Hai...hello...bonjour...
Nggak terasa hampir 4 bulan tidak update blog. Rasanya waktu berlalu cepat sekali. Baru beberapa bulan lalu merasakan musim panas dengan hangatnya sinar matahari, sekarang di Prancis sudah masuk musim dingin. Matahari terbit dan terbenam lebih cepat (ini cocok buat yang ingin membayar puasa ramadhan kemaren, hehe...karena di musim dingin, waktu berpuasa lebih pendek).
Setalah membahas beberapa tentang realitas kehidupan sesungguhnya di Prancis yang keras yang berhubungan dengan pekerjaan. berikut ini saya akan bercerita tentang tahapan daftar ulang sekolah bagi sebagian besar mahasiswa di Prancis yang dimulai sejak sept lalu.
Kembali ke Sekolah
Bukan saya yang kembali menjadi anak sekolah,
melainkan beberapa adik yang diterma sebagai mahasiswa Master
(S2) di salah satu universitas negeri di Paris. Kelihatan seru dan mentereng, ya, dia bisa melanjutkan
sekolah master di Paris? Nanti dulu. Kita harus lihat perjuangan dia sebelum
benar-benar menginjak dan terdaftar di Universitas Paris.
Beasiswa dan Biaya Sendiri
Ada perbedaan perlakukan untuk tahapan administrasi bagi penerima beasiswa pemerintah Prancis dan pemerintah Indonesia. Bedanya adalah bagi para penerima beasiswa pemerintah Prancis mendapat perlakuan khusus untuk biaya pendaftaran dan uang sekolah dengan potongan biaya yang hampir setengahnya dari biaya biaya normal. Lalu untuk mendapatkan tempat tinggal di asrama mahasiswa, penerima beasiswa pemerintah Prancis mendapat priorotas atau bahkan diurus langsung oleh badan pemberi beasiswa.
Lain cerita dengan mereka yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia atau dengan biaya sendiri. Mereka ini diperlakukan normal dan sama dengan mahasiswa lainnya. Maksudnya, besarnya uang pendaftaran sekolah dan biaya kuliah serta mencari dan mendapatkan tempat tinggal tidak mendapatkan perlakukan khusus alias harus bergerilya mencari sendiri.
Persiapan keberangkatan yang
super rempong
Tahukah Anda untuk mengurus
administrasi yang dibutuhkan untuk keberangkatan memakan waktu, tenaga dan
pikiran yang membuat stres? Di antara pekerjaan kantor yang terus berjalan, si
adik-adik ini harus bisa membagi waktu mendalami bahasa prancis, mempersiapkan aneka
kebutuhan pribadi sebelum keberangkatan sampai berurusan dengan administrasi di
jajarannya, mengurus administrasi sekolah dan mengurus visa ke Kedutaan
Prancis.
Semuanya itu adalah bagaikan mata rantai yang tidak boleh putus karena
satu dokumen berhubungan dengan dokumen yang lain.
Saya sebagai sang kakak hanya
bisa menyemangatinya, berdoa untuk kelancarannya dan membantu semaksimal
mungkin ketika sang adik tiba di Paris. Sedangkan untuk segala macam urusan di
Indonesia, sang adik harus mengurusnya sendiri.
Arrived in Paris!
Akhrinya, saat yang dinantikan
tiba: adik-adik tiba di Paris dengan selamat. Lalu? Ya, justru inilah tahapan
kehidupan yang baru dimulai. Walaupun di Indonesia sudah melalui masa rempong
sebelum keberangkatan, bukan berarti di Paris urusan si adik beres, hehe.
Setelah di Paris, si adik belum
bisa tinggal di apartemen sendiri karena prosesnya tidak mudah. Karena itu,
saya menaruh dia di salah satu keluarga prancis yang saya kenal baik. Nah, ini
yang tidak gampang dilakukan karena tempat tinggal adalah hal utama yang harus
dipikirkan sebelum berangkat ke Paris.
Disarankan memang mempunyai kenalan atau
kontak yang dikenal baik. Karena, kan, ibaratnya kita masuk ke negara orang
yang kita tidak kenal sama sekali. Mana mungkin kita melakukannya sendiri.
Karena itu, mempunyai kenalan dan kontak dengan keluarga prancis sangat
disarankan. Dan tidak lupa kita menjaga silaturahmi dan menjaga hubungan baik
karena kita tidak pernah tahu bagaimana nasib kita di negara orang lain.
Dan
tentu saya tidak berani sembarangan memberi kontak atau memberi rekomendasi
kepada keluarga prancis jika saya tidak mengenalnya dengan baik.
Proses administrasi sekolah di
Universitas Paris
Setelah sehari tiba di Paris,
saya menemani adik-adik untuk daftar ulang ke sekolahnya. Setelah membayar uang
sekolah setahun, biaya ekstrakurikuler dan biaya kesehatan, adik-adik
mendapatkan kartu pelajar. Dia pun resmi terdaftar sebagai siswa di Universitas
Paris. Setelah itu, sang adik harus menghubungi sekretaris jurusan untuk
mendapat jadwal matrikulasi dan jadwal pelajaran selama 1 semester dan bertemu
dengan para dosen.
Ya, di Paris ini, sistema
pendidikannya sangat diutamakan oleh pemerintah. Dengan fasilitas yang
spektakular, para siswa hanya dikenakan biaya yang sangat murah untuk
pendidikannya. Adik saya pun takjub dengan orientasi sekolah yang lebiih mengacu
pada pola yang lebih mendidik.
Tidak ada ospek yang tidak perlu yang tidak ada
hubungannya dengan kehidupan perkuliahan. Orientasi sekolah ini lebih kepada
perkenalan kampus, letak-letak gedung, perkenalan kepada seluruh dosen dan staf
administrasi, cara meminjam buku di perpustakaan, kegiatan ekstrakurikuler
sampai tempat praktikum. Dan nilai lebihnya adalah kita bisa bebas berdiskusi
dan bertanya kepada dosen yang sesuai dengan mata kuliah yang kita pilih.
Aneka dokumen dan menata hidup
Setelah urusan administrasi dan
orientasi sekolah yang sudah dijalani, satu-satu urusan untuk menata hidup di
Paris mulai berjalan pada ´rel-nya´.
Urusan berikutnya adalah asuransi
kesehatan, mencari tempat tinggal sendiri sambil beradaptasi dengan lingkungan
sekolah dan masyarakat Paris itu sendiri. Memang tidak mudah melakukannya
sekaligus.
Tetapi lagi-lagi, kan, keputusan untuk menempuh pendidikan di luar
Indonesia pasti ada konsekuensinya. Dan kita harus mau bergerak dan berkorban.
Toh untuk masa depan kita sendiri.
Adik-adik saya pun mulai memahami
ritme kehidupan ibukota Prancis ini. Semua orang sibuk dan fokus pada
kepentingannya. Tergantung kita menilainya mereka fokus dengan urusan sendiri
atau egois mementingkan diri sendiri. Jawabannya adalah dari sudut pandang masing-masing
individu yang menjalani dan menilainya.
Jadi, siapkan Anda menjadi salah
satu anak sekolah di Universitas Paris?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar