Jumpa lagi!
Di awal cerita blog, saya berbagi
cerita tentang awalnya menginjakkan kaki di Eropa, khususnya di Prancis. Dengan
menari tarian tradisional Indonesia dan berkesempatan mengikuti Tari Rakyat Sedunia
di Prancis-Spanyol, membuka jalan saya mengenal Eropa. Tidak hanya itu,
kemudian saya pun bisa melanjutkan sekolah bahasa Prancis di Paris.
Niat, doa, usaha dan
keberuntungan yang mengantar saya untuk keluar dari rumah dan melihat dunia. Kesempatan
´nyemplung´ di kehidupan kota Paris dan negara Prancis yang tadinya
menyilaukan, berubah menjadi monster yang menelan hidup-hidup siapapun yang
menyerah dengan keadaan. Saya pun memilih untuk bertahan.
Setelah menjadi anak sekolahan,
kesempatan bekerja dan berkelana ke benua Amerika Latin dengan menyeberangi
Samudera Atlantik adalah kelanjutan dari pengalaman hidup yang mengubah dan
mengasah batin saya. Bertemu dan berkenalan dengan berbagai macam suku bangsa
dan adat istiadat yang berbeda membuat saya memutuskan hidup nomaden selama
beberapa tahun.
Beberapa tahun berkelana, ada
saatnya saya berpikir untuk memulai hidup stabil dengan berpijak pada satu
tempat. Selain itu juga tentunya ingin membentuk keluarga. Keinginan tersebut akhirnya terlaksana di tahun lalu. Saya memutuskan
untuk berhenti berkelana seorang diri, dengan memutuskan mengarungi bahtera
rumah tangga dengan pria pilihan. Tetapi bukan berarti berhenti berkelana, malah memulai berkelana dengan si dia.
Mulai tahun 2014 adalah tonggak kehidupan yang baru dimulai. Tidak menyangka
berjdoh dengan pria prancis dan membawa saya kembali ke Prancis, negara yang
sudah saya kenal sebelumnya. Negara pertama yang saya pilih untuk tinggal
sebagai anak sekolahan dan negara yang mendidik saya tentang kehidupan.
Di Bab-bab berikut, saya akan menceritakan kembalinya saya ke Prancis
dengan status istri, dengan pengalaman-pengalaman yang sama sekali berbeda
ketika saya menginjakkan kaki pertama kali sebagai peserta misi budaya dan
sebagai anak sekolahan.
Jadi, seperti apa Prancis dengan status saya yang baru ? Tetap
memesona dengan keindahan alam dan bangungan-bangunan yang memukau, masakan
tradisionalnya yang sukses membuat bobot badan naik serta mentalitas
masyarakatnya yang sama sekali tidak berubah : agak dingin, tembak
langsung, menuntut kita berbahasa prancis, tetap dandan dan gaya musim apapun.
Jangan
pernah lupa seperti yang saya tulis di awal-awal blog : Prancis bisa
menelan hidup-hidup siapa saja yang menyerah dengan keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar