Rasanya, tanpa mereka, perjalanan
penjelajahan saya tidak sampai sejauh ini. Mereka berperan dan berpartisipasi
dalam perjalanan hidup saya. Tentunya dengan kehendak Yang Maha Kuasa
juga.
Mereka adalah…
Eyang Putri dan ibu saya. Sejak
awal saya memutuskan untuk merantau ke luar dari Indonesia, merekalah yang
memberi dukungan penuh, wejangan serta doa yang tulus. Ayah saya juga tentu
berperan besar karena beliau pun dengan berbesar hati menginjinkan saya ke luar
dari rumah, bahkan ke luar dari Indonesia.
Selalu mengingat pesan dan
nasihat orang tua yang menjadi panduan saya setiap melangkah. Di kala sebagian
besar orang tua tidak mengijinkan anaknya untuk ke luar dari rumah, sikap orang
tua saya justru mendukungnya. Bukan memberi nilai materi yang besar. Melainkan
doa , kepercayaan yang harus dijaga dan kasih sayang yang tulus dengan
merelakan saya mengarungi dunia. Saya merasa kecil karena tidak bisa membalas
kasih sayangnya. Hanya doa untuk mereka. Dan juga saya selalu berusaha pulang
kampung di kala Idul Fitri untuk berkumpul bersama.
Teman-teman di Liga Tari UI
Apalah arti menjelajah Prancis
dan Spanyol dengan mengikuti Festival Tari Rakyat Sedunia tanpa mereka? Dengan bergabung
di Liga Tari UI, saya mendapat berbagai pengalaman menarik.
Bersama teman-teman Liga Tari sewaktu Festival Tari Rakyat Sedunia. |
Tidak hanya tentang
ilmu dan beajar tari, tetapi juga pengalaman hidup dan tumbuh dewasa bersama
dengan membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa ini menjadi besar dan solid. Selain itu,
saya pun mendapat kesempatan berlatih dan dilatih oleh para seniman tari
Indonesia yang hebat, yang merupakan aset hidup seni tari Indonesia.
Teman-teman di majalah Cita Cinta
Adalah pengalaman masa menjelang
dewasa yang menyenangkan. Merupakan ´sekolah´ pertama di mana saya memulai
karier profesional setelah lulus kuliah. Mulai dari bekerja di bagian umum,
mengerti produksi dan sirkulasi majalah, sekretaris redaksi sampai diuji coba
menjadi redaktur. Di sini saya bertemu dengan para jurnalis hebat di bidangnya.
Suka dan duka menginjak dewasa,
kami rasakan bersama. Obrolan tentang cita dan cinta mengalir lancar seiring
dengan pekerjaan dan waktu yang mengantarkan kami hingga kami memilih jalan
hidup masing-masing.
Sampai saat ini pun, tali
silaturahmi tetap terjalin dan terjaga, walaupun kami sudah berpencar dengan
jalan hidup masing-masing. Kekuatan batin yang kuat di antara kamilah yang
mempersatukan semuanya.
Widarti Gunawan
Beliau adalah atasan saya selama
saya bekerja di Femina Group. Dari beliau, saya banyak belajar. Tidak hanya
dari ilmu jurnalistik, tetapi juga dari cara bekerja. Selalu saya ingat
bahwa beliau memberi kesempatan ´anak-anak buah´ untuk maju. Salah satunya
adalah saya yang diberi kesempatan menjadi redaktur di majalah Cita Cinta (waktu
itu saya menjabat sebagai sekretaris redaksi majalah Cita Cinta) di kala kesempatan
melanjutkan sekolah di Prancis sudah di depan mata.
Ketika akhirnya saya memilih
untuk melanjutkan sekolah ke Prancis dan meninggalkan pekerjaan dan kehidupan di Indonesia,
beliau malah menakut-nakuti tentang kehidupan di Eropa, khususnya Prancis yang
cukup keras. Apalagi hidup
sendirian. Tadinya saya kaget reaksi beliau seperti itu. Tetapi hal
tersebut malah menjadikan cambuk semangat agar bisa menaklukkan situasi
kehidupan yang keras di Eropa.
Bersama Ibu Widarti Gunawan di Paris. |
5 tahun kemudian berbuah manis
perjuangan saya menaklukkan kehidupan di Eropa. Bahkan kami pun sempat
menjelajah Paris bersama-sama ketika beliau datang berlibur di suatu musim
panas menjelang musim gugur. Obrolan kami mengalir lancar tanpa beban. Dan saya
tetap menghormati beliau sebagai mantan atasan yang memberi banyak kesempatan
untuk mengembangkan diri selama bergabung di majalah Cita Cinta.
Keluarga Homestay yang berbaik
hati
Sayangnya saya tidak bisa
menceritakan identitas keluarga baik hati yang bersedia menampung dan
menanggung biaya hidup dan sekolah selama saya tinggal di Paris. Saya mendapat
pelajaran berharga tentang nilai-nilai kehidupan yang tertulis maupun tidak
tertulis yang saya dapat selama tinggal bersama mereka.
Teman-teman di Paris
Tanpa mereka, kehidupan di Paris
terasa basi dan kurang seru. Suka dan duka kami rasakan bersama. Paris yang
keras, namun rasa toleransi yang tinggi mengantarkan kami kepada pertemanan dan
persahabatan. Mereka banyak membantu saya di berbagai situasi dan kondisi. Suka
dan duka.
Walaupun rasanya tidak selalu cukup membalas jasa-jasa mereka, semoga
di lain waktu, saya bisa membantu orang lain dan generasi penerus yang ingin
melanjutkan sekolah ataupun melanjutkan hidup di Prancis.
Herman
Bisa dikatakan dia adalah teman,
kakak, dewa penolong sejak saya mengenalnya sebagai salah satu senior di Unit
Kegiatan Mahasiswa Liga Tari UI. Kami melakukan Misi Budaya dan berpartisipasi
dalam Festival Tari Rakyat Sedunia di Prancis-Spanyol tahun 2000.
Herman yang terlebih dahulu
merantau ke Paris, memberikan bantuan dukungan agar bisa terus hidup bertahan
di Paris. Kami pun melanjutkan acara tari menari di berbagai acara dan
kesempatan. Tidak hanya
keliling kota di Prancis, bahkan sampai ke Swiss.
Herman pulalah yang berperan
besar dengan merekomendasikan saya kepada salah satu pengusaha ekspor Indonesia
yang pada waktu itu mencari dan memerlukan seseorang di Eropa untuk mengurus
bisnisnya dan berlanjut sampai ke Amerika Latin.
Dengan berjalannya waktu,
persahabatan di antara Herman dan saya terjalin terus sampai saat ini dan
nanti.
Pak bos
Adalah pak bos yang juga berperan
memberikan peluang perjalanan penjelajahan keliling melihat dunia. Saya yang
pada saat itu bermukim di Paris, mendapat kesempatan untuk menyeberangi Lautan
Atlantik untuk menginjakkan kaki di Brazil, lanjut ke Paraguay, Suriname,
Bolivia, Colombia, Venezuela dan akhirnya saat ini di Mexico.
Dengan modal menjaga kepercayaan dan mengurus pekerjaan ekspor yang sama sekali tidak mudah,
akhirnya mengantarkan saya pada kehidupan nomaden dan menenteng koper kesana
kemari sambil mengenal negara-negara eksotis di benua Amerika Latin.
Mengurus pekerjaan yang tidak
mudah akhirnya terobati dengan penjelajahan, perjalanan dan petualangan di
negeri-negeri Amerika Latin. Bisa dikatakan, dengan kesempatan yang diberikan
oleh Pak bos ini, penjelajahan saya tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar,
malah menghasilkan.
Jessica Huwae
Dari rekan kerja di majalah Cita Cinta, berteman lalu menjadi sahabat adalah perjalanan hidup Jessica dan saya hingga akhirnya Jessica memberikan semangat kepada saya untuk menulis perjalanan dan petualangan hidup saya, yang menurutnya ´tidak biasa´.
Tidak biasa versinya adalah saya menjelajah Eropa dan Amerika Latin karena bukan traveling biasa, melainkan karena tuntutan pekerjaan dan pengalaman berbaur dengan penduduk dunia yang menghasilkan ´rasa batin dan pesan moral´ dari suatu perjalanan.
Jessica, yang selalu memberi semangat positif. |
Dari yang tadinya tidak percaya diri untuk menulis (selama perjalanan, saya tetap menulis tetapi untuk majalah cetak dan majalah online mengenai traveling saja), akhirnya saya beranikan diri untuk menulis asal Jessica membantu saya menyusun kerangka tahap demi tahap.
Tadinya saya pikir, Jessica akan berhenti mendukung. Dia tidak kenal lelah. Kerangka blog bab per bab pun dia jabarkan satu per satu dan itu tersusun dengan sistematik.
Lalu Jessica mengatakan bahwa setelahnya, saya yang harus memotivasi diri untuk mengikuti kerangka dan mengembangkan tulisan perjalanan bab per bab.
Karena itu, tanpa ´jejeritan´ Jessica, rasanya blog saya ini tidak akan sistematik dan saya pun tidak mempunyai bayangan akan memulai menulis dari mana.
Penduduk Dunia
Selain itu, rasa terima kasih juga saya
sampaikan kepada penduduk dunia, yaitu oang-orang yang saya temui secara tidak sengaja, yang
mengantarkan saya pada kehidupan tak terduga. Penduduk lokal yang berbaik hati
yang kemudian saya dianggap seperti keluarga sendiri.
Lalu ada teman-teman
Indonesia yang hidup di negara-negara yang saya jelajahi dari Brazil, Venezuela sampai
Mexico, yang menerima dan memperlakukan saya sebagai saudara jauh dari negeri
yang sama. Begitu juga dengan teman-teman asing yang akhirnya kami menjalin
pertemanan karena bahasa dan pengalaman hidup jauh dari negeri masing-masing.
Dan tentunya juga kepada para pembaca
blog yang setia mengikuti perjalanan dan petualangan saya.
Mexico, April 2013
Foto Liga Tari: Amatul
Foto bersama Jessica: Jessica
Wah, aku terharu baca ini. Hahaha, terimakasih Ita darling. Apalah arti jejeritan bila elo-nya nggak menurut. Ayo, teruskan hingga cita-cita terakhir kita mewujud...jadi buku. Yay! :)
BalasHapusDear Jessie..aku lbh terharu lagi krn kamu tak lelah 'jejeritan' :D ok, darling...semoga thn ini bs terwujud salah satu cita-cita bersama ;)
BalasHapus