Setelah Suriname, saya pun diutus untuk mengunjungi Bolivia. Agar tidak seperti orang nyasar, acara buka peta dan membeli buku
panduan pun saya lakukan.
Bolivia adalah salah satu negara
di amerika latin yang diapit oleh 5 negara: Brazil, Peru, Chilie, Argentina dan
Paraguay. Bolivia tidak memiliki laut, sama seperti Paraguay. Namun Bolivia
memiliki Danau Titicaca yang merupakan danau tertinggi di dunia yang terletak
dekat La Paz, ibukota Bolivia.
Ini dia letak Bolivia. |
Ada 2 pilihan rute untuk menuju
Bolivia…
Untuk bisa menjejakkan kaki di Santa
Cruz de la Sierra, Bolivia, rempong-nya
rute perjalanan yang harus ditempuh dari Paramaribo, Suriname. Ada 2 pilihan rute untuk tiba di Bolivia. Rute pertama, melewati Port of Spain (Tinidad and
Tobago), lalu melewati Caracas (Venezuela) dan bermalam di Lima (Peru),
kemudian langsung menuju Santa Cruz de la Sierra. Rute kedua melalui Belém (Brazil
Utara) dan bermalam disana kemudian melanjutkan perjalanan untuk transit di Sao
Paolo (Brazil) dan melewati Asunción (Paraguay), kemudian langsung menuju Santa
Cruz de la Sierra. Saya pun memilih jalur kedua: Paramaribo – Belém (bermalam) –
Sao Paolo – Asunción – Santa Cruz de la Sierra.
Paramaribo – Belem: menumpang pesawat
baling-baling
Yang membuat jantung berdebar
adalah ketika saya harus menaiki pesawat kecil yang ada baling-balingnya (jenis pesawatnya, apa, ya?) dari
Paramaribo ke Belem dengan jarak tempuh hampir 4 jam. Jantung mau copot karena
kami terbang tidak terlalu tinggi dan mesin pesawat amat sangat berisik.
Sepanjang perjalanan, saya melihat dengan jelas pemandangan antara Suriname
sampai Brazil utara. Indah sekali. Tak ketinggalan, turbulensi yang kencang membuat
pesawat sedikit oleng.
Pesawat mungil dengan baling-baling yang membawa saya dari Paramaribo ke Belém. |
Menjelang landing,
saya tidak mendengar mesin pesawat yang berisik. Baling-balingnya pun
terlihat jelas memperlambat lajut putarnya dari kaca jendela. Deg! Tiba-tiba saya merindukan bunyi
mesin pesawat yang berisik. Pesawat pun berputar-putar dulu sebelum landing. Ingatan
saya kembali pada landing pertama
kali di Asunción, Paraguay (Juli 2007), pesawat berputar-putar di udara hampir
1 jam sebelum landing.
Berdoa dan berdoa pun jadi ritual menjelang landing. Para penumpang
lain, terlihat tenang. Si bapak di ujung kursi selah kanan, tenang membaca surat
kabar. Si ibu disamping saya santai mengunyah kacang. Lah, saya? Sibuk membaca
ayat kursi.
Syukurlah akhirnya kami mendarat
dengan selamat. Karena pesawat yang
kecil dan penumpang sedikit, saya memberanikan diri meminta izin berfoto
bersama sang pilot. Lumayanlah, jadi kenang-kenangan.
Bersama sang pilot. Bando yang saya kenakan oleh-oleh dari tempat pameran. |
Tiba di Belem, Brazil
Setelah turun dari pesawat dan
melewati pemeriksaan imigrasi Brazil dan mengambil 2 bagasi yang super besar dan super berat, saya transit 1 malam
sambil menunggu pesawat berikutnya yang mengantar saya ke Sao Paolo.
Belém
adalah kota di utara Brazil. Udaranya sangat panas dan lembab. Karena lelah
yang terakumulasi, saya tidak mempunyai sisa tenaga untuk menikmati kota Belém
dan memilih untuk tidur di hotel yang letaknya tidak jauh dari pusat kota.
Keesokan paginya, baru saya menyempatkan untuk sarapan di salah satu sudut
kota. Penduduk kota ini didominasi oleh penduduk Brazil berkulit gelap.
Pelayan restoran yang ramah dan harga yang murah membuat saya betah duduk
sejam lebih lama dari jadwal makan pagi pada umumnya.
Penduduk Brazil memang
beragam. Saya akan mengetahui bedanya nanti ketika saya menjelajah Brazil dari
Belem sampai ke Florianopolis (Brazil selatan).
Setelah sarapan di tengah kota, saya
melanjutkan perjalanan ke bandara Belem untuk menaiki pesawat menuju ke Sao Paolo.
Jarak tempuh cukup lama: 4 jam.
Perjalanan dari Belem ke Sao
Paolo berlangsung lancar dan aman terkendali. Setelah menunggu beberapa jam di
bandara Sao Paolo, pesawat yang saya tumpangi transit dulu di Asunción
(Paraguay), kemudian melanjutkan perjalanan ke Santa Cruz de la Sierra.
Sudut antrian taksi di bandara Santa Cruz de la Sierra |
Akhirnyaaaaaa…tiba juga di Santa
Cruz! Dios Mios!!* Perjalanan yang saya tempuh begitu melelahkan dari Paramaribo, Suriname. Rasa lelah terbayarkan dengan dilancarkannya perjalanan dan bersyukur 2 koper super besar dan super berat juga tiba
dengan utuh, tidak dibongkar atau hilang.
Bienvenida en Bolivia! **
(Santa Cruz de la Sierra,
september 2007)
Dengan tuntasnya gue membaca postingan ini, berarti dunia memang nggak jadi kiamat. Hahahaha. Doakan aku bisa segera menjejakkan kaki ke tempatmu ya Nona Ita.
BalasHapusJadi ingat petualangan Lima Sekawan di Bolivia. So nice! *MS*
BalasHapus@Jess: yeay!! Kutunggu, yaaaaa...dng senang hati...dan petualangan penuh kejutan akan terus kualami ketika menjelajah amerika selatan ;)
BalasHapus@ MS : Trims ya, udh baca postingan blog-ku...