Like

Minggu, 28 April 2013

XIII. 7. Mexico City (6): Menyaksikan Lucha Libre



Satu hal yang tidak boleh ketinggalan untuk dilihat atau ditonton ketika mengunjungi Mexico City adalah menyaksikan Lucha Libre (lu-ca li-bre). Lucha Libre atau wrestling dalam bahasa inggris adalah salah satu aksi yang wajib ditonton yang merupakan olahraga sekaligus termasuk seni pertunjukan yang cukup populer di Mexico.

Banyak tempat yang menyajikan pertunjukan populer Lucha Libre di Mexico. Salah satunya adalah di Arena Mexico yang terletak tak jauh dari pusat kota Mexico City. Pertunjukan Lucha Libre ini digelar 2 atau 3 kali seminggu, yaitu di hari selasa, jumat dan sabtu malam atau jumat dan sabtu malam. Tergantung musim bertanding.

Saya di antara para penonton Lucha Libre (kiri atas); Pertandingan pun melebar sampai ke luar ring (kanan atas); serunya lihat para wanita bertanding. Kebanyakan jejeritannya (bawah).

Setiap peserta lucha libre ini wajib mengenakan kostum dan topeng. Dan kita para penonton, tidak boleh dan tidak pernah mengetahui wajah asli para peserta. Nama-nama pun wajib mereka punyai dan dijadikan mode oleh para penontonnya yang fanatik. Misalnya Astro, Angel atau Místico.

Lucha libre ini tidak hanya diikuti oleh para peserta laki-laki, para wanita pun boleh ikut pertandingan olahraga populer ini. Nha, mereka boleh mengenakan topeng atau tidak, tergantung mereka. Lebih serunya lagi menyaksikan para wanita bertanding, mereka banyakan jejeritannya dan kalau sudah gemas dengan lawannya, mereka bisa saling tarik rambut. Ya, ampun!

Menjadi pemenang atau peserta yang kalah bukan soal besar. Yang terpenting adalah mereka menyajikan pertunjukan yang spektakuler bagi para penonton. Ya, karena lucha libre adalah bagian dari seni pertunjukan. Biasanya yang kalah, disoraki habis-habisan oleh penonton dan menghilang ke balik panggung dengan jejeritan penonton yang kadang ´mengerikan´. Sedangkan pemenangnya, dieluk-elukan.

Pertunjukan lucha libre ini sangat menarik. Dijamin akan menjadi pengalaman tak terlupakan selama mengunjungi Mexico.

Mexico, Desember 2011.
Foto: Litok Vera.

XIII. 6. Mexico City (5): Mengunjungi Rumah-Studio Diego Rivera-Frida Kahlo



Jika di blog sebelumnya saya menceritakan sedikit tentang Casa Azul (Rumah Biru) Frida Kahlo yang dijadikan museum dan dibuka untuk umum, cerita kali ini berlanjut tentang Museum dan Studio Melukis Diego Rivera dan Frida Kahlo.

Terletak di daerah San Angel, sekitar 3 km dari Coyoacán tempat Museum Frida Kahlo berada, Museum dan Studio Melukis suami-istri ini juga menarik untuk dikunjungi. Yuk, kita intip seperti apa Museo Casas Estudio Diego Rivera y Frida Kahlo ini!

Suasana Museum Rumah-Studio Diego Rivera-Frida Kahlo. Unik! Menggunakan kaktus untuk memagarai rumahnya ;)


Didesain oleh Juan O´Gorman

Adalah arstitek muda berbakat, Juan O´Gorman, yang mendesain rumah kubik atau rumah bergaya kotak ini untuk Diego dan Frida. Dengan desain minimalis, Juan O´Gorman membangun rumah masing-masing agar mempunyai studio melukis dan berkarya sendiri-sendiri.

Rumah yang didesain oleh arstitek Juan O´Gorman (atas); suasana studio Diego Rivera (kiri bawah); salah satu karya Frida Kahlo, lo que el agua me dio (kanan bawah).

Pada masanya, antara tahun 1933 – 1941, rumah unik menjadi saksi bisu akan karya-karya Diego dan Frida. Selama 8 tahun, pasangan suami istri menempati rumah sekaligus studio untuk berkarya.

Saat ini, dengan mempertahankan bentuk aslinya, Rumah dan Studio Diego-Frida dibuka untuk umum. Kita bisa mengunjungi rumah dan ruangan studio Diego-Frida dan juga rumah Juan O´Gorman yang juga berdiri di dekat Rumah-Studio Diego-Frida.

Menarik, kan? Nah, jangan lupa mengunjungi Rumah dan Studio Diego-Frida jika Anda berkunjung ke Mexico City.

Mexico City, April 2013

Rabu, 24 April 2013

XIII. 5. Mexico City (4): Mengagumi Mexico City dari Istana Chapultepec


Di bab ini saya masih melanjutkan cerita tentang Mexico City dan tempat-tempat yang seru untuk dikunjungi. Setelah sebelumnya bercerita tentang gambaran keadaan Mexico City secara umum, lalu berwisata di atas perahu menikmati kebun bunga di Xochimilco (so-ci-mil-ko) dan mengunjungi Casa Azul Frida Kahlo di Coyoacán, cerita kali berlanjut mengenal Castillo de Chapultepec (Istana Chapultepec).

Sedikit Sejarah tentang Castillo de Chapultepec…

Bangunan cantik ini dibangun pada abad ke-18 oleh penjajah Spanyol yang kala itu sedang menduduki Mexico City. Serunya, sang penjajah berinisiatif membangun konstrukti sebuah bangunan yang terletak di dataran tinggi di tengah kota Mexico City. Sayangnya tidak pernah rampung.

Pemandangan Paseo de La Reforma dari Istana Chapultepec (kiri atas); Salah satu sudut Istana Chapultepec (kanan atas); Istana Chapultepec dari halaman belakang (bawah).

Kemudian bangunan tersebut beralih fungsi menjadi Castillo de Chapultepec (kas-ti-yo de Ca-pul-te-pek) atau Istana Chapultepec yang ditempati oleh pasangan penjajah, Maximilien dan istrinya, Carlota.

Desain interior salah satu sudut di Istana Chapultepec. Lift (kiri atas); tangga di ruangan utama (kanan atas); ruang makan bergaya Raja (bawah).

Setelah masa penjajahan lewat, Istana tersebut sempat terbengkalai kemudian dengan berjalannya waktu, diperbaiki dan ditempati oleh para pemimpin negara Mexico. Salah satunya yang berjasa dan mempercantik Istana Chapultepec adalah diktator Porfirio Díaz.

Bangunan bergaya Barok dan mebel-mebel antik

Beruntungnya kami sewaktu mengunjungi Istana Chapultepec, kami berkesempatan mengintip ruangan-ruangan pribadi yang pernah ditempat Porfirio Díaz dari kamar tidur, ruangan makan sampai kamar mandi yang mempunyai desain interior yang menawan. Mengingatkan saya akan arsitektur bergaya barok yang memang jaya di Eropa pada masanya.

Kamar tidur dengan desain interior yang menawan (atas); kamar mandi yang mewah pada masanya (kiri bawah); ruang makan dengan desain interior seperti di Eropa pada masanya.


Tahukah Anda…

  • Istana Chapultepec terletak di area hijau tengah kota Mexico City.
  • Letaknya di dataran tinggi sehingga kita bisa menikmati panorama Mexico City dari atas bukit.
  • Istana Chapultepec pernah dijadikan lokasi syuting untuk beberapa adegan film Romeo dan Juliet yang dibintangi oleh Lenardo DiCaprio dan Claire Daines.
  • Di tahun 1939, Istana Chapultepec berubah fungsi menjadi museum dan dibuka untuk umum.

Menarik, kan? Saran saya, sempatkan sedikit waktu untuk mengujungi Istana Chapultepec ini ketika Anda mempunyai kesempatan menginjakkan kaki di Mexico City. Dari atas bukit, kita tidak hanya merasakan polusi tetapi juga kesibukan kota besar Mexico City.

Mexico City, April 2012
Foto: Herman



Selasa, 23 April 2013

XIII. 4. Mexico City (3): Coyoacán, berkunjung ke Rumah Frida Kahlo


Jika suatu saat Anda memutuskan untuk berlibur, menejelajah dan mengenal Mexico City, saya sarankan jangan lewatkan untuk mengujungi Coyoacán dan menginjakkan kaki di Rumah Biru Frida Kahlo.

Papan ´Selamat Datang´ di Coyoacán dengan simbol sepeda yang menunjukkan bahwa daerah ini  sangat mendukung program ramah lingkungan dengan bersepeda (atas); Pusat Kebudayaan Coyoacán yang menawarkan banyak aktivitas menarik di bidang seni (bawah).

Salah satu seniman Mexico yang terkenal di seluruh dunia, Frida Kahlo, dan suaminya, Diego Rivera pernah menetap di daerah Coyoacán. Terletak 12 km dari pusat kota Mexico ke arah selatan, Coyoacán menawarkan atmosfer daerah yang berbeda dengan bangunan-bangunannya yang bergaya kolonial.

Dari segi sejarah Mexico, Coyoacán berpartisipasi di dalamnya. Adalah Hernan Cortés yang memilih tinggal di daerah Coyoacán pada saat melawan dominasi Aztec pada abad 16. Seiring berjalannya waktu, Coyoacán berkembang menjadi daerah popular yang marak dengan arsitektur bergaya kolonial serta menjadi pilihan tempat tinggal para bangsawan dan seniman.

Casa Azul* de Frida Kahlo

Saat ini, Coyoacán dikenal sebagai daerah rumah sang artis atau seniman wanita asal Mexico, Frida Kahlo. Jika Anda mengetahui tentang sejarah seniman wanita yang terkenal dengan karyanya yang berjudul ´Viva La Vida´, Anda bisa menjumpai karya aslinya yang saat ini berada di Casa Azul yang menjadi Museum Frida Kahlo.

Tampak depan Museum Frida Kahlo (atas); salah satu sudut yang menandakan bahwa Frida dan Diego pernah menetap di Rumah Biru ini dari tahun 1929 - 1954 (kiri bawah); siapapun bisa bertransformasi menjadi Diego Rivera dan Frida Kahlo (kanan bawah).

Rumah Biru Frida Kahlo terletak di kawasan perumahan Coyoacán. Berdiri kokoh di pojakan jalan, bercat biru dan oranye. Khas Mexico menurut saya. Rumah pribadi yang bertransformasi menjadi museum sang seniman, selalu penuh didatangi oleh para turis lokal dan turis dari seluruh penjuru dunia.

Museum Frida Kahla didesain dengan menjaga keutuhan bangunan serta ruangan-ruangannya, mulai dari ruang kerja Frida Kahlo, ruang tidur sampai dapur, seluruhnya didesain dengan apik, seolah-olah kita kembali semasa hidup Frida Kahlo.

Suasana dari taman Rumah Frida Kahlo. Cafe dan dengan teras pepohonan yang rindang (atas); Salah satu sudut bangunan rumah (tengah); bagian tengah rumah (bawah).

Sayangnya, kita tidak boleh memotret raungan-ruangan maupun koleksi-koleksi sang artis. Nah, ini harus ditaati, ya.

Lain hal ketika kita menikmati taman dan halaman sekitar Rumah Biru Firda Kahlo nan asri dan luas. Pepohonan rindang dan suasana café menyempurnakan hari kunjungan ke rumah sang bintang.

Casa Azul itu…

  • Bisa dicapai dengan kendaraan umum dari tengah kota Mexico City, bahkan turibus (tourist bus) dengan suka rela melewatinya.
  • Sangat dekat dengan pusat kota Coyoacán yang selalu ramai dengan pemandangan café, restoran aneka barang jualan yang dijajakan di pinggir jalan.
Suasana Coyoacán. 
  • Patuhi seluruh ketentuan dan peraturan ketika mengunjungi Museum Frida Kahlo. Seperti tidak maksa memotret ruangan interior sang bintang. Wisata mata dan disimpan di hati dan di kepala adalah salah satu kita menjaga kenangan ketika berkunjung langsung ke rumah sang seniman yang terkena penyakit polio di kala usianya masih anak-anak.
  • Menceritakan suka dan duka serta saksi bisu atas penderitaan dan kebahagiaan hidup sang bintang. Anda akan hanyut di dalamnya bersama dengan karya-karyanya yang menggambarkan pemberontakan, kejujuran dan arti feminisme menurut Frida Kahlo.
  • Terletak tidak jauh dari Museum Leon Trotsky.  


Siap untuk mengunjungi Coyoacán ketika mampir ke Mexico City?

Mexico City, April 2012

*Bahasa spanyol yang berarti Rumah Biru

Foto: Herman


Minggu, 21 April 2013

XIII. 3. Xochimilco, Mexico City (2): Menikmati Kebun Bunga dari Atas Perahu


Hola!

Jika di blog sebelumnya saya menceritakan sedikit banyak tentang gambaran negara Mexico dan ibukotanya, Mexico City secara umum, kali ini saya akan mengajak Anda mengenal lebih dekat salah satu daerah di Mexico City yang menarik untuk dikunjungi: Xochimilco (so-ci-mil-ko).

Xochimilco adalah bahasa Nahuatl yang dalam bahasa Indonesia berarti kebun bunga. Terletak di sebelah selatan Mexico City, Xochimilco ini yang sebagian besar daerahnya meliputi danau yang mengelilingi pulau kecil cocok dikunjungi di akhir pekan di bulan april dan mei ketika bunga-bunga bermekaran.

Termasuk Peninggalan Warisan Dunia versi UNESCO

Tidak main-main bahwa pelestarian lingkungan dan daerah wisata Xochimilco menarik perhatian UNESCO untuk menganugerahkan salah satu Warisan Dunia di tahun 1987. Daerah Xochimilco yang berbunga-bunga dan hijau serta merupakan salah satu peninggalan sejarah di masa lalu, dilestarikan oleh penduduk setempat yang secara sadar bahwa daerahnya memiliki potensi yang besar dari segi pelestarian lingkungan dan wisata.

Xochimilco yang merupakan salah satu Warisan Dunia versi UNESCO.

Naik perahu warna warni

Yang membuat menarik berwisata ke Xochimilco adalah dengan menumpangi perahu yang didandani dengan cantik dengan aneka macam warna cat yang terang benderang. Coba, deh, perhatikan bahwa setiap kapal mempunyai nama sendiri-sendiri. Kebanyakan sih, nama-nama perempuan dan berbau latin, seperti: Maria Fernanda, Alejandra, Beatriz, dan lain-lain. Menarik, ya?

Suasana Xochimilco dari atas perahu dengan nama-nama yang unik.

Siapapun bisa menumpangi kapal cantik ini. Durasinya tergantung keinginan penumpang. Minimal 1 jam agar bisa mengelilingi pulau kecil dan melihat situasi sekitar sampai mengunjungi kebun bunga di sekitar rumah penduduk.

Kita pun bisa menepi jika kita membeli bunga atau tanaman di sekitar pulau kecil yang memang menawarkan toko bunga denga harga yang sangat terjangkau. Sangat murah malah.

Hiburan di atas perahu

Selain berwisata menikmati keindahan Xochimilco dari atas perahu, kita juga bisa menikmati alunan musik mariachi (musik khas Mexico) dari atas perahu. Para pemusik menawarkan jasanya juga dari atas perahu. Yang menarik juga adalah kita tak perlu takut kelaparan karena sepanjang mengelilingi Xochimilco dengan perahu, pasti kita jumpai warung makanan dadakan yang menyediakan aneka jajanan dari atas perahu.

Berbagai macam hiburan dan jajanan dari atas perahu ada di Xochimilco. Mariachi (atas); seorang wanita memasak makanan lokal (kiri bawah): makanan lokal yang siap dinikmati di atas kapal sambil berwisata keliling Xochimilco (kanan bawah).

Xochimilco itu…
  • Salah satu wisata murah meriah di Mexico City dan sangat membumi serta kesempatan berbaur dengan masyarakat lokal yang ramah.
  • Merupakan salah satu pengalaman wisata yang menyenangkan ketika berkunjung ke Mexico City.
  • Bisa jajan makanan lokal Mexico dan menikmati alunan musik mariachi dari atas perahu.

Bagaimana cara mencapai Xochimilco?
  • Mudah sekali karena masih termasuk daerah yang terletak di Mexico City. Kita bisa mencapainya dengan mengendarai mobil.
  • Kita juga bisa menumpang transportasi umum, seperti metro (kereta bawah tanah) akan membawa kita ke tujuan dengan menyambung menaiki tren ligero.
  • Selain metro, kita juga bisa menaiki bus umum, peseros (semacam metro mini di Jakarta), dengan rute tengah kota sampai Xochimilco.

Tertarikkah Anda mengunjungi kebun bunga Xochimilco ini? Yang ada di benak saya, Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia yang memiliki sungai atau danau, pasti bisa, dong, menjadikan area tersebut sebagai obyek wisata?

Sebagian foto: Herman
Mexico City, April 2012

Sabtu, 20 April 2013

XIII. 2. All About Mexico City (1): Dari Kemacetan, Transportasi Umum, Jajanan Lokal sampai Museum


Sebelum saya mengajak Anda keliling negara Mexico, ada baiknya terlebih dahulu saya mengajak Anda ke ibukota negara: Mexico City atau yang populer disebut Mexico DF (Distrito Federal), dan mengetahui kondisi kota ini secara keseluruhan.

Mexico City secara umum

Adalah salah satu kota terbesar di negara Mexico itu sendiri, dilihat dari luasnya secara fisik dan jumlah penduduknya yang padat. Terletak 2000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh pegunungan, membuat Mexico mempunyai suhu udara yang sedikit aneh. Selain itu, produksi polusi yang cukup tinggi juga menyebabkan berbagai penyakit, seperti sakit kepala atau migren yang berkepanjangan, bahkan sampai menyebabkan mimisan. Lebih parahnya lagi, menimbulkan gejala penyakit paru-paru.

Suasana Mexico City sehari-hari yang penuh kemacetan, seperti kebanyakan kota besar di dunia.

Tadinya sih, rasanya aneh ya, dan juga kok, kedengarannya serem banget dengan segala sindrom penyakit yang merugikan kesehatan. Tetapi, tidak semua penduduk mengalami hal tersebut. Hal itu tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing orang. Kasusnya yang terjadi pada saya adalah ketika tiba pertama kali tiba di Mexico City, sindrom sakit kepala dan migren tidak bisa dihindari.

Mexico City, kota berbahaya?

Menurut kesan saya sendiri ketika menjejakkan kaki di ibukota ini, terasa menyenangkan. Perpaduan modern tetapi masih menjaga keaslian kotanya. Rasa berbahaya jauh dari anggapan surat kabar dan media yang selama ini mengedepankan opini tentang keadaan bahaya dan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Suasana di salah satu sudut kota Mexico City. Lihat, deh. masih ada, lho, taksi VW Kodok (bawah) dan suasana bazaar di tengah kota (atas). 


Sebelumnya saya pernah tinggal di Caracas, Venezuela, tentu keadaan Mexico City membuat saya kaget. Sikap orang-orang yang ramah terhadap turis dan bangsa pendatang dan juga pelayanan di bidang jasa sangat baik, malah menimbulkan rasa curiga. Jangan-jangan mereka baik ada maunya.

Belum lagi merasa terkejut dengan sikap penduduk yang ramah, ketika naik taksi pun, sang supir ramah sekali. Memberikan salam selamat siang, menanyakan kabar bahkan bertanya pendapat saya tentang Mexico. Meskipun berbahasa spanyol, memerlukan waktu beberapa hari untuk beradaptasi dan mengerti bahasa spanyol mereka. Ya, setiap negara mempunyai dialek dan gaya berbicara yang berbeda-beda dalam berbahasa, walaupun 1 bahasa.

Seperti apa Mexico City?

Gedung-gedung tinggi pencakar langit, padatnya penduduk, kemacetan sehari-hari, kereta bawah tanah, angkutan umum untuk masyarakat serta ritme kehidupan yang tidak pernah padam adalah kesan tentang Mexico City.

Suasana jalanan yang padat di jalur utama Mexico City. Tersedia sepeda bagi mereka yang ingin menghindar dari kemacetan berkendara.


Sama halnya dengan kehidupan di kota-kota besar lainnya, Mexico City menawarkan kehidupan yang sibuk dan tentu berpengaruh pada gaya hidup masyarakatnya. Justru ini yang membuat kota besar semacam Mexico menjadi dinamis dan menawarkan berbagai kesempatan untuk berkembang dan berkreasi.

Aneka jajanan yang kami temui di pinggir jalan: dari penjual buah, kerupuk sampai sawo dan leci.

Yang membuat menarik Mexico City adalah sektor informal. Aneka tacos (makanan khas) Mexico dijajakan di pinggir jalan, adanya tenda-tenda makanan sepanjang jalan, orang-orang menjajakan aneka barang dagangan di jalanan dan di lampu merah dan yang membuat hidup adalah suara-suara khas yang dikeluarkan dari suara pedagang dan alat musik.


Yang menarik di Mexico City
  • Banyak museum yang terawat dan bersih. Ada museum yang mengharuskan membayar tiket masuk ada juga yang gratis. Setiap hari minggu, museum dibuka gratis untuk penduduk dan turis. Tinggal menunjukkan kartu identitas saja.
Contoh museum-museum yang berserakan di Mexico City. Castillo de Chapultepec (atas) dan Munal (bawah).
  • Beberapa barrio (daerah sekitar) yang merupakan cagar budaya dan dilestarikan oleh pemerintah dan penduduk setempat. Seperti barrio Coyoacán, San Angel, La Condesa. Nanti akan saya ceritakan secara detil di blog selanjutnya.
  • Transportasi yang beraneka ragam, mulai dari kereta bawah tanah, cable car, metro bus (semacam TransJakarta di Jakarta), taksi, pesero (seperti metro mini di Jakarta) dan nyaman membantu mengurangi kemacetan lalu lintas sehari-hari.
Transortasi umum yang banyak dipilih oleh masyarakat: metro (kereta bawah tanah) dan metrobus (semacam TransJakarta di Jakarta), untuk menghindari kemacetan sehari-hari (atas).
  • Diterapkannya jalur satu arah, di beberapa titik kepadatan lalu lintas, sehingga membantu kelancaran dan mengurai kemacetan. Kerugiannya, jika kita salah jalan, ya, dapet salam dari muter-muter jauh sekali. Karena itu, cermati betul jalan yang kita tuju.
  • Adanya care free day setiap hari minggu, dari pukul 6 pagi sampai pukul 2 siang, yang berlaku di jalanan utama pusat kota (sekitar Paseo de la Reforma).
  • Aneka jajanan dan masakan lokal bisa kita nikmati dari tenda pinggir jalan sampai restoran kelas atas.
Jajanan lokal yang kami temui di pinggir jalan sampai kelas restoran: tacos.
  • Masyarakat Mexico memang kreatif. Mereka menjadikan danau sebagai obyek pariwisata. Namanya daerah Xochimilco. Saya akan mengajak Anda mengenal Xochimilco, di blog selanjutnya.
  • Jika Anda tidak memiliki banyak waktu dan ingin melihat Mexico City dalam sehari, bisa naik Turisbus, yang membawa Anda mengenal Mexico City dalam sehari.


Bagaimana cara mencapai Mexico City?

  • Untuk pemegang paspor Indonesia, diperlukan visa untuk menginjak Mexico. 
  • Dari Indonesia, ada 2 pilihan: bisa melalui Lautan Pasifik (Jepang dan Amerika) atau melalui Eropa (Prancis, Jerman atau Belanda). Untuk transit, tergantung dari pesawat yang kita tumpangi. Ada 1 kali transit atau maksimal 2 kali transit.
  • Lamanya perjalanan melalui lautan Pasifik adalah 24 – 30 jam (termasuk waktu menunggu ketika transit) dan melalui Eropa adalah 36 – 38 jam (termasuk waktu menunggu ketika transit).
  • Harga tiket pesawat berkisar antara 1600 – 2500 USD. Tergantung waktu dan bulan kita memilih pergi. Apakah itu low season atau high season.
  • Mata uang Mexico adalah peso (atau biasanya disingkat MXN), dengan simbol $, tetapi bukan dolar. 1 MXN = Rp 800,00.
  • Harga penginapan tergantung jenis dan letak penginapan. Untuk yang murah meriah namun masih terjangkau situasi dan kondisinya, harga mulai dari 15 USD per malam.
  • Untuk biaya hidup, tergantung dari kita sendiri yang mengatur anggaran. Untuk tinggal di Mexico City itu sendiri, 300 USD/minggu adalah anggaran paling hemat. Intinya, sih, tergantung dari gaya hidup.
  • Karena perbedaan antara Mexico-Indonesia adalah 12 jam lebih lambat, maka jika kita pergi dari Indonesia untuk tiba di Mexico, kita akan memakan waktu 1 hari untuk perjalanan. Tetapi kita memakan waktu 2 hari untuk tiba kembali ke Indonesia dari Mexico.
  • Karena jarak dan perjalanan yang cukup jauh, saya sarankan untuk menghabiskan waktu setidaknya minimal 2 minggu untuk menikmati Mexico. Lebih idealnya 3 minggu sampai 1 bulan. Biar puas.
  • Waktu ideal untuk mengunjungi Mexico City adalah dari bulan september sampai juni. Suhu udara masih bisa dikatakan bersahabat. Ada panas dan dingin, tetapi tidak hujan badai yang biasanya terjadi di bulan juni, juli dan agustus.
  • Bagaimana dengan mengunjungi Mexico di beberapa propinsi, termasuk penjelajahan peninggalan situs bersejarah Zapotec, Maya dan Aztec? Saya akan menceritakan lebih lengkap di blog selanjutnya, ya.
Letak Mexico secara geografis.


Nah, tertarik untuk menjelajah Mexico?

Mexico City, april 2012
Sebagian foto: Herman
Foto metro (kereta): LGN

Kamis, 18 April 2013

XIII. 1. It´s time for Mexicoooooo...!!


Hola!

Setelah menjabarkan pengalaman penjelajahan saya dari Eropa sampai ke negara-negara di benua Amerika Latin serta di sela-selanya menyempatkan pulang kampung ke Jawa, di mana saya banyak mendapat berbagai pengalaman hidup yang penuh dengan pesan moral, saatnya bercerita tentang plesiran, sejarah dan pengalaman hidup yang masih berlangsung di Mexico.

Kali ini berlanjut tentang perjalanan dan penjelajahan Mexico, negara di mana saat ini saya berada. Menetap di Mexico City 2 tahun lebih membuat saya mengenal lebih jauh lagi tentang kehidupan, budaya, sejarah dan karakteristik bangsa latin.

Herman bersama para pemusik Mariachi (atas); situs bersejarah suku Maya, Palenque di Propinsi Chiapas (tengah); tacos, makanan khas Mexico (bawah)

Saya ingin mengetahui anggapan, pendapat atau kesan Anda ketika mendengar nama Mexico? Negara macam apakah itu? Saat mendengar nama Mexico, yang ada di kepala saya adalah sombrero dan tequila! Bukan salah satu negara berbahaya di dunia.

Dilihat dari letak geografisnya, Mexico terletak di Amerika Utara. Tetapi dari segi budaya dan kehidupan, Mexico termasuk ke dalam karakteristik bangsa Amerika Latin. Walaupun Mexico berbahasa resmi spanyol, pemerintah dan penduduk lokal tetap mempertahankan bahasa dialek di beberapa propinsi.

Ibukota Mexico, yaitu Mexico City terletak di tengah-tengah negara Mexico. Menurut survey dan tentunya anggapan banyak media dan anggapan orang, ibukota negara ini termasuk salah satu kota berbahaya di dunia. Selain itu juga, termasuk kota yang berpolusi cukup tinggi.

Mexico City, suasana di tengah kota (kiri atas); Piramida Chichén Itza, peninggalan suku Maya di Semenanjung Yucatán (kanan atas); bus umum dengan rute tengah kota ke airport (kanan atas), Tulum, situs bersejarah suku Maya di Propinsi Quintana Roo, di pinggir Laut Karibia (bawah).

Negara yang terkenal dengan musik mariachi ini mempunyai kesan mistis karena berhubungan dengan sejarah penduduknya di masa lampau, jauh sebelum bangsa Spanyol menjejakkan kaki di Mexico. Selain itu, Mexico penuh dengan petualangan dan aura yang berbeda setiap propinsi. Juga mempunyai karakteristik khas yang membuat Mexico lebih kinclong untuk dikunjungi.

Selama 2 tahun lebih saya berada di Mexico, tentu tidak hanya plesiran mengagumi Mexico dari segi arstitekturnya dan sejarah yang kaya cerita pada zaman prahispanik. Sebut saja suku Zapotec, Maya dan Aztec di antara puluhan bahkan ratusan suku yang eksis di Mexico, yang berhasil membuat kagum dunia bahkan menciptakan peradaban dunia yang masih digali terus sampai saat ini. Saya juga berpartisipasi mempromosikan budaya Indonesia. Untuk Mexico itu sendiri, saya bersedia menjadi relawan dengan mengajar tarian dan membuka kelas membatik untuk orang-orang Mexico.

Peninggalan situs bersejarah yang ditata ulang dengan rapi, ratusan museum yang juga ditata menarik sehingga tidak membuat pengunjung bosan sampai karakteristik penduduk Mexico itu sendiri yang secara sadar melestarikan budaya dan peninggalan nenek moyang mereka, yang membuat para turis bahkan orang asing tertarik untuk mendatangi dan memilih untuk menetap sementara. Tersihir oleh pesona alam dan budayanya.

Yang menarik juga, tentu saja makanan lokal, minuman, musik, dansa dan pesta! Hal-hal tersebut tentu menjadi magnet dan daya tarik tambahan.

Bienvenidos en Mexico!*
Selamat datang di Mexico!

Sebagian foto: Herman   

Selasa, 16 April 2013

XII. Terima Kasih..Thank You..Merci..Gracias!


Rasanya, tanpa mereka, perjalanan penjelajahan saya tidak sampai sejauh ini. Mereka berperan dan berpartisipasi dalam perjalanan hidup saya. Tentunya dengan kehendak Yang Maha Kuasa juga.

Mereka adalah…

Eyang Putri dan ibu saya. Sejak awal saya memutuskan untuk merantau ke luar dari Indonesia, merekalah yang memberi dukungan penuh, wejangan serta doa yang tulus. Ayah saya juga tentu berperan besar karena beliau pun dengan berbesar hati menginjinkan saya ke luar dari rumah, bahkan ke luar dari Indonesia.
Dua wanita hebat yang berperan besar dalam hidup saya.

Selalu mengingat pesan dan nasihat orang tua yang menjadi panduan saya setiap melangkah. Di kala sebagian besar orang tua tidak mengijinkan anaknya untuk ke luar dari rumah, sikap orang tua saya justru mendukungnya. Bukan memberi nilai materi yang besar. Melainkan doa , kepercayaan yang harus dijaga dan kasih sayang yang tulus dengan merelakan saya mengarungi dunia. Saya merasa kecil karena tidak bisa membalas kasih sayangnya. Hanya doa untuk mereka. Dan juga saya selalu berusaha pulang kampung di kala Idul Fitri untuk berkumpul bersama.

Teman-teman di Liga Tari UI

Apalah arti menjelajah Prancis dan Spanyol dengan mengikuti Festival Tari Rakyat Sedunia tanpa mereka? Dengan bergabung di Liga Tari UI, saya mendapat berbagai pengalaman menarik. 

Bersama teman-teman Liga Tari sewaktu Festival Tari Rakyat Sedunia.

Tidak hanya tentang ilmu dan beajar tari, tetapi juga pengalaman hidup dan tumbuh dewasa bersama dengan membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa ini menjadi besar dan solid. Selain itu, saya pun mendapat kesempatan berlatih dan dilatih oleh para seniman tari Indonesia yang hebat, yang merupakan aset hidup seni tari Indonesia.

Teman-teman di majalah Cita Cinta

Adalah pengalaman masa menjelang dewasa yang menyenangkan. Merupakan ´sekolah´ pertama di mana saya memulai karier profesional setelah lulus kuliah. Mulai dari bekerja di bagian umum, mengerti produksi dan sirkulasi majalah, sekretaris redaksi sampai diuji coba menjadi redaktur. Di sini saya bertemu dengan para jurnalis hebat di bidangnya.

Teman-teman Cita Cinta yang membuat hidup lebih berwarna.

Suka dan duka menginjak dewasa, kami rasakan bersama. Obrolan tentang cita dan cinta mengalir lancar seiring dengan pekerjaan dan waktu yang mengantarkan kami hingga kami memilih jalan hidup masing-masing.

Sampai saat ini pun, tali silaturahmi tetap terjalin dan terjaga, walaupun kami sudah berpencar dengan jalan hidup masing-masing. Kekuatan batin yang kuat di antara kamilah yang mempersatukan semuanya.

Widarti Gunawan

Beliau adalah atasan saya selama saya bekerja di Femina Group. Dari beliau, saya banyak belajar. Tidak hanya dari ilmu jurnalistik, tetapi juga dari cara bekerja. Selalu saya ingat bahwa beliau memberi kesempatan ´anak-anak buah´ untuk maju. Salah satunya adalah saya yang diberi kesempatan menjadi redaktur di majalah Cita Cinta (waktu itu saya menjabat sebagai sekretaris redaksi majalah Cita Cinta) di kala kesempatan melanjutkan sekolah di Prancis sudah di depan mata.

Ketika akhirnya saya memilih untuk melanjutkan sekolah ke Prancis dan meninggalkan pekerjaan dan kehidupan di Indonesia, beliau malah menakut-nakuti tentang kehidupan di Eropa, khususnya Prancis yang cukup keras. Apalagi hidup sendirian. Tadinya saya kaget reaksi beliau seperti itu. Tetapi hal tersebut malah menjadikan cambuk semangat agar bisa menaklukkan situasi kehidupan yang keras di Eropa.


Bersama Ibu Widarti Gunawan di Paris.
5 tahun kemudian berbuah manis perjuangan saya menaklukkan kehidupan di Eropa. Bahkan kami pun sempat menjelajah Paris bersama-sama ketika beliau datang berlibur di suatu musim panas menjelang musim gugur. Obrolan kami mengalir lancar tanpa beban. Dan saya tetap menghormati beliau sebagai mantan atasan yang memberi banyak kesempatan untuk mengembangkan diri selama bergabung di majalah Cita Cinta.

Keluarga Homestay yang berbaik hati

Sayangnya saya tidak bisa menceritakan identitas keluarga baik hati yang bersedia menampung dan menanggung biaya hidup dan sekolah selama saya tinggal di Paris. Saya mendapat pelajaran berharga tentang nilai-nilai kehidupan yang tertulis maupun tidak tertulis yang saya dapat selama tinggal bersama mereka.

Teman-teman di Paris

Tanpa mereka, kehidupan di Paris terasa basi dan kurang seru. Suka dan duka kami rasakan bersama. Paris yang keras, namun rasa toleransi yang tinggi mengantarkan kami kepada pertemanan dan persahabatan. Mereka banyak membantu saya di berbagai situasi dan kondisi. Suka dan duka. 

Para sahabat di Prancis yang membagi suka dan duka.

Walaupun rasanya tidak selalu cukup membalas jasa-jasa mereka, semoga di lain waktu, saya bisa membantu orang lain dan generasi penerus yang ingin melanjutkan sekolah ataupun melanjutkan hidup di Prancis.

Herman

Bisa dikatakan dia adalah teman, kakak, dewa penolong sejak saya mengenalnya sebagai salah satu senior di Unit Kegiatan Mahasiswa Liga Tari UI. Kami melakukan Misi Budaya dan berpartisipasi dalam Festival Tari Rakyat Sedunia di Prancis-Spanyol tahun 2000.

Herman yang terlebih dahulu merantau ke Paris, memberikan bantuan dukungan agar bisa terus hidup bertahan di Paris. Kami pun melanjutkan acara tari menari di berbagai acara dan kesempatan. Tidak hanya keliling kota di Prancis, bahkan sampai ke Swiss. 

Bersama Herman sewaktu menari di Basel (Swiss) dan sewaktu kami berlibur menjelajah Mexico (bawah).

Herman pulalah yang berperan besar dengan merekomendasikan saya kepada salah satu pengusaha ekspor Indonesia yang pada waktu itu mencari dan memerlukan seseorang di Eropa untuk mengurus bisnisnya dan berlanjut sampai ke Amerika Latin.

Dengan berjalannya waktu, persahabatan di antara Herman dan saya terjalin terus sampai saat ini dan nanti.

Pak bos 

Adalah pak bos yang juga berperan memberikan peluang perjalanan penjelajahan keliling melihat dunia. Saya yang pada saat itu bermukim di Paris, mendapat kesempatan untuk menyeberangi Lautan Atlantik untuk menginjakkan kaki di Brazil, lanjut ke Paraguay, Suriname, Bolivia, Colombia, Venezuela dan akhirnya saat ini di Mexico.

Dengan modal menjaga kepercayaan dan mengurus pekerjaan ekspor yang sama sekali tidak mudah, akhirnya mengantarkan saya pada kehidupan nomaden dan menenteng koper kesana kemari sambil mengenal negara-negara eksotis di benua Amerika Latin.

Mengurus pekerjaan yang tidak mudah akhirnya terobati dengan penjelajahan, perjalanan dan petualangan di negeri-negeri Amerika Latin. Bisa dikatakan, dengan kesempatan yang diberikan oleh Pak bos ini, penjelajahan saya tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar, malah menghasilkan.

Jessica Huwae

Dari rekan kerja di majalah Cita Cinta, berteman lalu menjadi sahabat adalah perjalanan hidup Jessica dan saya hingga akhirnya Jessica memberikan semangat kepada saya untuk menulis perjalanan dan petualangan hidup saya, yang menurutnya ´tidak biasa´. 

Tidak biasa versinya adalah saya menjelajah Eropa dan Amerika Latin karena bukan traveling biasa, melainkan karena tuntutan pekerjaan dan pengalaman berbaur dengan penduduk dunia yang menghasilkan ´rasa batin dan pesan moral´ dari suatu perjalanan.

Jessica, yang selalu memberi semangat positif.

Dari yang tadinya tidak percaya diri untuk menulis (selama perjalanan, saya tetap menulis tetapi untuk majalah cetak dan majalah online mengenai traveling saja), akhirnya saya beranikan diri untuk menulis asal Jessica membantu saya menyusun kerangka tahap demi tahap. 

Tadinya saya pikir, Jessica akan berhenti mendukung. Dia tidak kenal lelah. Kerangka blog bab per bab pun dia jabarkan satu per satu dan itu tersusun dengan sistematik.

Lalu Jessica mengatakan bahwa setelahnya, saya yang harus memotivasi diri untuk mengikuti kerangka dan mengembangkan tulisan perjalanan bab per bab.

Karena itu, tanpa ´jejeritan´ Jessica, rasanya blog saya ini tidak akan sistematik dan saya pun tidak mempunyai bayangan akan memulai menulis dari mana.

Penduduk Dunia

Selain itu, rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada penduduk dunia, yaitu oang-orang yang saya temui secara tidak sengaja, yang mengantarkan saya pada kehidupan tak terduga. Penduduk lokal yang berbaik hati yang kemudian saya dianggap seperti keluarga sendiri. 

Lalu ada teman-teman Indonesia yang hidup di negara-negara yang saya jelajahi dari Brazil, Venezuela sampai Mexico, yang menerima dan memperlakukan saya sebagai saudara jauh dari negeri yang sama. Begitu juga dengan teman-teman asing yang akhirnya kami menjalin pertemanan karena bahasa dan pengalaman hidup jauh dari negeri masing-masing.

Dan tentunya juga kepada para pembaca blog yang setia mengikuti perjalanan dan petualangan saya.

Mexico, April 2013
Foto Liga Tari: Amatul
Foto bersama Jessica: Jessica



Kamis, 04 April 2013

XI. 2. Berpartisipasi di Acara Pameran Indonesia di Saint Etienne dan Saint-Lô, Prancis

Kalau di bab-bab sebelumnya berbagi tentang pengalaman hidup serta suka dan duka tentang Amerika Latin, ali cerita berlanjut lagi tentang pengalaman saya menjelajah kota-kota di Eropa. Karena judulnya bolak balik antara Eropa dan Amerika Latin, maka saya juga ingin berbagi tentang pengalaman mengikuti pameran di Eropa.

Berpartisipasi di acara pameran seni dan budaya serta produk Indonesia di beberapa kota di Prancis, tentu tidak sama rasanya dengan pengalaman saya mengikuti pameran sejenis di negara-negara Amerika Latin.

Bisa dikatakan Eropa disiplin dalam hal waktu, pengiriman barang, dokumen yang diminta serta pengaturan tempat pameran serta jadwal, semuanya tertata rapi dan tersistem dengan baik. 

Lagi-lagi saya mengalami jetleg karena bolak balik mengikuti acara pameran di berbagai negara Amerika Latin yang seringkali tidak tersistem dengan baik dan bikin bingung, lalu kembali ke Eropa dengan segalanya yang lebih teratur. 

Suasana Pameran Indonesia di Saint Etienne. 

Disini, nih, kadang-kadang saya suka merasa bengong dan bertanya-tanya: saya sedang berada di mana, apa yang harus saya kerjakan dulu, dll.

Tetapi dengan berjalannya waktu dan menerima serta memahami perbedaan budaya, maka saya cepat beradaptasi. Saya harus bisa menempatkan diri dan siap bertindak di berbagai situasi.

Serunya, orang-orang di Eropa terpesona dengan Amerika Latin. Begitu pun sebaliknya. Orang-orang di Amerika Latin tertarik untuk ke Eropa. Sementara saya? Yang ada di pikiran saat itu: harus bekerja dengan baik dalam situasi apapun, harus bisa mengatur waktu dengan baik pula agar tidak merugikan siapapun serta harus siap dengan stand yang tertata cantik agar menarik perhatian pengunjung. Dan saya pun harus berdandan cantik yang mewakili citra wanita Indonesia. Ehm…tak ketinggalan, saya harus sigap ketika panitia meminta saya untuk menari tradisional atau membatik. Rempong? Pasti…

Suasana tempat pameran yang disulap seperti di berbagai tempat di Indonesia.

Pengalaman seru berpartisipasi acara pameran di Saint Etienne dan Saint- Lô, Prancis, memperkaya pengalaman dan pergaulan. Teman saya bertambah banyak. Dan saya juga bersyukur dipertemukan orang-orang yang baik, yang senantiasa membantu dan mendukung pekerjaan yang tidak mudah ini.


Terima kasih tak terhingga kepada Pak Bos nun jauh di Semarang yang memberikan kepercayaan yang begitu besar kepada saya untuk melakukan perjalanan Eropa-Amerika Latin bolak balik.

Juga kepada seluruh teman-teman yang baik hati, yang saya temui dalam perjalanan antara 2 benua.

Prancis, sept dan okt 2009

Selasa, 02 April 2013

XI. 1. Mengunjungi Bucharest, Rumania dan Brno, Ceko


Di Bab baru ini, saya akan menceritakan pengalaman saya keliling ke beberapa kota di negara-negara Eropa, seperti Bucharest (Rumania), Brno (Ceko), Saint Etienne (Prancis) dan Saint –Lô (Prancis).

Selama tahun 2007 sampai saat ini hidup saya nomaden dan bolak balik antara benua Amerika Latin dan Eropa. Bukannya sombong, tetapi untuk masalah pekerjaan yang memang menuntut saya untuk berpindah-pindah kota, bahkan negara setiap 2 minggu.

Tadinya, sih, sempet keder, ya. Dari jetleg, pusing kerjaan, menghadapi orang yang berbeda bahasa, bangsa dan budaya serta juga mengelola emosi agar tidak cepat naik darah dengan hal-hal yang saya hadapi tersebut. Hal ini tidak mudah. Banyak orang yang iri dan cemburu dengan kehidupan saya. Tetapi, mereka tidak mengetahui dibalik ´enaknya´ hidup saya itu, ada harga mati yang harus dibayar: pekerjaan.

Saya berusaha untuk menikmati perjalanan ini. Mulai dari angkat koper, berdebat pada saat check in karena kelebihan berat koper sampai pernah dideportasi dari Milan, Italia. 

Saksi bisu perjalanan saya semua itu adalah koper yang setia menemani saya. Koper yang setia dibongkar muat isinya, koper yang dibanting, koper yang menemani saya tidur di bandara sampai koper yang menyimpan semua kenangan perjalanan saya di dalamnya.

Pengalaman saya selama di Bucharest, Rumania dan Brno, Ceko.

Di antara menjelajah negara-negara Amerika Latin, saya juga bolak-balik ke Eropa. Adalah mampir ke Bucharest untuk mengurus pekerjaan. Lalu mampir ke Brno melalui Wina (Austria) lalu kembali ke Prancis dan kembali lagi ke negara-negara Amerika Latin.

Di Brno, Ceko, saya hadir selama 1 hari untuk pembukaan acara Budaya Indonesia oleh pemerintah setempat. Hanya bermalam 1 malam, kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju Prancis dengan menumpang kereta, kemudian melanjutkan perjalanan kembali lagi ke Amerika Latin.

Bucarest, Rumania dan Brno, Ceko, di bulan juli 2008.