Ini dia letak Paraguay, yang diapit oleh Brazil, Argentina dan Bolivia. |
Adalah kota Asuncion, ibukota Paraguay, Amerika Selatan yang menjadi negara pertama yang saya kunjungi di benua amerika latin.
Di manakah letak Paraguay itu sendiri?
Acara buka peta, browsing dan membeli buku paduan adalah hal yang pertama saya lakukan sebelum berangkat. Paraguay dan tetangganya, Bolivia adalah dua negara di benua amerika latin yang tidak dikelilingi garis pantai dan tidak memiliki laut. Sisanya (dan sebagian besar), seperti Brazil, Argentina, Uruguay, Chilie, Peru, Colombia, Equador, Venezuela, Suriname, Guayana Prancis dan Guyana Belanda adalah negara-negara yang memiliki garis pantai dan laut yang indah.
Mencari tiket keberangkatan di
internet menuju Asunción bukanlah hal mudah, karena tidak ada rute pesawat yang
langsung menuju Asunción dari Paris. Hampir semua penerbangan menawarkan
transit di Sao Paolo (Brazil), di Buenos Aires (Argentina) atau di Montevideo (Uruguay),
lalu berganti pesawat menuju Paraguay. Pilihan jatuh kepada transit di Sao
Paolo. Alasannya, selain harga tiket yang lebih murah, jarak tempuh pun hemat
hampir 2 jam dengan rute Paris – Sao Paolo dibandingkan terbang dari
Paris - Buenos Aires atau dari Paris - Montevideo.
Perjalanan pertama ini hampir bikin jantung copot dan adrenalin
berpacu. Bagaimana tidak? Dengan banyaknya turbulensi ketika menyeberangi
Lautan Atlantik, sukses membuat saya tidak bisa tidur dan tenang selama di
dalam pesawat. Turbulensi di atas Lautan Atlantik lebih dahsyat daripada
turbulensi yang pernah saya alami. Saya merasa bagian bawah pesawat seperti
ditarik ke laut. Hiiiiiiii…Disini,
nih, tak henti-hentinya semua penumpang cemas dan banyak berdoa. Anak-anak jejeritan dan beberapa bayi menangis
karena kaget dengan efek turbulensi. Berbeda dengan para pamugara dan pramugari yang menebar senyum
seraya menenangkan para penumpang. Udah biasa, kali, ye, mereka naik roller coaster, eh, merasakan turbulensi maksudnya.
Uffff…akhirnya kami landing
dengan selamat di Sao Paolo!
Setelah menempuh 9 jam perjalanan udara. Saya transit
di airport Sao Paolo kira-kira 3 jam untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya
yang membawa ke Asuncion. Untuk transit di Sao Paolo, pemegang paspor Indonesia
tidak perlu mengurus visa transit.
Kejadian mengagetkan ketika
petugas imigrasi memeriksa paspor saya. Katanya, selama tugas di bandara Sao
Paolo, baru sekali memeriksa penumpang asal Indonesia. Bo? Situ serius? Sampai
saya ditanya letak geografis Indonesia, apakah pantai-pantainya indah sampai
pertanyaan makanan asli Indonesia. Duh, saya jadi merasa jadi duta bangsa untuk
menyampaikan informasi dengan benar. Ehmm…
Tapi, ada, nih, pertanyaan pertama dan akan
sering mampir di kuping saya dan di lain kesempatan jadi ogah ngejawabnya: ngapain
ke amerika latin? Kan jauh dari negara lo. Butuh waktu terbang yang lama dan
perjalanan panjang di pesawat. Hmmm...
Setelah melalui imigrasi dan
wawancara kecil-kecilan yang untungnya tidak memakan waktu lama, perjalanan dari
Sao Paolo ke Asuncion ´hanya´ 2 jam. Pesawat pun ukurannya lebih kecil, serta
tidak ada turbulensi.
Aman, nih, pikir saya.
Lah?
Tapi kok, kami tidak mendarat
ketika sang pilot mengumumkan bahwa pesawat dalam posisi siap mendarat 30 menit
lalu. Posisi pesawat berputar-putar di atas airport. Wah, ada yang nggak beres,
nih. Saya baru ngeh ketika para
penumpang tidak ada yang bersuara, wajah mereka kelihatan tegang setelah pilot
berbicara memberitahukan pemberitahuan. Sialnya, si pilot menggunakan bahasa
portugis dan spanyol. Saya belum menguasai kedua bahasa tersebut dengan baik.
View dari dalam pesawat. |
Saya pun nekat bertanya ke
bapak-bapak penumpang yang duduk di sebelah saya dalam bahasa inggris: ´Ada
apa, sih? Kok pesawat nggak
landing?´. Si bapak menjawab dengan mimik bingung: ´no ingles*. Saya (membatin): well, hari gini, bahasa inggris nggak berlaku untuk orang-orang latin. Bertanya dalam bahasa prancis? Kayaknya si bapak di samping pasti ingin melempar saya ke luar pesawat.
Nekat.
Saya pun berdiri dan bertanya ke salah
satu pramugari yang duduk di dekat pintu darurat, dalam bahasa inggris: ´Ada
apa, sih. Kok semua diam?´. Si
pramugari dengan galak dan berbahasa inggris, meminta saya duduk kembali dan
mengencangkan sabuk pengaman. Nah, lho…
Tunggu punya tunggu, setelah
sejam lebih penuh kecemasan dan ketidakpastian, kami berhasil landing dengan
selamat. Air muka para penumpang terlihat segar kembali. Bahkan banyak di
antara mereka yang berkata: Graças a deus**
¡Gracias a Dios!***
Arrrgghhh…saya tidak mendengar ´Thank God´.
Semua penumpang di dalam
pesawat ini tidak ada yang berbahasa inggris-kah, selain si mbak-mbak pramugari
yang agak judes?
Setelah pesawat parkir dan para
penumpang akan turun, saya tetap tidak menemukan jawaban yang pasti penyebab kami
berputar-putar sebelum mendarat. Kembali saya bertanya kepada salah satu
pramugari. Dia hanya menjawab singkat dalam bahasa inggris: ¨Tadi ada sedikit
masalah dengan roda pesawat¨. Hanya itu. Dan dia pun enggan menjelaskan lebih
lanjut. Ya, ampuuuuuunnn...
Dari jawaban singkat tadi, saya
pun menenangkan diri sendiri dan berusaha tidak menciptakan pikiran yang nggak-nggak, yang nantinya akan membuat
takut diri sendiri dan tentunya juga akan merugikan diri sendiri. Misalnya:
jangan-jangan roda pesawatnya tadi nggak
keluar. Atau jangan-jangan ada bom di airport
tujuan atau mesin pesawat sempat mati sehingga sang pilot berusaha sedemikian
rupa untuk menghidupkannya kembali.
Dan saya pun berusaha menghapus
semua kekhawatiran itu dari kepala. Apalagi ini perjalanan pertama menginjakkan
kaki di amerika latin. Jadi, sebaiknya, saya berpikir positif saja dan
menyambut petualangan ini dengan suka cita. Karena, di perjalanan selanjutnya,
banyak yang hal yang membuat jantung harus kerja ekstra keras menerima kejutan.
Bienvenida en america del sur!****
(Asunción, Paraguay, Juli 2007)
Keterangan:
*tidak berbahasa inggris (bahasa spanyol)
**Terima kasih, Tuhan (bahasa
Portugis)
***Terima kasih, Tuhan (bahasa
spanyol)
****¡Selamat datang di amerika
selatan! (bahasa spanyol)
Lay out peta: LGN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar