan di antara para picador dan banderillero. Maka, diperlukan keahlian, kelihaian dan kelincahan gerakan untuk membuat si banteng mengamuk.
- Di babak terakhir inilah, peran torero lebih menjadi pusat perhatian, karena hanya ada si torero dan si banteng di lapangan. Jika torero terjatuh atau si banteng berhasil mengalahkan torero, maka peran para torero yang lain, picador dan banderillero yang berada di pinggir lapangan sangat diperlukan untuk membantu sang torero yang terjatuh tadi. Hal ini terjadi pada saat pertandingan ke-5. Tiba-tiba sang torero terjatuh diseruduk sang banteng. Dengan gerak cepat, kedua torero, para picador dan banderillero yang berjaga-jaga di pinggir lapangan, bergegas memasuki lapangan untuk menolong sang torero sambil sibuk mengalihkan perhatian si banteng. Benar-benar moment yang menakjubkan.
- Warna kain yang digunakan oleh torero untuk membuat mengamuk si banteng tidak harus warna merah atau pink, seperti yang kita lihat di banyak pertandingan adu banteng. Sebenarnya warna apapun akan tetap menarik perhatian si banteng dan membuat si banteng mengamuk karena pada kenyataannya, si banteng adalah binatang yang buta warna.
- Siap-siap membawa sapu tangan berwarna putih untuk memberikan penghargaan terhadap sang torero. Kalau tidak ada sapu tangan berwarna putih, tissu juga berperan penting untuk menggantikannya. Selain itu, tissu juga berfungsi sebagai penghapus air mata ketika melihat si banteng sekarat.(MP/FOTO:LGN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar